sumber gb

Tapi taukah agan? selain negara Mesir negara lain seperti China dan Jepang juga mempunyai mumi mereka sendiri, bahkan Indonesia juga punya yang sampai sekarang dijadikan tradisi yaitu upacara Maknene. Nah tapi untuk thread kali ini ane akan membahas mumi di negara Jepang. Kenapa ane memilih membahas mumi di Jepang, alasanya unik sekali. Jika dinegara lain Mesir, China, Indonesia proses mumifikasi dilakukan oleh orang lain. Berbeda dengan di Jepang, disana proses mumifikasi dilakukan oleh diri sendiri tanpa bantuan orang lain. Tapi prosesnya sangat panjang, perlu tekad dan kesabaran agar proses mumifikasinya ini berhasil. Penasaran yuk jangan skip thread ini. Cekidot !

Di Jepang Sokushinbutsu adalah sebutan untuk proses atau cara me-mumifikasikan diri sendiri. Proses ini biasanya hanya dilakukan oleh biarawan Jepang. Dan yang mempelopori atau yang pertama kali melakukan praktek ini adalah seorang kepala biara bernama Kuukai yang tinggal di kompleks kuil Gunung Koya di prefektur  Wakayama Jepang pada periode Dinasti Heian 774-1185. Dikabarkan banyak sekali biksu atau biarawan yang mengikuti jejak Kuukai jumlahnya sampai ratusan. 

Sokushinbutsu merupakan salah satu ritual agama Budha yang sudah sudah dijalani sejak ribuan tahun dan dianggap lumrah sebagai ajaran leluhur Biksu untuk dijalankan oleh para generasi Biksu muda jika kelak mereka nanti menjadi pengemong kuil selanjutnya.

Bagaimana Proses Mumifikasi Diri Sendiri ?
Seperti yang sudah ane tulis diatas, proses mumifikasi ini memakan waktu yang panjang, ada 3 tahap yang harus dilewati, setiap tahap harus dilakukan dengan disiplin karena jika tidak tubuh akan mengalami peruraian dan gagal menjadi mumi. 
1. Diet Ekstrim 1.000 Hari, Tahap Pertama
Calon Biksu Sokushinbutsu harus menjalani diet dengan hanya memakan biji-bijian serta kacang-kacangan saja. Serta harus diimbangi dengan melakukan kegiatan fisik atau olehraga seperti beladiri dan mendaki gunung untuk menguras lemak.
2. Diet Ekstrim 1.000 Hari, Tahap Kedua
Di 1.000 hari selanjutnya, masih dilakukan dengan diet namun menu makananya berubah, menu kali ini Biksu hanya diperbolehkan memakan kulit pohon dan akar dari tumbuh-tumbuhan saja. Mengkonsumsi akar-akaran ini dipercaya akan membunuh bakteri yang nantinya akan melakukai peruraian pada tubuh. Selain kulit pohon dan akar-akaran, Biksu juga harus mulai mengkonsumsi teh dari getah pohon Urushi. Sebenarnya getah teh pohon Urushi ini sangat berbahaya karena biasanya digunakan untuk bahan pelapis cat mangkuk, justru inilah maksud dan tujuan Biksu mengkonsumsi teh ini supaya tubuh terkontaminasi dengan racun alami sehingga tidak bisa diurai oleh belatung serta getah ini memicu muntah-muntah dan dianggap cara cepat untuk menhilangkan cairan dalam tubuh.
3. Semedi di Kuburan Batu (Guci), Tahap Ketiga
Ditahap ketiga ini calon Biksu Sokushinbutsu diantar oleh biksu asistenya menuju kuburan batu yang sangat sempit, bentuknya seperti guci besar yang tertutup dan hanya bisa dimasuki seorang saja dalam keadaan duduk bersila. Calon Biksu tersebut akan semedi di dalam kuburan batu tanpa makanan apa-apa dan hanya berbekal lonceng kecil serta tabung udara yang terhubung keluar guci untuk bekal bernafas. Calon Biksu akan membunyikan lonceng sebagai pertanda bahwa dia masih hidup dan bersemedi. Ketika lonceng sudah tidak berbunyi, berarti itu tanda bahwa calon Biksu sudah meninggal, maka asisten Biksu akan menyegel kuburan batu tersebut dan mengambil tabung udara nya.

Mungkin sebagian dari kalian berpikir untuk apa menjalani ritual panjang dan menyengsarakan ini? Apalagi kalau dilihat dari prosesnya ini seperti bunuh diri dengan cara menyiksa secara perlahan, betul tidak? Mungkin bagi kita orang awam ritual ini tidak berarti, tapi bagi mereka biksu di Jepang. Biksu-Biksu yang berhasil menjalani proses mumifikasi diri ini, mereka akan dipandang sangat tinggi sebagai sang Buddha, dan tubuh suci mereka akan dipindahkan ke dalam Wihara/Kuil untuk dipajang. Dan sosok biksu ini juga akan dianggap sebagai pemberi Inspirasi pencerahan para generasi muda selanjutnya. Arwah biksu yang berhasil juga dianggap sebagai jiwa-jiwa sempurna.

Bagaimana Pendapat Kalian Agan-Sista ?
Praktek ini sekarang sudah tidak dilakukan di Jepang, karena dianggap ajaran sesat dan menyiksa karena harus mengorbankan nyawa manusia. Kalo menurut ane pribadi, pertama ane sangat kagum karena orang Jepang mampu menemukan cara untuk me-mumikan diri sendiri secara alami seperti itu, tapi disisi lain karna agama yang ane pelajari adalah agama yang sangat melarang umatnya untuk melakukan bunuh diri, maka melihat ritual ini sangat disayangkan. Ane tidak bisa menghakimi bahwa ritual ini salah atau sebagainya, tapi sebagai manusia biasa ane hanya berharap, kita semua telah dianugerahi nyawa untuk menjalani hidup, hargailah pemberian-Nya, manfaatkanlah waktu kita, pergunakan dengan baik.

Bagaimana dengan pendapat kalian mengenai ritual ini? yuk share dikolom komentar dan jangan lupa cendol dan rate nya ya, supaya ane lebih getol nulis thread-thread lainnya. see you.