• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Dialog Imajiner Wali dan Virus: Bukan Virus yang Bikin Banyak Korban tapi Kepanikan

AboeyyAvatar border
TS
Aboeyy
Dialog Imajiner Wali dan Virus: Bukan Virus yang Bikin Banyak Korban tapi Kepanikan



Alif.id

Semenjak virus Covid-19 merebak, ‘kepanikan’ terjadi di mana-mana. Apalagi dengan santernya berita tentang jumlah korban yang kian bertambah setiap hari, membuat banyak orang semakin takut tertular wabah yang cukup berbahaya ini.

Padahal kepanikanjustru bisa menambah atau memperparah kondisi korban itu sendiri. Seperti yang diceritakan oleh Imam Abu Nu’aim al-Ashfahani dalam kitabnya Hilyatul Auliya (Perhisasan para Wali), tentang percakapan antara seorang Wali dengan Virus berikut ini:

Suatu hari, sekelompok wabah (virus) sedang menuju kota Damaskus. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seorang wali Allah, lalu terjadi percakapan:

Wali: “Mau ke mana kalian pergi?”

Virus: “Kami diperintahkan oleh Tuhan untuk memasuki kota Damaskus.”

Wali: “Berapa lama kalian di sana, dan berapa jumlah korban yang menjadi target kalian?”

Virus: “Selama 2 tahun, dengan jumlah korban meninggal 1.000 orang.”
****
Setelah 2 tahun, virus itu pun lenyap dari Damaskus, dengan meninggalkan korban meninggal dunia sebanyak 50.000 orang atau 50 kali lipat dari yang dikatakan oleh virus pada awalnya. Lalu si Wali bertemu lagi dengan virus itu, dan bertanya dengan nada seolah protes:

Wali: “Mengapa korbannya sebanyak 50.000 orang, bukankah awalnya kalian bilang cuma 1.000 orang?”

Virus: “Benar, kami hanya menyebabkan kematian seribu orang, sedangkan selebihnya itu mati karena kepanikan mereka sendiri.”
****
Meski cerita di atas sulit dibuktikan kebenarannya secara ilmiah, apalagi itu menyangkut hal yang gaib, namun setidaknya kita mengambil pelajaran agar Keep Calm and Cool dalam menghadapi berbagai bencana, termasuk virus Covid-19 ini. Sebab kepanikan tidak mengubah apa-apa, selain menambah penderitaan. Lebih baik ambil langkah riil dalam mencegah dan menghadapi virus Corona ini.

Ya, kepanikan bisa menambah jumlah korban, baik dari kalangan pasien maupun dari yang sehat. Bagi pasien, ketenangan adalah salah satu hal yang disyaratkan sebagai sugesti agar cepat sembuh, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Sina (Avicena), seorang ilmuan dan ahli kedokteran muslim:

"Kepanikan merupakan separuh penyakit, ketenangan menjadi separuh obat, dan kesabaran adalah permulaan kesembuhan."

Ya, kalau kita lihat di lapangan akhir-akhir ini, ada yang panic buying, memborong mie instant atau bahan makanan lainnya, seolah hari mau kiamat, membeli Hand Sanitizer, Masker bahkan ada yang belanja di Mall dengan menggunakan Alat Pelindung Diri (APD), dan lain-lain sebagai ekspresi dari kepanikan.

Kepanikan-kepankikan seperti ini, bagi pasien PDP misalnya tentu bisa melemahkan mental dan menurunkan imunitas tubuh, sehingga virus yang menyerang semakin tak terkalahkan. Begitu juga bagi orang yang masih sehat, bisa mudah terkena virus, atau mendapat musibah akibat kepanikannya sendiri, misalnya serangan jantung, terjadi kecelakaan, dan sebagainya.

Karena itu, langkah terbaik dalam menghadapi virus ini adalah tetap tenang, dengan mengikuti semua anjuran dan arahan dari pemerintah, seperti menjaga kebersihan, tetap di rumah, menjaga social distancing, dan yang terpenting secara spiritual adalah selalu sabar dan berdoa, memohon perlindungan kepada yang maha kuasa.(*)

***
Ref 1, Ref 2, Ref 3.
Diubah oleh Aboeyy 31-03-2020 05:40
anjaultrasAvatar border
4iinchAvatar border
sebelahblogAvatar border
sebelahblog dan 29 lainnya memberi reputasi
30
6.2K
100
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.