joko.win
TS
joko.win
Sindir Walkot Tegal soal "Lockdown Kampung", Denny Siregar: Gua Kira Gagah Banget

Wali Kota Tegal dari Partai Demokrat


JAKARTA, JITUNEWS.COM – Penulis sekaligus pengamat politik Denny Siregar menyindir kebijakan lockdown yang dikeluarkan oleh Wali Kota Tegal, Dedy Yon Supriyono demi menekan penularan virus corona atau Covid-19 di daerahnya.

“Gua kira gagah banget Walikota Tegal yang dari partai @PartaiDemokrat1 serukan Lockdown Tegal dan siap dibenci,” kata Denny lewat cuitan Twitternya, dilihat pada Sabtu (28/3).

“Eh, gak taunya.. Ngerti definisi lockdown gak sih beliau?” sambungnya.

Denny lantas bercerita panjang lewat status di facebooknya,
"Den, Tegal lockdown tuh. Presiden lu gak dipercaya lagi sama kepala daerah." Begitu seseorang me-mention saya dalam statusnya. Tegal lockdown? Ah, yang benar saja. Lockdown sebuah kota itu dampaknya besar, dan kepala daerah tidak akan sanggup menangani dampak sebesar itu. Makanya keputusannya harus ada di Presiden.

Dan ketika saya baca lagi, apa sih yang dimaksud lockdown di Tegal, ealaahhh... ternyata cuma penutupan akses sementara kendaraan dari luar kota. Itu bukan lockdown namanya. Mau ketawa, entar dosanya nambah.

Istilah Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo lebih sadis lagi, "Itu bukan lockdown, tapi isolasi kampung!" Ambyarrrr.

Tapi memang gagah sih istilah lockdown itu. Biar dikutip media. Apalagi Wali Kota Tegal menambahkan narasi dramatis, "Tidak apa-apa saya dibenci." Telenovela sekali, Ferguso.

Kalau bahasanya cuman isolasi doang, mana ada media yang mau mengutip?

Kalau mengacu dari negara besar seperti China dan India, lockdown itu bukan saja menutup negara atau wilayah, tetapi mengunci masyarakat supaya tidak keluar rumah.

Baca juga: Ganjar Pranowo Beri Klarifikasi soal Kabar "Lockdown" Kota Tegal


Tentara pun keluar. Negara seperti darurat militer. Di India malah disabet-sabeti warganya. Di Malaysia denda untuk yang keluar rumah. Itu baru lockdown. Mau begitu, saudara?,tanyanya di facebook.

Makanya keputusan lockdown itu selalu bersifat nasional, bukan wilayah. Harus Presiden, karena imbasnya nanti menteri-menteri mengatur urusan kiri kanannya. Di Indonesia, keputusan lockdown harus dikaji dulu oleh gugus tugas pencegahan corona, yang diketuai Kepala BNPB.

Teriakan lockdown di Indonesia itu sifatnya gagah-gagahan doang. Biar keren dan kekinian. Apalagi di grup WA, biasanya postingan-nya enggak dibaca teman grup, pas teriak lockdown, langsung jadi pembicaraan.

Di tingkat kepala daerah juga ada kegenitan politik. Biar gagah dan diliput media, maka harus teriak lockdown. Meski dia tahu, kepala daerah tidak punya wewenang untuk itu.

Eh, si teman yang me-mention baca enggak ya kira-kira?

Kayaknya enggak. Dia cuman baca judul doang, terus berasa gagah share ke sana ke mari, seolah-olah dia adalah ahli daripada ahli, core of the core.


"Sepertinya, daripada lockdown, pusat lebih baik lockdrun. Biar para kadrun di-lock saja, soalnya komunitasnya kecil, tapi berisiknya seperti di pasar," tutupnya.


Baca juga: Denny Siregar: Media Online Besar Coba Adu Domba Dokter dan Pemerintah

Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menegaskan lockdown di Kota Tegal bukan tindakan karantina seperti yang dilakukan berbagai negara menghadapi Covid-19 atau Corona. Ganjar lebih ke mengistilahkan dengan "Isolasi Kampung".

Ia mengatakan sudah melakukan klarifikasi ke Wali Kota Tegal, Dedy Yon Supriyono. Ganjar sebenarnya mengapresiasi respon cepat Pemda setempat karena ada pasien positif Corona. "Sudah ada penjelasan, niat baik. Di sana ada yang positif, dirawat," kata Ganjar.



https://www.google.com/amp/s/m.jitun...a-gagah-banget
Diubah oleh joko.win 28-03-2020 12:10
anasabilasebelahblog4iinch
4iinch dan 13 lainnya memberi reputasi
12
7.7K
110
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.2KThread39.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.