desifatma77Avatar border
TS
desifatma77
Mekarnya Si Teratai Putih

Semilir angin sore memainkan ujung jilbab lebar Arini. Air kolam yang tenang pun ikut  beriak. Mata Arini tak lepas memandangi kuncup teratai putih yang belum mekar. Arini sangat menyukai teratai. Hampir setiap sore sepulang kerja ia akan menghabiskan waktunya duduk di pinggir kolam kecil di taman ini.

Teratai bagi Arini bagaikan gambaran hidupnya. Bunga indah dengan warna yang sangat cantik. Namun berbunga hanya diatas air yang berlumpur. Seperti hidupnya yang sangat keras. Ia yang terlahir di lingkungan yang serba kekurangan. Rumah sederhana yang dipenuhi dengan onggokan barang-barang hasil memulung. Rumah kecil di gang sempit yang terletak di pinggiran ibu kota. Tetapi ia tetap terlihat cantik meskipun berada di tempat yang sederhana.

Ayahnya hanyalah seorang buruh pabrik sabun yang tak jauh dari pemukiman mereka. Selain sebagai buruh, ayahnya juga mengumpulkan barang-barang bekas sebagai tambahan gajinya yang tak seberapa. Sedangkan ibunya bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah Pak Nanang, pemilik mini market dimana Arini sekarang bekerja. Meskipun hidup mereka serba kekurangan, namun mereka tidak pernah mengeluh. Karena mereka percaya dengan jalan yang sudah di takdirkan Allah.

Arini anak tertua dengan dua adiknya yang sudah beranjak dewasa. Umur mereka tidak jauh beda. Saat ini Arini sudah berumur 27 tahun, sedangkan dua adiknya Sarah dan Nina berumur 25 dan 23 tahun. Sarah sudah berkeluarga dan tidak tinggal bersama mereka lagi. Karena adiknya sudah berkeluarga terlebih dahulu, Arini sering menjadi pembicaraan orang-orang di sekitarnya.

Seperti yang terjadi pagi ini, saat Arini akan berangkat bekerja. Salah seorang tetangganya yang juga merupakan teman kecilnya menyapa Arini dan kembali menanyakan kapan akan menikah dan punya anak sepertinya.

“Mau berangkat kerja, ya Arini,” sapa Rianti sambil mengendong anaknya.

“Iya Rianti, mari saya duluan” jawab Arini sambil tersenyum.

”Tunggu Rin, ada yang mau aku tanyakan.” Rianti berusaha mencegah langkah Arini.

“Mau tanya apa ya,Ti,” tanya Arini.

“Maaf ini ya, aku cuma mau tanya kapan kamu menikah ?”

“Di kampung ini, tinggal kamu sendiri lo, yang belum menikah. Teman- teman kita yang lain sudah pada punya anak” lanjut Rianti.

Masih dengan senyum yang menghiasi bibirnya Arini menjawab, “Rezeki, jodoh dan maut semua sudah diatur yang Maha Kuasa, kita tinggal menjalaninya saja.”

“Iya, aku tahu jangan sampai kamu jadi perawan tua lo. Apalagi dengan penampilanmu yang selalu memakai gamis dan jilbab lebar.”

“Mana ada laki-laki yang mau dengan wanita yang tertutup rapat sepertimu.” Rianti melanjutkan celotehannya.

Lagi-lagi Arini hanya tersenyum.

“Maaf ya Rianti, aku berangkat kerja dulu takut kesiangan,” ucap Arini sambil melanjutkan perjalanannya.

Kadang –kadang Arini juga terpengaruh dengan omongan tetangganya. Ia pun sempat berpikir kalau penampilan dengan pakaian syar’i ini menghambat jodohnya. Namun ibu selalu menguatkan bahwa semua sudah diatur yang Maha Kuasa.

Aku berpakaian seperti ini sebagai bentuk ketaatan pada Rabb-ku, batin Arini.

Lompatan kodok dari atas daun teratai membuyarkan lamunan Arini. Di liriknya jam tangan bertali biru tua yang melingkar di tangan kirinya, sudah pukul enam berarti sudah satu jam ia berada di taman ini. Sudah waktunya ia kembali ke rumah. Namun ia kembali teringat dengan pesan yang dikirimkan Nina, adiknya. Nina memberitahukan kalau Beni dan keluarganya akan datang ba’da Magrib untuk mengkhitbahnya. Itu artinya ia akan kembali dilangkahi oleh adiknya.

Dengan menarik nafas panjang, Arini melangkahkan kaki menuju gang sempit rumahnya. Ia pasrahkan semuanya kepada Allah. Kalau memang Allah sudah menakdirkan ia menikah setelah kedua adik-adiknya, ia akan menerimanya dengan ikhlas.

Ba’da magrib, keluarga Beni datang melamar dan diputuskan pernikahan akan dilaksanakan enam bulan lagi, tepatnya bulan Desember. Arini turut bahagia, meskipun ada sedikit goresan luka di hatinya.

Arini hanya bisa mengadukan semua yang dirasakan pada sang pemilik hati di sujud panjangnya pada sepertiga malam. Ia selalu berdoa agar diberikan imam yang bisa menjadikannya seorang bidadari di dunia dan permaisuri di syorga. Arini selalu yakin dengan janji-janji Allah. Wanita yang baik untuk laki-laki yang baik, sebaliknya laki-laki yang baik untuk wanita yang baik-baik.

***
Sudah dua hari ini Arini tidak bekerja di minimarket Pak Nanang, karena ia harus menggantikan pekerjaan ibunya yang terbaring sakit. Nina menjaga ibu di rumah selama Arini bekerja. Sementara ayah mereka tidak bisa meninggalkan pekerjaan di pabrik.  

Pagi-pagi sekali setelah sholat Subuh Arini berangkat menuju rumah Pak Nanang yang berada di kampung sebelah. Sampai di sana ia langsung menuju dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Terlihat pemandangan yang berbeda di rumah besar ini.

Ada saudara Pak Nanang dari kampung, jawab Mbak Sumi, asisten rumah tangga yang tinggal bersama keluarga ini.

Setelah membantu Mbak Sumi mempersiapkan sarapan, Arini langsung menuju bagian belakang rumah untuk mencuci pakaian dan menyetrika. Ada bening di sudut matanya saat membayangkan ibu mengerjakan semua pekerjaan ini setiap hari. Jika sudah bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih layak ia berjanji akan membahagiakan ayah dan ibu. Mereka tidak perlu lagi bekerja untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya.  

Hari mulai menjelang siang, matahari bersinar dengan teriknya. Semua pekerjaan telah diselesaikan dengan baik. Saat akan bersiap-siap untuk pulang, Mbak Sumi menghampiri Arini.

“Arini, kamu di tunggu Pak Nanang di ruang keluarga” kata Mbak Sumi.

“Kira – kira ada apa ya Mbak ?” tanya Arini.

“Aku ndak tahu dik, sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikan Pak Nanang, karena seluruh keluarganya berkumpul disana”

“Jangan-jangan kamu mau di jodohkan sama keponakannya” jawab Mbak Sumi sambil tersenyum.

“Ahhh...Mbak Sumi bisa saja. Mana ada yang mau sama saya Mbak.”

“Siapa bilang ndak ada, seandainya saya punya adik laki-laki, pasti akan saya jodohkan dengan kamu”

“Kamu itu cantik, sholeha dan sangat menyayangi keluarga” lanjut Mbak Sumi.

“Sudah ah Mbak, nanti aku besar kepala lo, di puji terus. Aku ke depan dulu ya mbak,” ucap Arini

Dengan perasaan berdebar Arini melangkahkan kaki memasuki ruang utama. Rumah besar dengan model Eropa ini terlihat sangat indah dan asri dengan taman bunga yang berada di samping kirinya. Sambil menundukkan kepala dan mengucapkan salam, Arini memasuki ruangan tersebut.

“Assalammualikum...” ucap Arini.

“Wa’alaikumussalam, ayo duduk bersama kami di sini Arini,” jawab istri Pak Nanang.

“Baik Bu, jawab Arini sambil duduk di kursi yang masih kosong dengan posisi beseberangan dengan Pak Nanang dan istrinya.

Disana juga ada keluarga Pak Nanang yang datang dari kampung. Saat Arini duduk, matanya bersirobok dengan seorang laki-laki dengan perawakan tinggi putih yang duduk di samping Pak Nanang. Cepat –cepat ia tundukkan pandangannya. Ada debaran aneh yang ia rasakan. Siapakah laki-laki itu ? Kenapa ia merasa pernah bertemu dengan laki-laki pemilik mata teduh itu ?

“Begini, Arini....” Pak Nanang memulai pembicaraan.

“Saya ingin menanyakan sesuatu padamu,”

“Apakah kamu sudah mempunyai calon pendamping ?” tanya Pak Nanang.

Arini sangat terkejut mendengar pertanyaan laki-laki yang telah banyak membantu keluarganya selama ini. Apa maksud Pak Nanang bertanya seperti itu ?

“Maaf Pak, sampai saat ini saya belum memiliki calon pendamping” jawab Arini dengan terbata.

“Alhamdulillah, tapi apakah kamu sudah siap untuk berumah tangga ?”

“Insya Allah jika ada laki-laki yang cocok, saya siap Pak” jawab Arini.

“Apakah kamu memiliki syarat atau kriteria calon pendampingmu?” Pak Nanang kembali mengajukan pertanyaan.

“Saya tidak punya kriteria khusus Pak, bagi saya selama ia seagama dan bisa menjadi imam yang baik bagi saya, Insya Allah akan saya terima”  jawab Arini.

“Baiklah Arini, saya mendapatkan sebuah amanat dari Almarhumah kakak perempuan saya, untuk menjodohkanmu dengan anak laki-laki beliau, Hamzah”

Hamzah ? Apakah laki-laki yang duduk disamping Pak Nanang ini adalah Hamzah, anak Bu Hamidah kakak perempuan beliau ? Arini mulai bertanya-tanya dalam hati.

Bu Hamidah adalah guru ngaji Arini waktu kecil dulu. Hamzah adalah anak semata wayangnya. Arini selalu bermain bersama Hamzah, namun sayang mereka harus pindah ke kampung karena kakek Hamzah meninggal dunia. Sejak saat itu, Arini tidak pernah bertemu lagi dengan mereka.

”Kamu masih ingat dengan Hamzah kan ?” Tiba-tiba Pak Nanang membuyarkan lamunannya.

“Insya Allah saya ingat Pak. Tapi saya hanya ingat wajah Hamzah saat kami masih kecil” jawabnya sambil tersenyum.

“Inilah Hamzah, teman kecilmu dulu” jawab Pak Nanang sambil merangkul laki-laki yang sedari tadi membuat Arini gelisah dengan tatapan mata teduhnya.

“Assalammualikum Arini, apa kabar,” sapa Hamzah

“Wa’alaikumussalam, Alhamdulillah baik” jawab Arini sambil memandang Hamzah. Namun ia kembali menundukkan pandangannya saat netra mereka beradu.

Pak Nanang menceritakan kalau Hamzah sekarang menjadi pengajar sekaligus pengelola pesantren peninggalan ayah dan ibunya. Sebelum ibunya wafat, ia meminta Hamzah untuk mencari Arini. Karena saat masih kecil dulu, ibunya telah berniat untuk menjodohkan Arini dan Hamzah. Selama ini Pak Nanang selalu menceritakan tentang Arini kepada Bu Hamidah tanpa sepengetahuan Arini dan Hamzah.

Sebulan kemudian, dilangsungkan pernikahan antara Arini dan Hamzah. Pesta berlangsung dengan sederhana, atas permintaan Arini dan Hamzah. Meskipun Pak Nanang telah menawarkan untuk melaksankan pesta di rumahnya. Namun mereka menolaknya dengan halus. Mereka hanya mengundang tetangga sekitar, anak yatim dan fakir miskin.

 Arini terlihat cantik dengan gaun pengantinnya. Ia terlihat sangat bahagia karena telah menemukan pemilik tulang rusuknya yang selama ini dicari-cari, yang tak lain adalah teman masa kecilnya. Akhirnya teratai putih itu mekar dengan sempurna
Gimi96Avatar border
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 22 lainnya memberi reputasi
21
2.7K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.