• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Pesugihan Membawaku Menjadi Budak Pembuat Jalan Raya Di Kerajaan Laut Kidul

sinsin2806
TS
sinsin2806
Pesugihan Membawaku Menjadi Budak Pembuat Jalan Raya Di Kerajaan Laut Kidul

Ini adalah kisah nyata yang dialami oleh Kakek-ku dan salah seorang temannya, kisah yang sejak dulu disimpan sangat rapat, karena Kakek-ku tidak ingin menjadi bahan gunjingan dan dianggap sebagai penyembah setan jika sampai cerita ini menyebar ke tetangga. Apalagi di lingkungan desa seperti ini, berita sekecil apapun cepat sekali menyebar. Aku memilih membagikan kisah nyata ini dengan pertimbangan, aku bisa menutup identitas tokoh asli jadi tidak akan ada pihak yang merasa terintimidasi atas cerita ini, selain itu kisah ini mempunyai hikmah yang patut di renungkan.

Kakek-ku sebut saja namanya mbah Sodik. Mbah Sodik merupakan orang asli Dukuh Glempang Pasir, Adipala, Cilacap. Beliau menikah dengan nenek-ku orang Wanadadi-Banjarnegara. Setelah menikah sampai mempunyai anak pertama yaitu ibuku, saat itu mereka masih berdomisili di Cilacap, namun entah kenapa tiba-tiba kakek-ku memutuskan untuk pindah dan tinggal menetap di Banjarnegara sampai sekarang. Kakek tidak pernah mengungkapkan alasannya pindah ke Banjarnegara, padahal pada masa itu, di Banjarnegara kakek dan nenek sama sekali tidak mempunyai harta benda, tanah warisan nenek sudah dijual untuk membangun rumah di cilacap. Keluarga-pun tidak ada, karena keluarga asli nenek semuanya telah bertransmigrasi ke Sumatera, dan tinggal nenek seorang di pulau Jawa. 

Semua bermula ketika paklik-ku atau anak laki-laki ke-3 kakek yang bernama lik Taryo, mulai terlihat menyukai barang-barang kuno seperti keris, batu-batuan yang katanya ada isi putri dari gunung slamet, dsb. Dia tidak bekerja, kesehariannya cuma digunakan kesana-kesini untuk memburu benda-benda seperti itu. Kakek-ku yang lama-lama gerah dengan kelakuan lik Taryo, akhirnya mulai membuka suara bahwa dulu beliau juga pernah hampir saja jatuh ke lingkaran setan karena benda-benda seperti itu, namun beruntungnya Allah masih mau menolong kakek. Sampai akhirnya kakek memutuskan untuk pergi dari Cilacap dan membangun semua dari 0 di Banjarnegara.

Di desa Glempang Pasir tempat tinggal kakek dulu, keberadaan Ratu Laut Kidul sangat diagungkan. Seseorang yang bisa mempunyai 'benda pemberian' ratu laut kidul atau pasukannya dianggap istimewa. Kehidupan warga disana hampir semuanya bergelimang harta. Bahkan di desa Kakek, orang yang hidup kekurangan bahkan bisa dihitung dengan jari termasuk kakek. 

Pada malam pergantian tahun, 1 Suro sesajen masih di larungkan di Pantai Srandil dan sederet pantai laut kidul lainnya. Ritual ini dilakukan sebagai wujud ucapan syukur kepada Ratu Laut Kidul karena telah memberikan hasil panen yang melimpah.

Awal mula kakek hampir terseret lingkar setan ini karena dulu keadaan ekonomi Kakek dan nenek-ku setelah menikah sangat memprihatinkan apalagi setelah melahirkan anak pertama, Kakek-ku merasa kenapa cuma nasib dia yang seperti ini, berat sekali mencari nafkah, usaha ini itu ga ada yang berhasil. Sedangkan jika melihat orang lain seperti Pak Joko, Pak Gidro hidupnya terlihat mewah sekali. Padahal mereka dulu sama-sama petani, tapi dalam jangka waktu setahun mereka bisa mentas dari kemiskinan dan sekarang sudah menjadi salah satu orang terkaya di daerahnya. 

Naasnya baik Pak Joko dan Pak Gidro keduanya tidak mempunyai umur panjang, di usianya yang baru menginjak kepala 3, mereka sudah dipanggil oleh yang kuasa. Namun peninggalan harta mereka sangat banyak sepertinya tidak akan habis untuk 7 turunan.

Saat penggalian kubur Pak Joko, Kakek-ku bertemu dengan teman dari desa tetangga, namanya Misro. Misro juga merupakan orang yang cukup terpandang karena mempunyai harta berlimpah. Melihat keadaan kakek yang dinilainya sangat miskin, Misro menyarankan kakek untuk ikut bekerja dengannya. Dijamin kehidupannya akan jauh lebih baik, jika ikut bekerja dengannya. Kakek yang saat itu memang sedang putus asa karna keadaan ekonomi dengan senang hati menerima ajakan Misro. 

Kakek ingat sekali malam itu adalah malam Jum'at Kliwon, ketika Misro mengajak kakek untuk bertemu dengan seseorang di Pantai Srandil. Di tepi Pantai Srandil mereka bertemu dengan Mbah Jarwot, tanpa basa-basi mbah Jarwot menanyakan:

Mbah Jarwot : "Kamu pingin seperti Misro?"

Kakek : "iya Mbah, pingin kerja bareng Misro"

Mbah Jarwot : "Nanti saya bukakan Jalan, kamu lurus aja ke Kerajaan sana, bilang sama yang punya kerajaan kamu maunya apa?"

Mbah Jarwot menyuruh kakek untuk berdiri menghadap ke Pantai, dan memejamkan mata. Kakek-ku sebenarnya tidak mengerti maksudnya apa, tapi beliau menurut saja sambil menutup mata. Sayup-sayup terdengar suara riuh berisik sekali, suaranya macam-macam ada suara "thak-thik-thak-thik" seperti bunyi benturan 2 benda keras, lalu ada yang meronta "tolong-tolong".

Kakek-ku  mulai membuka mata, dan kagetnya dia melihat pemandangan didepannya, ada jalan raya besar yang terbuat dari aspal, dan di sisi kanan kirinya, banyak sekali pekerja jalan dengan baju compang-camping sedang memecah batu, ada yang sedang menggendong batu, tapi mereka bekerja sambil menangis. Diujung jalan raya besar ini terlihat istana yang sangat megah, gemerlap, dan besar. Kakek-ku berjalan pelan di jalan raya besar itu hendak masuk ke istana besar, namun ditengah perjalanan, kakek-ku merasa ada yang memanggil namanya.

Buruh Jalan : "Sodik... Sodikk...Sodik !!"

Kakek-ku celingukan mencari asal suara tersebut, karena beliau yakin dan jelas ada suara yang memanggil namanya. Lalu pandanganya berhenti pada seseorang yang sedang memegang pemecah batu dan dibelakangnya ada yang sedang memecut punggungnya. Kakek-ku memperhatikan wajahnya, siapakah dia kenapa tau namanya.

Buruh Jalan : "Sodik, pulanglah jangan kesini, lari sodik !"

Seketika kakek-ku sadar, kalau itu adalah Pak Joko yang baru dikuburkan beberapa hari yang lalu. "Ya alloh kenapa Pak Joko ada disini". Dengan tubuh merinding dan ketakutan, kakek-ku balik badan dan lari sekuat tenaga, tapi rasanya seperti jalan di tempat. Kakek-ku berteriak "Ya Alloh hamba tidak mau menjadi seperti Pak Joko, Bantulah hamba ya alloh, tolong hambamu ini" Lalu kakek-ku meneriakkan semua surat-surat pendek yang ia hapal. Alhamdulilah entah bagaimana ceritanya, kakek-ku sudah sampai di tepi pantai Srandil lagi. Kakek-ku sadar dan ingat bahwa ia sudah sampai di Pantai Srandil, tapi kejadian selanjutnya iya tak mengingatnya karena ia pingsan. 

Kakek-ku merasa sangat beruntung karena ia bisa kembali ke pantai Srandil dengan selamat. Cerita punya cerita ternyata itu adalah cara mendapatkan pesugihan secara instan, dan sudah banyak sekali korbannya. Orang-orang yang dijadikan budak membuat jalan menuju kerajaan laut kidul itu adalah mereka yang melakukan pesugihan. Naudzubilahimindzalik, setelah kejadian itu kakek memilih memboyong keluarganya dari Cilacap ke Banjarnegara.

Tapi memang seperti itulah mitos dan mistisnya daerah tempat tinggal kakek, Pantai Srandil yang letaknya hanya berjarak beberapa kilo meter saja dari rumah kakek-ku dulu itu terkenal sebagai gerbang menuju kerajaan laut Kidul, bahkan sampai sekarang masih banyak yang mempercayai hal tersebut. Fakta atau hanya mitos aku sendiri kurang memahaminya, karena sebagai manusia biasa yang awam akan hal mistis, aku tidak pernah merasakan hawa misterius apapun ketika berkunjung ke Pantai Srandil. Bagiku, Pantai Srandil hanyalah pantai biasa, sama seperti pantai-pantai lainnya.

sumber gb : google pict

cerita : cerita asli dari orang yang selamat dari lingkar pesugihan.
Diubah oleh sinsin2806 17-03-2020 08:10
rizka.auliarahmat559mincli69
mincli69 dan 31 lainnya memberi reputasi
32
5.9K
28
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.4KThread81.2KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.