keeraanaAvatar border
TS
keeraana
TUMBAL PERSEMBAHAN NENEK [HOROR]
Malam ini Nenek berencana bercerita padaku dan untuk kalian juga. Beliau berpesan, "Sebelum nenek mulai, jangan lupa mengunci pintu kamar dengan rapat."

Hampir saja aku lupa. Kulenggangkan langkah menuju pintu dan kuputar kunci dengan benar. Selesai, aku kembali pada Nenek.

"Bisa dimulai, Nek?"

Mendengar pertanyaanku yang terkesan antusias, Nenek tersenyum. Nampaklah gigi hitamnya yang tersisa hanya beberapa saja.

"Sudah mengunci jendela?" tanya Nenek lagi, sambil menyisir rambut putihnya yang menjuntai tipis hampir menyentuh lantai.

Aku mengangguk. Memang benar, sejam yang lalu aku sudah mengunci jendela kamar ini.

Kami duduk di ranjang, saling berhadapan. Nenek masih tersenyum, sesekali ia menyetuh pipiku dan menyelipkan rambut di balik telingaku.

"Nenek malam ini akan bercerita apa?"

Nenek melihat langit-langit kamar, pada satu sudut.

"Cerita tentang perempuan yang melihatmu dari atas," ucap Nenek setengah berbisik.

Aku ikut melihat ke arah itu. Kosong, tidak ada apa-apa. Sebelumnya aku sempat berprasangka bahwa perempuan yang dimaksud oleh Nenek, benar-benar ada di sana.

"Dia yang selalu menemanimu setiap malam, menyisir rambut dan mengelus ubun-ubunmu sebelum tidur," lanjut Nenek, pelan jemarinya juga melakukan apa yang seperti beliau sebutkan, mengelus puncak kepalaku.

"Dia siapa? Kenapa aku gak pernah ketemu sama dia, Nek?"

Nenek berbaring di kasur dan aku langsung mengikutinya. Kami berbaring miring, berhadapan satu sama lain. Senyum Nenek kembali tercetak jelas, beberapa gurat keriput pun nampak.

"Kalau dia itu nenek bagaimana?"

Otomatis aku langsung tertawa. Tadinya terasa tegang saat Nenek membuka ceritanya dengan menyebutkan perempuan yang melihatku dari atas, kupikir itu adalah hantu.

"Nenek bisa aja. Barusan aku merinding, loh!" Aku mencubit pipi Nenek dengan gemas.

"Kamu takut?" tanya Nenek dengan suara paraunya.

Aku mengangguk.

"Manusia derajatnya lebih tinggi dari Jin dan sejenisnya. Untuk apa takut?" nasehat Nenek padaku. Beliau benar, Ayah dan Ibu juga sering mengingatkanku dengan perkataan serupa.

"Tapi, Nek. Kalau hantunya usil, terus wajahnya serem ... siapa yang gak takut, coba?"

"Memangnya kamu pernah lihat hantu?" Nenek mencolek hidungku.

"Belum, sih! Tapi, penasaran juga pengin lihat penampakan," sahutku terkekeh. Sebenarnya barusan itu cuma kelakar.

Nenek bangun dan mengambil posisi duduk bersila menghadap padaku. "Memangnya berani?"

Aku lantas bangun, ikut duduk di hadapan Nenek. "Uhm, kalo seandainya kejadian ya ... mau gimana lagi?"

Tok ... tok ... tok ....

Aku menoleh ke arah pintu, setelah ketukan kudengar suara Ibu memanggil. "Jihan! Buka pintunya, Nak."

"Seben ...," Kalimatku terputus begitu saja saat kembali menoleh pada Nenek.

"Jihaaan ...."

Aku perlahan mundur bersama tubuh yang begetar hebat. Suara Nenek mendesah berat saat menyebutkan namaku.

"Siapa? Kamu siapa?" Aku panik, sampai tidak sadar sudah mundur hingga ke pinggiran ranjang. Akhirnya aku terjatuh ke lantai dengan posisi terlentang.

"Jihan ...!"

Kudengar suara Ibu dari luar terus saja memanggil, suara kenop pintu pun ikut mendominasi keheningan malam ini.

"Kamu tumbal, Jihan," bisik Nenek. Tapi, tidak! Ini bukan nenekku, wajahnya berubah mejadi sangat keriput dan matanya sangat gelap seperti ingin memusnahkan ku saja.

"Ibu, tolong ...!" pekikku.

"Jihaaan ...!" Suara Ibu sayup-sayup kudengar.

"Mati kamu!"

Aku kesulitan mendapatkan udara, napasku terputus-putus saat mahluk yang menjelma menjadi Nenek kini mencekik leherku dengan sangat kuat. Bau anyir, kuku panjangnya juga menjamah wajahku dengan brutal.

Tiba-tiba aku teringat sesuatu.

"Allahu laa ilaaha illa huwal hayyul qayyumu." Kulafazkan ayat kursi dengan susah payah.

"Arrrgh ...!"

"Arrrgh ...!"

"Arrrgh ...!"

Napasku terengah-engah, baru saja cengkraman maut itu terlepas dari leherku. Sementara mahluk tersebut, kini mengerang sambil meronta-ronta. Ayat kursi yang kubacakan telah mencapai penghujungnya. Kuulangi lagi hingga berkali-kali, meski panik aku berusaha untuk tetap fokus.

"Jihan!"

Ibu berlari ke arahku, entah bagaimana caranya kunci pintu bisa terbuka begitu saja. Bersama dengan itu, mahluk yang menyerupai Nenek pun raib dari pandangan mata.

"Jihan, kamu gak apa-apa, Nak?"

Aku mengangkat kepala pada Ibu yang sedang memelukku. "Sebenarnya ada apa, Bu?"

Ibu menangkup kedua pipiku. "Sewaktu hidup Nenek sering melakukan pesugihan. Sampai saat ini Ibu gak tau caranya untuk menghentikan teror dari jin piaraan nenekmu itu."

Mulai dari malam itu aku selalu waspada. Macam-macam ayat dari Al Qur'an kuhafal, dzikir dan doa tak lupa selalu kulafazkan untuk membentengi diri dari gangguan mahluk-mahluk tersebut.

Tapi, Ibu sempat mengatakan hal lain. Jin tersebut selalu saja mencari tumbal, sehingga Nenek melakukan perjanjian. Jika sudah habis di keluarga sebagai tumbal, maka ... siapa saja yang mendengarkan kisah ini, ia akan mendapatkan kejadian serupa denganku sebelum tidur.

Nenek akan datang ke kamarmu di setiap malam, memerhatikan kamu dari sudut tertentu. Coba lihat, apakah ada nenekku di sekitarmu?

End~

galih17Avatar border
jagogkritikalAvatar border
jagogkritikal dan galih17 memberi reputasi
2
1K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Budaya
Budaya
icon
2.3KThread1KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.