ZenMan1Avatar border
TS
ZenMan1
Waspada, Ada Risiko Rupiah Merosot ke Rp 14.430/US$


Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali jeblok melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (28/2/2020) hingga menyentuh level terlemah sejak Oktober.

Rupiah membuka perdagangan dengan melemah 0,14% di level Rp 14.050/US$, tetapi tidak lama langsung jeblok. Pada pukul 13:00 WIB Mata Uang Garuda sudah melemah 1,21% ke level Rp 14.200/US$. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 2 Oktober.

Sebelum hari ini, rupiah sudah melemah 8 hari beruntun dengan total 2,75%. Jika ditambah dengan pelemahan siang ini, total rupiah anjlok nyaris 4%.
Berlanjutnya aksi jual di pasar keuangan dalam negeri membuat rupiah terus mengalami tekanan.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 4% sementara dari pasar obligasi, yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun naik 16,9 basis poin (bps) menjadi 6,885%, tertinggi sejak 16 Januari lalu.

Untuk diketahui pergerakan yield berbanding terbalik dengan harga SUN, kala yield naik itu artinya harga sedang turun. Sehingga kenaikan yield mengindikasikan aksi jual di pasar obligasi.

Aksi jual yang terus melanda pasar keuangan dalam negeri, terpicu oleh anjloknya bursa saham AS (Wall Street) pada perdagangan Kamis kemarin, yang membuat sentimen pelaku pasar semakin memburuk.

Indeks Dow Jones amblas 4,4%, sekaligus membukukan kinerja harian terburuk sejak Februari 2018. Sementara indeks S&P 500 dan Nasdaq melemah 4,4% dan 4,6%, keduanya membukukan kinerja harian terburuk sejak Agustus 2011.

Laporan kasus virus corona terbaru di AS memicu Kecemasan akan penyebaran yang lebih luas di Negeri Paman Sam, membuat pelaku pasar keluar dari aset-aset berisiko dan memilih masuk ke aset aman seperti obligasi AS dan emas.

Kasus terbaru di AS tersebut berbeda dengan kasus-kasus lainnya, dimana para pasien positif corona dapat diketahui penyebabnya, seperti punya riwayat berpergian ke China, atau pernah melakukan kontak dengan pasien yang positif corona.

Pusat Pencegahan dan Pengendali Penyakit (Center of Disease and Prevention/CDC) mengkonfirmasi adanya pasien positif virus corona di California Utara, tetapi belum diketahui bagaimana bisa terjangkit. Pasien tersebut dilaporkan tidak pernah berpergian atau berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki risiko membawa virus corona. Akibatnya, CDC memperingatkan kemungkinan terjadinya "penyebaran di masyarakat", yang memicu kecemasan di pasar.

Yang paling ditakutkan oleh pelaku pasar adalah "produk turunan" dari virus corona yakni pelambatan ekonomi global. China yang merupakan asal virus corona hampir dipastikan akan mengalami pelambatan ekonomi, begitu juga negara-negara lainnya yang sudah terjangkit terlebih dahulu seperti Jepang, Korea Selatan, hingga Singapura.

Pelambatan Ekonomi Global Pukul Rupiah
Rupiah sempat berjaya di bulan Januari, hingga menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia setelah menguat lebih dari 2% melawan dolar AS. Salah satu alasannya adalah perekonomian global tahun ini yang diprediksi akan lebih baik dari tahun 2019.

Para investor masuk ke aset-aset yang memberikan imbal hasil tinggi seperti obligasi di Indonesia, begitu juga dengan saham. Dampaknya aliran modal deras masuk ke dalam negeri.

Kini kondisinya berbanding terbalik, pelaku pasar keluar dari aset-aset berisiko atau berimbal hasil tinggi dan memilih bermain aman. Aliran modal keluar dari Indonesia yang terlihat dari anjloknya bursa saham serta naiknya yield obligasi, rupiah pun terus tertekan.


Sebagian besar negara-negara yang terdampak virus corona yang perekonomiannya diprediksi melambat merupakan pasar utama ekspor Indonesia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor RI ke China di bulan Januari sebesar US$ 2,1 miliar, mengalami penurunan signifikan sebesar 9,15% dari bulan Desember 2019. Seperti di ketahui sebelumnya, virus corona mulai menyebar di China sejak pertengahan Januari lalu. Nilai ekspor ke China berkontribusi sebesar 16,69% dari total ekspor.

AS, Jepang, Singapura, hingga Korsel juga termasuk pasar ekspor terbesar, sehingga pelambatan ekonomi di negara-negara tersebut tentunya akan menggerus pendapatan ekspor.

Lembaga riset global, Moody's Analytics, memprediksi virus corona Wuhan (Covid-19) dapat menekan pertumbuhan ekonomi China pada 2020 menjadi tinggal 5,4% dari angka pertumbuhan tahun lalu 6%.

"Di dalam skenario dasar kami, kemungkinan besar penyebaran wabah akan tetap tertahan di China dan masih akan terjadi pada musim semi. Ekonomi China akan berkontraksi pada kuartal pertama tahun ini, dan pertumbuhan ekonomi tahun ini akan terpangkas menjadi 5,4%," ujar Mark Zandi, Chief Economist Moody's Analytics dalam risetnya, Rabu (26/2/20).

Selain berdampak pada ekonomi China, ekonomi AS juga akan diprediksi akan melambat 0,6 ppt (persentase poin) dan hanya dapat tumbuh 1,3% pada kuartal I-2020.

Tahun ini, ekonomi AS diprediksi melambat 0,2 ppt dari prediksi awal 2% atau artinya hanya tumbuh 1,7%.

Dengan penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi di China dan AS itu, maka dampaknya diprediksi dapat membuat pertumbuhan ekonomi dunia melambat 0,4 ppt menjadi 2,4% tahun ini dari prediksi awal 2,8%

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dalam acara Economic Outlook 2020 CNBC Indonesia di The Ritz Carlton Ballroom, Pasific Place, Jakarta, Rabu (26/2/2020) menyatakan jika perekonomian China melambat 1%, maka pertumbuhan ekonomi RI bisa terpangkas 0,3-0,6%. Itu baru China saja, belum lagi negara-negara lainnya, tentunya ekonomi Indonesia bisa lebih tertekan.

Pelambatan ekonomi tersebut bisa lebih buruk lagi, jika wabah virus corona berlanjut hingga kuartal II tahun ini. Sehingga rupiah berisiko mengalami pelemahan semakin dalam. 

Analisis Teknikal
Seperti disebutkan sebelumnya, rupiah di bulan Januari sempat menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di dunia. Penguatan tersebut terjadi setelah rupiah atau yang disimbolkan dengan USD/IDR menembus ke batas bawah pola Descending Triangle di akhir Desember 2019. Pola tersebut mulai terbentuk sejak bulan Agustus 2019, yang artinya sudah berlangsung selama lima bulan sebelum batas bawah (support) Rp 13.885/US$ berhasil ditembus pada 31 Desember 2019. 

Setelah itu rupiah terus menguat hingga mencapai level terkuat dalam dua tahun terakhir Rp 13.565/US$ pada 24 Januari, sekaligus menjadi mata uang terbaik di dunia setelah mencatat penguatan 2,27%. 



Tetapi di bulan Februari kondisi berbalik, rupiah menembus ke atas batas bawah pola Descending Triangle Rp 13.885/US$ yang sebelumnya menjadi resisten (tahanan atas) pada Rabu (26/2/2020) lalu. Penemnbusan di atas level tersebut membuat tekanan bagi rupiah semakin kuat, apalagi sepanjang bulan Februari juga terbentuk tiga pola White Marubozu. 

Pada 3 Februari lalu, rupiah membuka perdagangan di level Rp 13.660/US$ dan mengakhiri perdagangan di Rp 13.740/US$. Level pembukaan dan penutupan tersebut sekaligus menjadi yang terlemah dan terkuat sehingga secara teknikal membentuk pola White Marubozu. Hal yang sama juga terjadi pada 21 Februari lalu, dan Kamis kemarin. 

White Marubozu kerap dijadikan sinyal harga suatu instrumen akan naik lebih lanjut. Dalam hal ini, nilai tukar dolar AS menguat melawan rupiah. 

Resisten terdekat kini berada di level Rp 14.215/US$ (level tertinggi 1 Oktober 2019. Jika level tersebut ditembus secara konsisten, tekanan bagi rupiah akan semakin kuat, dan berisiko melemah ke Rp 14.350/US$. Jika level Tersebut juga dilewati, rupiah berisiko merosot ke Rp 14.430/US$. 

Sementara selama bertahan di bawah resisten, rupiah berpeluang memangkas pelemahan ke Rp 13.970/US$.

sumur

https://www.cnbcindonesia.com/market...rp-14430-us-/1
nomoreliesAvatar border
sebelahblogAvatar border
4iinchAvatar border
4iinch dan 3 lainnya memberi reputasi
4
998
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.