• Beranda
  • ...
  • Sports
  • 1998 & 2002, dua edisi Piala Dunia yang cukup kelam

FootballStory
TS
FootballStory
1998 & 2002, dua edisi Piala Dunia yang cukup kelam

1998, Piala Dunia kembali membakar semangat warga bumi terutama Prancis, di event 4 tahunan tersebut FIFA kembali membuat kebijakan baru seperti jumlah peserta menjadi 32 yang sebelumnya hanya berjumlah 24. Hal ini membuat tim² debutan mengeraskan suaranya seperti Jamaika, Kroasia, dan Jepang. Fifa juga menetapkan sistem Golden Goal dimana jika selama 90 menit skor sama kuat maka tim yang mencetak gol di masa perpanjangan waktu yang menjadi pemenang.

Piala Dunia '98 merupakan sesuatu yang selalu membekas, penuh kenangan, dan bersejarah. PD '98 banyak yang mengatakan ada kejanggalan di event tersebut, bahkan sejak babak penyisihan ada beberapa hal yang cukup menarik. Brazil kalah dari Norwegia 2-1, begitu juga Inggris yang entah mengapa bisa tumbang 2-1 oleh Rumania, dan juga kekalahan 3-2 Spanyol atas Nigeria sukses kejutkan dunia. Di event ini pula tim yang baru berusia 7 tahun yaitu Kroasia disebut sebut sebagai underdog terbaik sepanjang gelaran PD, mereka juga mencetak kemenangan lebih banyak dari Brazil yang meraih posisi runner up.

Akan tetapi cerita² tersebut tidak begitu menarik ketika kita bicara mengenai partai final di event PD '98, partai yang mempertemukan tim tuan rumah dengan sang juara bertahan Brazil, partai tersebut ramai dibicarakan oleh khalayak bahkan hingga saat ini karena banyak melahirkan momen² tak terduga. Salah satunya adalah "hilangnya" Ronaldo da Lima di laga tersebut. Diusianya yang terbilang muda (22) Ronaldo sudah mengantongi 2 gelar pemain terbaik dunia dan 1 Ballon d'Or sebenarnya prestasi Ronaldo akan terbilang lengkap jika di tahun '98 ia bisa membawa Selecao menjuarai PD. Walaupun di event tersebut ia mandul di fase grup tapi ia menggila di fase gugur ketika ia mencetak brace ke gawang Cile, dan menyelamatkan Brazil dari hadangan tim oranje Belanda.

Akan tetapi cerita berbeda didapat di belakang panggung, sehari sebelum partai pamungkas Ronaldo yang berkarakter periang berubah menjadi pemurung, ia lebih banyak berdiam diri di kamar wajahnya pucat dan seperti orang ketakutan, hingga saat ini apa yang sudah menjadi rahasia umum belum sepenuhnya di klarifikasi termasuk mengapa tim medis menyebutkan Ronaldo dalam kondisi sehat dan mengizinkannya bermain. "Ronaldo hendak tidur siang saat itu, sama seperti kami namun entah mengapa saat tertidur dirinya kejang kejang, Roberto Carlos yang satu kamar dengannya berlari meminta pertolongan" ucap bintang AC Milan Leonardo yang masuk dalam squad Brazil di event tersebut. Carlos pun menceritakan bahwa tragedi tersebut membuat satu tim khawatir yang lebih mengerikan lagi pemain yang saat itu masuk squad, Edmundo juga bercerita mengenai Ronaldo "Aku melihat tubuhnya bergetar kencang dan mulutnya sempat mengeluarkan busa, aku melihat beberapa kali ia memukul kepalanya dan melihat lidahnya hampir tertelan" tim dokter mengatakan tidak ada yang berbahaya dari kondisi Ronaldo dan Ronaldo pun bangun pukul 5 sore dan belum sadar apa yang terjadi.

Tim memutuskan untuk menurunkan Edmundo yang dianggap lebih fit untuk bermain. Saat tim pergi ke Stade de Franc untuk menjalani partai puncak Ronaldo justru dibawa ke klinik untuk merawat kondisinya. Namun disaat tim Selecao harap² cemas apa yang akan terjadi nanti dilapangan, tim malah dikejutkan dengan permintaan Ronaldo yang ingin dimainkan walaupun kondisinya yang tidak fit, ia datang 40 menit sebelum laga dimulai. Zaggalo (pelatih brazil pada saat itu) pun berubah pikiran untuk menarik kembali Edmundo dan menurunkan Ronaldo persetan dengan kondisinya. Namun keputusan Zaggalo sepertinya berbuah pahit, Ronaldo tampil seperti bukan dirinya sedang bermain tidak bertenaga, tidak kuat berlari, dan tidak adanya gerak tipu yang biasanya selalu menghibur penonton. Akhir match pun berkata Brazil dibabat 0-3 dari tuan rumah.

Zaggalo pun angkat bicara mengenai keputusannya, dirinya mengatakan tak punya pilihan dan ia mengakui bahwa timnya lebih baik kalah ketimbang dirinya harus dicaci fans karena tidak menurunkan pemain terbaik di partai terbaik, namun yang pasti belum ada jawaban pasti mengenai hal tersebut hingga hari ini.

Ronaldo sendiri mengatakan kepad 442 mengenai dirinya menjelang Final PD '98 "Aku memutuskan beristirahat setelah makan siang, terakhir yang aku ingat aku pergi ke tempat tidur, setelah itu aku kejang. Aku dikelilingi rekan rekan pemain dan kemudian dokter Lidio Toledo datang, mereka tak mengatakan apa yang terjadi. Aku kemudian meminta semuanya keluar dari kamar karena aku ingin tidur. Setelah itu Leonardo memintaku berjalan di taman hotel dan menjelaskan kepadaku apa yang terjadi. Dia bilang aku tak perlu bermain di final,"

Lagi dan lagi jawaban dari Ronaldo tidak menjelaskan apapun, imbasnya adalah teori konspirasi pun bermunculan. Paling tidak ada 5 teori kuat yang mendukung kejadian tersebut.
1. Apparel ternama Nike yang bekerjasama dengan asosiasi sepakbola Brazil (CBF) memaksa Ronaldo untuk bermain.
2. CBF dianggap menjual Piala Dunia, dalam hal ini di kabar yang beredar para pemain Brazil telah menerima suap sebesar 407 miliar rupiah untuk mengalah dengan perjanjian Brazil akan menjadi tuan rumah PD 2006 dan akan menang mudah pada PD 2002
3. Kabar burung yang beredar adalah Ronaldo telah diracun
4. Ronaldo memang sedang dalam kondisi yang tidak sehat, disebutkan bahwa Ronaldo memang mempunyai masalah kesehatan yang telah lama dirahasiakan oleh sang bintang
5. Pil Biru, kabar yang beredar bahwa dokter telah memberi pil biru pada Ronaldo sebagai penghilang rasa sakit namun efek obat tersebut seperti obat bius

Pada edisi PD 2002 Ronaldo berhasil membawa Brazil mengangkat piala di Jepang, namun malam sebelum partai puncak Ronaldo mengakui tidak bisa tidur dikarenakan trauma pada kejadian 4 tahun silam di Prancis, Namun kurang tidur tidak berefek apapun pada Ronaldo, ia berhasil mencetak brace ke gawang Oliver Kahn. Piala 2002 seolah menjadi pembalasan termanis Ronaldo atas kejadian yang menimpanya di PD edisi sebelumnya.

Menjalar dari '98, PD 2002 pun penuh dengan dengan kebijakan baru salah satunya adalah menggelar event akbar tersebut di 2 negara berbeda dengan total stadion terbanyak yang digunakan yaitu sebanyak 20, dengan Jepang 10 stadion dan Korea 10 stadion. Diluar dari kebijakan tersebut ada salah satu match yang paling kontroversial dan membekas di hati pecinta sepakbola terutama para hooligan timnas Italia ketika timnya ditumbangkan oleh salah satu tim tuan rumah, Korea Selatan.

Laga itu dicap sebagai laga paling kontroversial yang memenangkan Korsel 2-1, nasib timnas Italia kala itu terbilang ironis, bagaimana tidak kala itu squad pizza datang dengan status tim unggulan, memiliki liga terbaik dengan wujud Serie A, dan hampir semua pemain yang masuk squad dikenal masyarakat dunia. Namun perjuangan Italia di babak grup pun penuh kesulitan padahal Paulo Maldini CS hanya menghadapi 3 tim kuda hitam yakni Meksiko, Kolombia, dan Ekuador. Dan benar saja ketika perdelapan final mereka dipermalukan oleh tim yang sama sekali tidak diunggulkan yaitu sang tuan rumah Korsel di pertandingan yang penuh kontroversi.

Dihari itu stadion (gatau nama stadionnya tolong bantu dikolom komenemoticon-Ngakak) merupakan neraka bagi Gli Azzuri, jelas saja keputusan wasit Moreno benar benar menyiksa tim penganut catenaccio, tak hanya itu di tribun pendukung Korsel dengan tega membuat koreo bertuliskan "AGAIN 1966"untuk mengingatkan tim Italia pada memori kelam PD '66 kala timnas Italia angkat koper setelah dikalahkan 0-1 oleh Korut. Baru 4 menit berjalan Moreno memberi hadiah penalti kepada Korsel karena Penucci membuat pelanggaran di kotak 12 pas, Korsel lupa Itali punya tembok sekokoh Buffon. Italia membuktikan kalau mereka bukan sekedar kesebelasan, sepak pojok dari Totti dikonversi menjadi gol oleh Vieri, Itali unggul 1-0. Korsel pun mengimbangi keadaan lewat Seol ki Hyeon yang menandakan laga harus dilanjutkan via perpanjangan waktu. Disaat seperti kontroversi oleh Moreno mulai terlihat, pangeran roma Francesco Totti pun diberi kartu kuning kedua karena dianggap diving di kotak penalti Korsel. Kejengkelan selanjutnya adalah gol Italia yang dianulir, hal ini membuat warga Italia marah bukan main. Klimaksnya terjadi saat menit 117 ketika Ahn mencetak gol bagi Korsel, ironisnya Ahn sendiri adalah penggawa top Serie A milik Perugia.

Banyak warga Itali yang tidak mengakui kemenangan Korsel, bahkan status pinjaman Ahn ke Perugia pun dihapus. Salah satu jurnalis dari Italia Giorgio Tosatti menyebutkan "Italia tersingkir dari Piala Dunia kotor, yang mengubah wasit dan hakim garis menjadi pembunuh bayaran". Tak sampai disitu Laga perempat final melawan tim matador Spanyol terdapat juga keputusan keputusan kontroversi dari wasit asal Mesir yang akhirnya memulangkan La Furia Roja.
kumaniaksnona212tien212700
tien212700 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
4.5K
24
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sports
Sports
icon
22.8KThread10.6KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.