Fanatisme, sebuah istilah yang gak akan asing kalau lo mempelajari ilmu sosial atau filsafat. Seseorang yang menganut paham fanatisme biasa disebut seorang fanatik. Nah, seorang yang fanatik bisa dideskripsikan sebagai orang yang memiliki rasa antusias dan kegairahan yang—mungkin—ekstrem, dan tidak kritis. Pengertian itu gw ambil dari penjelasan kamus Webster ya.

Bagaimana kita bisa tahu kalau ada orang yang fanatik? Jawaban paling mudah adalah lihat argumennya. Seperti pengertian yang gw jelasin di paragraf pertama thread ini, ada keyword yang menyatakan kalau orang fanatik tuh tidak kritis. Biasanya sikap gak kritis itu terlihat dari argumen yang sangat tidak objektif. Bahkan cenderung tidak logis dan mengada-ada hanya untuk mencari pembenaran. Tentunya pembenaran itu ya buat sosok yang mereka idolakan. Contohnya seperti yang dilakukan oleh Wakil Ketua Badan Musyawarah (Bamus) Betawi bernama Rahmat HS.



Sebagai warga DKI Jakarta, Rahmat HS belakangan ini sedang menerima kenyataan kalau di provinsi yang ditinggalinya kerapkali mengalami permasalahan banjir. Tahu sendiri dong kalau Jakarta lagi banjir pasti Anies jadi bantalan banyak orang, haha. Mau gak mau, ya Anies sebagai pejabat publik harus siap menerima konsekuensi itu, apalagi dia pemimpin Ibukota.

Tapi kadang masih ada aja pembelanya yang gak terima kalau Anies dipojokan atas kritik yang menyasar dirinya tersebut. Padahal ya harusnya mereka sadar kalau sejak awal tahun 2020 aja banjir di Jakarta udah beberapa kali terjadi.

Jangan kayak si Rahmat HS Gan, dia malah pake ngeles kalau karena Anies tuh hujan yang menyebabkan banjir terjadi selalu pas hari libur. Karena itulah ia mengajak harus bersyukur berdasarkan fakta tersebut.



Gak cuma itu doang, ia juga mengajak untuk jangan saling sikut-sikutan satu sama lain terkait fenomena banjir yang melanda Jakarta. Karena menurutnya nih, cara Anies dalam menangani banjir tuh lebih baik daripada gubernur sebelumnya.

Seinget gw, waktu sama gubernur sebelumnya daerah Cengkareng Barat kagak pernah banjir. Tapi sama gubernur yang sekarang malah banjir mulu. Lebih baik nih seriusan?



Katanya, selalu ada upaya pencegahan, normalisasi, dan lainnya, tapi kok ya masih juga banjir. Bukannya semakin membaik, eh malah tercipta rekor kalau dalam kurun waktu 74 hari Jakarta telah banjir sebanyak 7 kali. Itu yang ngomong pengamat perkotaan, Azas Tigor Nainggolan loh ya bukan gw.

Terakhir, pesan dari Rahmat HS ke kita semua adalah kalau selalu ada hikmah atas setiap kejadian. Gak ada yang tahu kan kalau banjirnya di hari kerja bisa menggangu pelayanan masyarakat, untungnya aja datang di hari libur tuh banjir. Nah, hikmah itulah yang bisa kita petik kalau kata Rahmat HS.

Pokoknya yang penting soleh dah!