miftakhana
TS
miftakhana
Gadis Berambut Merah


"Shodaqallahuladzim...." Suara lantunan Al-Qur'an itu begitu lembut. Dan suara itu selama beberapa hari ini selalu menemani sepinya suasana masjid sore hari, lebih tepatnya adalah delapan hari.

Masjidil Halal. Ya itulah masjid yang menjadi tujuannya sebelum pulang ke rumah. Pada jam yang sama, di tempat yang sama, dan juga surat yang selalu sama dari hari pertama ia datang ke masjid ini. Yakni surat al-waqiah.
Satu tugas lagi yang harus bisa ia selesaikan, atau bisa disebut chalangge buat diri sendiri. Konsisten untuk membaca surat al-waqiah selama 30 hari tanpa putus sama sekali.

Bukankan mudah saja membaca surat al-waqiah? Kenapa tidak Al-Baqarah atau surat yang lebih panjang lagi? Bukan disitu inti dari chalangge ini, tapi berada pada konsisten diri. Apakah bisa Istiqomah selama 30 hari atau tidak. Karena hal itu juga bisa melatih mental diri dalam mencapai sebuah tujuan.

“Berisik banget ya di luar? Di masjid loh ini.” Ia memandang sekilas keluar jendela lalu berpaling lagi pada Al-Qur’an kecil ditangannya.

Mas minta foto dong...
Mas saya juga...
Mas saya dulu...
Eh enak aja kamu, aku duluan.
Eh aku dulu Mas.


Suara-suara itulah yang mengusik ketenangan Sybil. Yups betul, itulah nama gadis itu. Sybil Lukela.

Kayak artis aja dimintai foto. Tau tempat juga kali kalau mau ribut. Astaghfirullahaladzim. Batinya yang mulai tak nyaman dengan keadaan ini. Tak mau ambil pusing ia melanjutkan kesibukan yang tertunda. Di luar keadaan sedang hujan sangat lebat dan faktanya ia lupa tak membawa mantel.

“Udah dua jam aku nunggu tapi belum reda juga, padahal orang-orang tadi udah mulai pergi dan sekarang sepi lagi.”
Gadis itu kini tengah berdiri di tepi masjid menengadahkan tangannya mengecek apakah masih hujan. Akhirnya ia menunju motor matic biru putih yang ia parkirkan di samping masjid.

Okelah bismillah gak terlalu lebat juga.

Baru beberapa meter berjalan ia terjebak macet dan parahnya ia akan semakin lama terkena hujan.

Tin... Tin... 2x

Gak sabaran banget ya. Astaghfirullahaladzim.

Walaupun tidak terlalu padat kemacetannya, ia bisa basah jika tak menggunakan mantel.

Tin... Tin... 2x

"Mbak... Mbak menepi dulu Mbak!" Gadis itu hanya melirik sekilas dari balik spionnya tak menggubris lelaki yang memanggilnya dari dalam mobil elf warna hijau itu.

"Mbak sebentar saja. Menepi dulu Mbak."

"Huh mau ngapain orang ini."

Walaupun enggan tapi ia langsung membelokkan motornya ke halaman luas taman kanak-kanak yang ada di tepi jalan lalu diikuti mobil itu, ternyata juga banyak orang berteduh di sana.

Penting kayaknya ya? Sampai dia turun gak bawa payung gitu.

"Ada apa Mas?" Bibirnya mulai biru tangannya juga mulai berkeriput karena dingin.

"Ini Mbak." Ia menyodorkan mantel berwarna navy kepada Sybil.

"Apa ini Mas?"

"Mantel mbak, dipakai aja! Kayaknya Mbak lebih butuh."

"Ah ndak usah Mas, sebentar lagi insyallah reda."

"Gak papa Mbak dipakai aja, walaupun gerimis tapi kalau rumahnya jauh bisa kuyup nanti sampai rumah."

Haduh orang ini siapa sih, sampek mau ujan-ujanan cuma ngasih mantel.

"Mbak kok malah bengong?"

"Eh ndak usah Mas beneran, ntar malah bingung ngembalikanya."

"Gak usah dikembalikan mbak, emang mau ke Sidoarjo cuma buat ngembalikan mantel?"

"Hah Sidoarjo?" Ia melirik ke arah mobil yang ditumpangi laki-laki itu tadi. Mimik wajahnya langsung berubah, matanya melebar.

"Mas Khalis?" Wajahnya tetap dengan mimik kaget, memastikan bahwa memang benar apa yang ia lihat. Berbeda dengan lawan bicaranya, ia terlihat sangat santai, ekspresi wajahnya juga tidak berubah. Ia hanya mengangguk dan tersenyum.

Masyaallah senyumnya ituloh Mas bikin meleleh. Astaghfirullahaladzim Sybil gak boleh. Astaghfirullahaladzim...

"Kenapa Mbak? Kok...." Ia menirukan kepala Sybil yang tiba-tiba digeleng-gelengkan.

"Ndak papa Mas, kaget aja bisa ketemas Khalis. Di jalan pula."

Siapa coba yang gak kenal kamu Mas? Apalagi sama mobil itu.

Mereka terlibat dalam obrolan yang lumayan panjang, yah walaupun Khalis yang selalu memulai bertanya, sedangkan Sybil selalu menjawab dengan singkat dan sekenanya saja. Yups benar karena dia malu.

"Eh Mbak udah reda tuh, jadi mau pakai mantel?"

"Lah terus buat apa mantel kalau udah reda?" Jawabnya dengan nada bercanda.

"Kali aja kan tengah jalan hujan lagi Mbak."

"Jangan doakan gitu lah Mas...."

"Hehe iya Mbak...."

"Yasudah Mas kalau gitu saya permisi dulu keburu hujan lagi. Terimakasih jadi ada temen ngobrol."

"Sama-sama Mbak. Assalamualaikum." Ia menganggukkan kepala tanda untuk berpamitan.

"Wa-alakkumsalam." Jawabnya lirih. Sangat lirih.

Haduh Sybil tenang. Istighfar. Astaghfirullahaladzim... Ngapain juga terimakasihnya panjang banget. Sekarang tarik nafas... Hembuskan. Sekali lagi. Dan ulangi lagi. Huft... Alhamdulillah lumayan lega.

Ia mulai menjalankan motornya dan melalui depan mobil mereka. Saat di samping pintu depan mobil ia menganggukkan kepala, menyapa orang yang ada di dalamnya. Namun yang tak ia ketahui adalah bagaimana keadaan manusia yang ada di dalam sana.

Sumber gambar : by. Google



Belajar Bersama Bisa dan bersama akan menjadi lebih mudah
Diubah oleh miftakhana 04-07-2020 12:27
mentarisfrindrag057bukhorigan
bukhorigan dan 52 lainnya memberi reputasi
53
6.1K
283
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.