Kira-kira 1 dekade yang lalu, kalau ada saudara atau kerabat yang menikah, biasanya orang akan memakai jasa perias dari salon yang menjual paket lengkap. Mulai dari dekorasi, make-up pengantin, ibu pengantin, among tamu, sampai ke buku tamu, semuanya dari satu vendor. Zaman dulu belum ada trend bridesmaid ataupun make-up artist (MUA). MUA masih dipandang sebagai profesi langka yang hanya menangani artis-artis atau selebriti ternama. Seperti namanya - make-up artis; make-up-in arti-artis aja. Katanya sih begitu.
Lain dulu lain sekarang, profesi MUA semakin menjamur seiring dengan berkembangnya trend beauty blogger dan vlogger. Make-up drugstore dan high-end semakin marak dan mudah dibeli. Di era konsumtif make-up inilah, banyak orang- perempuan terutama, mengaku dirinya sebagai make-up artis, asalkan bisa menggambar alis.
Permasalahannya muncul, beberapa perias yang telah mengenyam pendidikan rias, baik formal dan non-formal, merasa “terganggu” dengan dengan fenomena MUA-MUA baru yang menjamur ini. Dipikirnya “kok gampang banget jadi tukang dandan, padahal sertifikat aja nggak ada, belajar pakem pun enggak, kok sudah berani mengambil untung dan jual jasa?”
Selama ini mungkin kamu mengira perias adalah terjemahan bahasa Indonesia dari MUA, tapi ternyata perias dan MUA itu dua hal yang berbeda lho. Berikut penjelasan apa sih bedanya antara MUA dan perias.
Quote:
1. Umumnya, Perias Telah Mengenyam Pendidikan Baik Formal Maupun Non-Formal tentang Dunia Per-Make-Up-an
Perias biasanya sekolah jurusan teknik rias yang ada di kampus-kampus pendidikan atau belajar di sanggar-sanggar rias yang kerap membuka kelas paes. Mereka harus menempuh beberapa bulan atau bahkan tahunan untuk mengerti cara membentuk alis, menata rambut, mencukur rambut, hingga tata cara rias pengantin tradisional. Sebelum mereka terjun ke lapangan sebagai profesional, mereka diharuskan menjalani semacam internship atau PKL terlebih dahulu untuk mengasah skill dan jam terbang.
Gak kaya perias yang butuh waktu bertahun-tahun, para MUA umumnya banyak yang belajar otodidak dalam mengembangkan skill riasnya. Modalnya berani, punya sedikit trik marketing, dan rajin upload foto untuk menghias portfolionya di MedSos. Kalau dilakukan secara terus menerus dan tidak berhenti belajar, para MUA ini bisa cepat menjelma menjadi MUA panutan yang bisa jadi gak punya hari libur selama seminggu - karena saking larisnya.
Quote:
2. Berbeda dengan Perias yang Punya Banyak Skill Dalam Teknik Riasan Tradisional, MUA Lebih Terbatas Pada Teknik Rias Wajah Saja
Seorang perias biasanya dituntut untuk menguasai banyak hal sekaligus. Mulai dari mendadani wajah, rambut, hijab, cara memakaikan baju, cara meronce melati, tata cara panggih, hingga cara manajemen wedding organizer pun mereka ngerti. Pokoknya paket komplit deh. Untuk itulah, belajar dalam waktu lama sangat diperlukan.
Hal ini berbeda dengan MUA, mereka fokus hanya pada riasan wajah saja. Udah, itu tok. Gak banyak MUA yang menguasai tata cara ubo rampe yang dikuasai perias. Namun dengan hal ini, justru membuat skill para MUA dalam merias wajah sangat pro sampai tahap yang tak terbatas, tergantung seberapa tingkat belajar si MUA tersebut. MUA seringnya bekerja sama dengan hair stylist, hijab stylist, pemaes, dll.
Quote:
3. Perias Biasanya Bertahan dengan Pakem. Sementara para MUA cenderung Lebih Modern dan Mengikuti Perkembangan Selera Pasar
Perias memang dididik untuk senantiasa menaati pakem dan standar tertentu. Misalnya, saat mereka belajar riasan tradisional pengantin gaya Jogja, maka mereka diharuskan mempelajari seluk beluk serta riasannya yang memiliki aturan tertentu. Contoh gampangnya adalah: cara membentuk alis ala Jogja Putri, diharuskan memiliki derajat kelengkungan tertentu yang tidak sama dengan alis modern seperti zaman sekarang. Itu tidak boleh dibantah, jika salah sedikit saja bisa kena cap tidak melestarikan adat leluhur.
Oleh sebab itu, para perias cenderung stagnan dalam menyikapi perkembangan make-up modern saat ini. Kalau dilihat di lapangan, perias seringnya berkutat pada cara lama yang dinilai kuno. Perkara perkembangan kekinian dan modernitas, tentu MUA lebih piawai di bidangnya. Dengan keahlian yang terfokus, mereka akan mengembangkan berbagai cara untuk mendapatkan tampilan make-up yang flawless, sempurna, glowy, dewy, atau apalah itu - istilah asing yang tidak diajarkan oleh guru-guru perias manapun tapi dipopulerkan oleh para beauty blogger.
Bahkan beberapa make-up artis seperti Muwhaley yang ada di #TikTokViral sering membuat make-up karakter di mana dia menyulap wajahnya sendiri menjadi karakter-karakter yang sering kita lihat di TV. Beda jauh banget kan apa yang dibuat perias dan make-up artis.
Quote:
4. Perias memiliki salon, MUA memiliki studio. Apa sih perbedaannya? Atau jangan-jangan sama saja
Seorang perias biasanya memiliki tempat berkarya yang disebut salon. Di salon inilah mereka menempatkan alat-alat makeup, baju-baju, hingga gebyok yang merupakan bahan usaha mereka. Sementara MUA cenderung menamai tempat berkarya dengan sebutan studio. Layaknya seniman, paramakeup artist (seniman makeup) ini juga memiliki tempat tersendiri untuk melakukan karya seni.
Apakah tempat berkarya seperti demikian wajib adanya? Tidak. Nyatanya ada banyak perias dan MUA freelancer yang bekerja secara home-service atau menyesuaikan panggilan. Sehingga tempat bekerja mereka adalah tempat di mana klien tinggal atau berdiam.
Semoga kamu mendapatkan informasi baru dan tidak keliru lagi antara perias dan MUA