i.am.legend.
TS
i.am.legend.
Gebrakan Vs Sorotan Tajam ke Anies Baswedan di 2020



Gebrakan Vs Sorotan Tajam ke Anies Baswedan di 2020

Spoiler for Isi Berita:


☆☆☆☆☆

Itu yang disebut gebrakan? Biasa aja.
Yang pantas disebut gebrakan itu seperti ini :

Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menutup Kramat Tunggak, kompleks lokalisasi terbesar di Jakarta dan salah satu lokalisasi terbesar dan tertua di Indonesia. Sutiyoso juga membangun Jakarta Islamic Centre disana.

Atau...

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menutup Kalijodo, kompleks lokalisasi kumuh di Jakarta dan menata kawasan itu menjadi kawasan umum untuk rekreasi dan olahraga.

Menutup Diskotek yang terbukti menjadi tempat peredaran narkoba dianggap gebrakan? Oh, kecil itu bos. Itu bukan gebrakan. Itu peraturan. Siapapun Gubernurnya, peraturan itu wajib ditegakan. Dan Ahok, menutup Mille's dan Stadium. Alasannya pun sama, karena di tempat-tempat tersebut terbukti menjadi tempat peredaran narkoba.

Lantas kenapa Alexis tidak ditutup? Tidak ada bukti dan belum ada bukti. Jika hanya memuaskan syahwat pencitraan, bisa saja Ahok menutup Alexis, tapi imbasnya Pemprov DKI Jakarta bisa kena tuntutan karena semena-mena.

Lalu kenapa Anies bisa? Bisa apa? Menutup Alexis? Ah itu cuma buat memuaskan hati pendukungnya dan biar dianggap telah menuntaskan janji. Alexis itu cuma ganti nama thok. Ibarat kata, saat Anies datang, si Alexis ini menunduk diam. Tapi begitu Anies pergi dari hadapan Alexis, si Alexis ini nungging mengejek dengan pantatnya.

Apa lagi yang mau dianggap gebrakan Anies? Penyegelan Pulau Reklamasi? Digugat pengembang bos. Dan Anies kalah 2 kali. Sejak awal soal Reklamasi, itu untuk bahan tipu-tipu Anies demi sebuah citra keberpihakan. Nyatanya diam-diam Anies bertemu dengan para pengembang. Diam-diam Anies mengeluarkan ratusan iMB. Diam-diam wilayah hijau berubah jadi tempat PKL yang diperjualbelikan. Dan masyarakat Jakarta menanggung akibatnya. Uang kompensasi 15% raib tak tentu rimbanya.

Anies ini tak punya gebrakan yang patut dibanggakan koq. Karena dia memang bukan tipe pendobrak. Dia tipe pendendam. Dendam dengan masa lalunya, pada orang-orang yang dianggap menyulitkan langkahnya dan mempermalukan dia dimata rakyat Indonesia. Dia mantan orang buangan. Mantan orang pecatan.

Sebagai pemimpin Jakarta, sebenarnya tugas Anies sudah teramat mudah, andai dia mengikuti alur yang telah disusun dan ditetapkan para pendahulunya. Nyatanya Anies gengsinya teramat tinggi. Semua dia ubah, bahkan meskipun hanya nama, dia alergi memakainya, seolah-olah semua peninggalan pendahulunya harus hilang lenyap tak berbekas. Sayangnya Anies tak bisa menghilangkan jejak dan karya-karya monumental para pendahulunya. Selicin apapun dia berusaha, tetap tak bisa menghapus jejak tersebut. Dan Anies juga pastinya tak akan bisa menghancurkan atau menutup pencapaian para pendahulunya. Apa Anies bisa mengubah Simpang Susun Semanggi? Lapangan Banteng? Kalijodo? MRT? Trans Jakarta? Atau mungkin Kramat Tunggak? Kelas Anies cuma kelas gerai ikan cupang, gardu listrik, dan JPO yang cuma beberapa dia percantik agar bisa dilihat wisatawan. Sementara trotoar yang dilebarkan dengan mempersempit jalan raya ternyata berubah fungsi menjadi tempat mangkal PKL dan parkir liar. Lalu jalur khusus sepeda? Sunyi sepi tak terperi.

Tahun 2020 ini bukan tahun gebrakan Anies.
Tahun 2020 ini adalah tahun penghakiman Anies. Anies dan seluruh pendukungnya yang berani memelintir isu agama, dipermalukan dengan begitu rupa. Oleh siapa? Allah! Allah membungkam mulut-mulut mereka yang mudah sekali ber Takbir tapi dengan mata nyalang dan muka penuh amarah. Allah juga membungkam mulut seorang Da'i yang membumbui sebuah musibah dengan bumbu agama. Nyatanya pemimpin yang dianggap tidak ujub, hanya bisa terbengong-bengong ketika Jakarta dilanda banjir besar.

Dan Anies, yang berniat menorehkan nama besar untuk menyaingi para pendahulunya justru dibuat malu dan tak bisa berkata-kata. Monumen Nasional kebanggaan bangsa Indonesia, justru diacak-acak. Dan simsalabim! Pohon-pohon hilang! Lalu, abrakadabra! Surat penting katanya salah ketik. Semua riuh. Ada maling yang disembunyikan seorang pemimpin. Dan maling itu menggarong ratusan pohon besar dipusat kota. Mereka dilindungi oleh kekuasaan. Kekuasaan yang bisa duduk karena kebodohan manusia-manusia sebanyak 58%.

Inikah yang disebut Gubernur Indonesia? Yang berani membangkang pada proyek vital pemerintah pusat demi rakyatnya yang kebetulan menjadi warga DKI Jakarta?

Inikah yang disebut lebih Gubernur dari Gubernur?
Silakan usung jadi Presiden! Justru TS bersyukur, karena pada akhirnya mereka-mereka, manusia-manusia laknat dari luar Jakarta yang pernah ikut merecoki Pilkada Jakarta akan merasakan hebatnya kepemimpinan Anies jika kelak menjadi seorang Presiden!

Jika sebagai gubernur saja dia butuh puluhan pembantu yang tak kerja tapi digaji besar, lantas berapakah nanti jika jadi seorang presiden?
Jawabannya..... Ratusan!

Alhamdulillah, Jakarta hujan besar lagi. Dan BPPT tak akan bisa harus selalu membantu Anies di Jakarta. Hehehe...

Diubah oleh i.am.legend. 19-02-2020 17:30
lurnnnsebelahblog4iinch
4iinch dan 63 lainnya memberi reputasi
64
10.5K
136
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.2KThread39.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.