GPMI Berkukuh Deklarasikan Anies Baswedan Bakal Capres 2024

Suara.com - Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia (GPMI) DKI Jakarta Raya tetap ngotot mendeklarasikan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai bakal calon presiden untuk Pilpres 2024. Padahal, rencana ini sudah ditolak oleh Anies sendiri.

Minggu (16/2) akhir pekan lalu, GPMI juga berencana menggelar deklarasi Anies sebagai Capres di pinggir Kali Mookervaart, Kali Deres, Jakarta Barat. Namun, acara itu ditunda.

Ketua GPMI DKI Jakarta Raya Syarief Hidayatulloh mengakui, Anies sudah pernah bertanya langsung kepadanya soal adanya deklarasi.

Anies disebutnya tak mau diusung sebagai capres terlalu dini karena masih mengurus kota Jakarta.

"Setiap kesempatan selalu ketemu, kebetulan kemarin pagi di pernikahan, bukan Pak Anies yang minta capres. Kami yang mendeklarasikannya. Mendukungnya kami dari GPMI," ujar Syarief saat dihubungi, Senin (17/2/2020).



Meski mendapat penolakan, ia mengaku akan tetap menggelar deklarasi. Menurutnya ini merupakan desakan dari internal GPMI yang ingin segera menyatakan dukungan kepada mantan mendikbud itu.

"Menolak dia (Anies). Tapi kan kami atas dasar aspirasi masyarakat banyak kan. Saya saja dari 29 Provinsi sudah dapat berapa banyak nih tanda tangan.”

Ia mengaku tidak peduli apakah nantinya Anies akan maju sebagai capres atau tidak. Syarief bersama internal GPMI mengaku akan mengumpulkan dukungan dan mendeklarasikan dukungan terhadap Anies untuk menggantikan Presiden Joko Widodo.

"Saya ngotot sama beliau ini harus saya sampaikan, perkara sampeyan mau maju apa enggak, yang penting saya declarekan ini. Tapi Pak Anies tetap enggak mau.”
sumber

☆☆☆☆☆

Mau tau siapa orang yang ngotot cari muka itu? Noh yang paling pojok. Kalau menghadap kamera, yang paling imut itu.

Kebayang gak kalau dulu dia pakai baju satgas PDIP? Pakai baju hitam-hitam, baret merah, terus ngejogrog nangkring di depan kap mobil, berasa jadi tokoh penting di PDIP? Padahal cuma kecamatan lho. Petantang-petenteng kemana-mana pakai baju satgas. Padahal kalau ditampolin ya nggasruk.

Kebayang gak gimana mukanya dulu gw tunjuk-tunjuk dan gw gak mau ada alasan apapun. Pokoknya yang gw minta harus disediain dia tanpa ada alasan lagi. Dan dia nurut. Kebayang gimana dia dan gimana gw?

Tapi itulah manusia.
Dalam berpolitik, seperti Ahok bilang, kalau niatnya demi kekuasaan semata, itu namanya ambisi politik. Tapi kalau demi menegakan kebenaran, itu kesadaran politik.

Kutu loncat. Kutu loncat bisa dianalogikan kepada mereka yang pindah-pindah partai. Kepindahan dari partai yang satu ke partai lainnya ada yang karena tak sesuai hati nurani, ada yang karena ambisi politik, nafsu ingin jadi anggota dewan.

Nah, yang kita ceritakan ini, ada seorang manusia, yang sebenarnya tidak penting, tapi selalu merasa penting. Di setiap acara selalu ingin tampil di muka. Ada kan orang seperti itu? Orang ini mentok karirnya. Bukan mentok tingginya ya. Akhirnya dia mencari jalan pintas. Terjun ke politik itu butuh biaya bung. Lalu bagaimana kalau tak ada biaya, sementara orang sekeliling memandang sebelah mata? Ya dicarilah biaya. Dan pencarian ini ada yang halal ada yang gak halal. Mana yang cepat? Biasanya yang gak halal. Dan itulah yang dipilih. Akhirnya dia menipu. Siapa yang ditipu? Para pencari kerja. Dimana gaji yang menggiurkan pencati kerja? Luar negeri. Jadi? Ya, ditipulah para calon TKI. Dapat uang banyak. Tapi janji yak ditepati. Jadilah urusan polisi. Ditangkap. Dipenjara. Uangnya? Gak balik lah.

Karena ini urusan pribadi tapi dia suka membawa-bawa nama partai, jelas bikin malu partai. Ditendanglah manusia tak berguna ini.

Emang untuk apa sih uang itu? Jadi caleg brooo...
Berhasil? Kagak. Mentok jadi caleg di PDIP, keluarlah dari PDIP. Eh, ada partai baru nih, Partai Pengusaha dan Pekerja, tiba-tiba dia ada disana, jadi caleg lagi. Berhasil? Kagak lagi. Dongkol dong? Akhirnya muncul lagi di spanduk, kali ini di spanduk PKPI. Bertebaran spanduknya dimana-mana dengan kumisnya. Eh PKPI zonk. Gagal lagi.

Krik krik krik... Tuing..... Nongol di Perindo, jadi Ketua DPD DKI Jakarta. Nyaleg lagi sambil usung Hari Tanoe jadi Presiden. Siapa sihyang gak kenal Perindo dengan marsnya? Apalagi gerobak usaha bertebaran dimana-mana buat PKL. Kayaknya berhasil nih ngantor di Kebon Sirih. Eh, gagal lagi.

Kesal dong. Akhirnya dukung Anies. Anies menang. Eh, Perindo dukung Jokowi. Kebayang gak dongkolnya? Padahal pic profile WA aja pakai gambar Prabowo.

Loncat kemana lagi nih? Hitung aja, udah berapa periode itu ngejar jadi Legislator tapi kagak jadi-jadi. Ibarat makanan udah digoreng berapa kali?
Padahal udah banyak lho uang disebar buat bantu-bantu acara masyarakat.

Nah, mumpung Anies banyak yang dukung katanya. Tempel terus.

Kadang gw mikir, apa gw dukung Anies aja ya? Biar se Indonesia ngerasain selama 5 tahun dipimpin dia. Tapi lu semua jangan kaget kalau hutan Kalimantan pohonnya hilang setengah, dan lu semua gak ada yang tau kemana itu pohon? Atau untuk memajukan Indonesia, gampanglah itu. Tinggal dicat warna-warni aja, udah maju Indonesia. Atau APBN tiba-tiba defisit 100 triliun. Mau Indonesia hebat? Tinggal adain semua race yang jadi kalender tetap dunia. Bodo amat rugi, yang penting hepi.

Ok deh. Mulai sekarang gw dukung Anies jadi calon presiden. Kalau mau Indonesia hancur, ya hancurlah sekalian. Ini mungkin prediksi buku Ghost Fleet yang bilang Indonesia akan bubar ditahun 2030. Dan ini diyakini oleh Prabowo.

Syarat Anies maju nyapres, Prabowo dan Uno jangan nyapres. Biar jalan Anies mulus.
2024 jadi Presiden, 2029 turun, 2030 Indonesia bubar jadi negara-negara yang berdiri sendiri.

Ada yang mau ikut gw dukung Anies? Ayo, rawe rawe rantas, malang-malang puntung. Kalau pohon Monas gak ditebas, gimana mau dapat untung?

Gw dukung usaha jilat-jilat lu Rief.