dicoreAvatar border
TS
dicore
Hey Solskjaer, Keberhasilan Klopp di Liverpool Bukan Hanya Soal Waktu
Ole Gunnar Solskjaer meminta penggemar United untuk bersabar dengan kerjanya di Manchester United. Dia kemudian memberi contoh bagaimana Liverpool yang berani memberikan waktu empat tahun kepada Jurgen Klopp sebelum mereka menjadi sehebat seperti sekarang ini. Namun, Ole juga harus sadar kalau kesuksesan Klopp di Anfield tidak hanya sebatas durasi waktu.



Paul Pogba dan Kisah Rooney yang Kemungkinan Terulang

Read more

Pria asal Norwegia ini kembali terpojok. Kekalahan 0-2 dari Burnley di Old Trafford membuat penggemar Setan Merah merasa tidak lagi percaya dengan kapasitas sang manajer untuk membawa mereka bangkit ke tempat yang diinginkan. Aksi meninggalkan stadion pada menit ke-84 kemudian menjadi pilihan.

Suara-suara sumbang kini mulai terdengar di mana-mana. Kabar pemecatan lagi-lagi muncul ke permukaan. Permintaan untuk menghargai proses kembali menjadi senjata yang dikeluarkan. Entah sudah berapa kali ia mengeluarkan kalimat-kalimat ini demi meredam amarah para pendukung United. Yang terbaru, ia meminta fans melihat kehidupan Liverpool bersama Jurgen Klopp yang bersabar selama empat tahun sebelum The Reds menjadi seperti sekarang. Ia berharap bisa mendapat lebih banyak waktu seperti mantan manajer Mainz tersebut.

“Jurgen Klopp menghabiskan empat tahun membangun timnya dan mereka sekarang bermain sangat bagus. Saya sudah katakan berulang kali kalau perbaikan klub ini tidak cepat. Tidak sampai membeli 8 sampai 10 pemain dalam satu bursa transfer. Kami sudah melewati bursa transfer yang bagus pada musim panas, karena Januari itu sulit. Tapi sekarang kami mencoba melakukan sesuatu,” tuturnya.

Hasil dari proses yang dijalani Klopp memang tidak main-main. Apa yang ditunjukkan pria Jerman tersebut menandakan kalau tidak ada yang mudah untuk mencapai kesuksesan. Ini yang menjadi acuan Ole untuk berhasil Namun, ia tidak boleh lupa, kesuksesan Klopp di sana tidak semata-mata karena durasi saja. Ada detail-detail lain dan beberapa pekerjaan yang ia sempurnakan sehingga hasil kerjanya bisa sebaik seperti sekarang ini.



Jarang Kelihatan, Diam-Diam Scholes Menjadi Pelatih

Read more

Neraca Pembelian-Pengeluaran yang Seimbang

Dalam sepakbola sekarang ini, membeli pemain merupakan kebutuhan apabila sebuah klub mempunyai target tinggi untuk meraih prestasi di domestik maupun antar benua. Oleh karena itu, dua jendela transfer kudu dimaksimalkan sebaik-baiknya.

Membeli delapan nama dalam satu bursa transfer seperti yang dikatakan Ole memang sangat sulit, namun, selama empat tahun Klopp memimpin Liverpool secara penuh, ia mendatangkan 20 nama. Rata-rata ada lima nama yang dibawa oleh Klopp setiap musimnya. Lima pemain adalah jumlah yang cukup ideal bagi sebuah tim untuk mengarungi kompetisi selama semusim.

Nilai investasi Klopp bersama Liverpool juga tidak main-main. Delapan pemain rekrutannya bernilai di atas 20 juta pounds. Total, Klopp membelanjakan 381 juta pounds atau enam triliun rupiah

Hal ini memperjelas kalau investasi adalah modal untuk bisa meraih kejayaan. Ole kudu mengikuti hal ini jika dia ingin diberi waktu oleh penggemarnya. Bisa lebih namun bisa juga kurang, intinya adalah memanfaatkan jendela transfer sebaik-baiknya.

Sayangnya, bursa transfer kemarin seperti tidak dimaksimalkan dengan baik. Ia sudah puas hanya dengan tiga nama. Padahal, ia membuang tujuh pemain utama pada periode yang sama. Memang, ini ada andil dari manajemen yang seolah tidak mau membantu Ole bergerak di lantai bursa. Sayangnya, kecenderungan Ole yang tidak berani menekan manajemen klub, dengan menyebut kalau dia sudah puas dengan skuat yang ada, menjadi andil dari enggannya manajemen untuk mau mengeluarkan uang. Belum lagi soal ketakutan Ole yang khawatir pemain rekrutannya tidak bisa bermain bagus jika dibeli mahal.

Liverpool sendiri tidak asal bakar uang. Meski mereka menghamburkan banyak dana, tapi manajemen menutupinya dengan menjual pemain lamanya dengan harga yang mahal. Disinilah betapa jagonya manajemen Liverpool dalam bertransaksi.

Mereka tidak takut kehilangan Philipe Coutinho. Yang penting, mereka dapat tambahan uang untuk bisa diputar membeli pemain baru yang diinginkan Klopp. Selain itu, mereka juga bisa melepas pilar-pilar deadwood seperti Christian Benteke, Danny Ings, Joe Allen, Mamadou Sakho, hingga Dominic Solanke dengan harga yang lumayan. Ini yang membuat neraca mereka begitu seimbang baik dari pengeluaran maupun pendapatan.

United sendiri belum bisa melakukan ini. Beberapa nama seperti Paul Pogba dan sebenarnya bisa dijual dengan harga yang pantas dan uangnya bisa dipakai untuk membeli pemain lain yang jauh lebih murah tapi sesuai dengan keinginan Ole. Namun hal ini tampaknya enggan dilakukan meski performa kedua pemain ini bisa dibilang tidak pernah konsisten setiap pertandingannya.

Progress

Penulis buku-buku best seller Manchester United, Andy Mitten, beberapa kali menyebut kalau yang dibutuhkan United bukan hanya proses melainkan progress. Karena hanya dengan progress suporter percaya kalau timnya berada di tangan yang tepat.

Pada saat baru menggantikan Brendan Rodgers, Klopp sering kehilangan poin ketika bertemu tim-tim kecil. Namun, Klopp juga bisa membuat timnya tampil luar biasa dengan pendekatan heavy metal dalam beberapa kesempatan. Klopp bisa mengalahkan City di kandang dengan skor 1-4. Bahkan di Anfield, City tumbang dengan skor 3-0.

Sebelum berjaya dengan gelar, Klopp paham kalau timnya harus bisa membuat penggemarnya terhibur. Selain melihat tim favoritnya angkat piala, hiburan bisa didapat saat melihat tim kesayangan terus mencetak gol. Inilah bentuk progress lain yang ia lakukan. Hanya butuh 48 laga baginya untuk bisa membuat 100 gol bersama Liverpool di Premier League. Beberapa kali skor besar yang diraih semakin memperkuat kepercayaan suporternya kalau timnya hanya butuh beberapa detail kecil sebelum berjaya.

Peningkatan ini kemudian berdampak pada prestasi yang diraih. Ia membawa Liverpool masuk final Piala Liga dan Liga Europa. Posisi tim di klasemen Premier League juga semakin meningkat. Posisi empat pada 2016/2017 dan 2017/2018, posisi kedua pada 2018/2019, lalu sekarang berada di posisi pertama.

Ole mungkin harus memulainya dari sini dulu. Ia berjanji untuk membawa United bermain menghibur. Namun, 13 bulan keberadaannya di pinggir lapangan, Ole masih belum bisa membuat penggemarnya terhibur. Kualitas pemain dianggap sebagai biang masalah, namun Klopp pun mau tidak mau harus mengandalkan pemain yang ada untuk membuat Liverpool tetap menghibur dan ia pun berhasil meski belum mendapatkan gelar.

Karismatik dan Pandai Menguasai Ruang Ganti

Klopp dan Ole mungkin sama-sama mendapatkan cinta dari publik saat pertama kali datang. Namun seiring berjalannya waktu, Klopp masih sanggup mempertahankan cinta itu sedangkan Ole tidak. Hal ini tidak lepas dari kepribadian Klopp sebagai sosok yang punya karisma sehingga banyak orang yang menghormatinya. Klopp adalah orang yang percaya diri, ramah, penuh gairah, dan determinasi. Selain itu, ia juga orang yang terbuka dan bisa menerima kritik dari orang lain. Ini yang mungkin membuatnya semakin disayang.

“Itulah wujud kepemimpinan. Kamu dikelilingi orang pintar dengan pengetahuan yang lebih baik ketimbang dirimu. Kami tidak boleh bertingkah tahu semua hal dan kamu harus selalu siap untuk mengakui bahwa kamu tidak tahu akan sesuatu,” tuturnya.

Aspek ini yang kemudian membuatnya bisa mengontrol ruang ganti. Selain itu, ia juga motivator yang ulung dan kerap membuat langkah-langkah yang aneh untuk membuat suasana timnya menjadi cair. Ia pernah mengundang atlet selancar untuk memberikan motivasi kepada pemain Liverpool. Tidak hanya itu, Klopp bahkan pernah membuat seisi ruang ganti Liverpool tertawa ketika ia datang membawa

“Kenapa saya penuh semangat? Karena itu adalah karakter saya. Kedua, karakter semangat saya ini adalah energi cadangan bagi para pemain,” kata Klopp.

Ole belum ada pada fase ini. Sejauh ini, ia belum punya karisma sebagai seorang pemimpin. Baru dikritik oleh Robin van Persie saja ia sudah merasa kesal. Padahal, kritik RVP saat itu bersifat membangun. Begitu pula di atas lapangan. Hampir 90 menit, ekspresinya lebih banyak datar dan tanpa emosi. Hal ini bukan tidak mungkin membuat pemainnya kebingungan di atas lapangan apakah mereka sudah melakukan pekerjaannya dengan benar atau tidak. Belum lagi soal sikap positifnya yang terkadang membuat orang kesal alih-alih salut kepadanya.

“Anda memang harus percaya diri, tetapi jika percaya diri itu sudah masuk kategori yang berlebihan maka Anda akan mendapat masalah,” tutur Klopp.

Klopp bukannya tidak pernah merasa kesal. Ada kalanya dia kecewa dengan penampilan anak asuhnya. Mohamed Salah pernah membuat Klopp kesal ketika ia menyia-nyiakan peluang dalam sebuah pertandingan. Yang paling ekstrem tentu saja larangan kepada pemainnya untuk menyentuh tulisan This is Anfieldsampai mereka meraih sesuatu. Dengan hal sekecil ini saja, Klopp sukses membuat para pemainnya lapar untuk terus menang di setiap pertandingan.

***

Apa yang dijabarkan pada tulisan ini hanya sebagian kecil yang dilakukan Klopp selama memperkuat Liverpool. Belum ditambah dengan beberapa pekerjaan lainnya yang sifatnya teknis seperti mengontrak pelatih throw-in dan set-piece, hingga persoalan CV dan kolaborasinya dengan manajemen klub sekarang. Namun yang pasti, keberhasilan Klopp di Liverpool bukan semata-mata karena durasi waktunya saja. Ada alasan yang membuat ia pantas diberikan waktu sepanjang itu.



[url]Sumberhttps://m.caping.co.id/news/detailmi/6587692?uid=1020805643[/url]
0
162
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Olahraga
Berita Olahraga
icon
15.1KThread4.3KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.