babygani86Avatar border
TS
babygani86
Peran Signifikan para Pemodal Ventura bagi Startup
Go-Jek, Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak, hampir bisa dipastikan semua warganet Indonesia mengenalnya, dan ada kemungkinan pernah menggunakan jasa mereka, khususnya yang tinggal di wilayah urban di Pulau Jawa. Menurut data terbaru perakhir kuartal l-2019, Go-Jek sudah ditahbiskan sebagai Decacorn (valuasi US$1O miliar) pertama dari Indonesia.

Selain kemampuan luar biasa dalam memahami segmen konsumen yang mereka pilih, ada juga peran signifikan para pemodal ventura yang membuat empat startup tersebut mampu memiliki valuasi sangat tinggi dalam waktu kurang dari satu dekade. Atas campur tangan para pemodal ventura pula, nilai valuasi mereka bahkan mampu mengalahkan nama-nama lama, termasuk yang dimiliki pemerintah dan berjejaring internasional.



Lantas, apa saja yang dimiliki para pemodal ventura sehingga mereka mampu menciptakan perusahaan-perusahaan pemula yang menjadi Unicorn? Tentu tidak sekadar modal finansial, tetapi juga modal nonfinansial seperti akses teknologi, akses talenta, hingga akses politik.

Peran Pemodal Ventura dalam Revolusi Industri Revolusi Industri 4.0 sudah rutin didengungkan pemerintah dan para pemangku kepentingan. Melalui revolusi Industri 4.0 pula, kita melihat perubahan paradigma dari ekonomi berbasis komoditas ke ekonomi berbasis budaya/properti intelektual dan ekonomi berbagi. Revolusi Industri 4.0 yang sudah berlangsung ini bukan tanpa masalah, 52,6 juta pekerjaan di Indonesia berpotensi digantikan oleh otomatisasi. Dalam studi itu pula, dinyatakan akan ada 3,7 juta pekerjaan baru dari sector digital dalam 7 tahun ke depan di Indonesia.

Dari prediksi tersebut, kita sudah bisa melihat bahwa teknologi otomasi menjadi tantangan yang jauh lebih mengerikan daripada sekadar isu serbuan tenaga kerja asing berjumlah jutaan. Mengerikan karena kemajuan teknologi adalah hal yang sebenarnya lebih signifikan menggantikan peran manusia dan kemajuan tersebut hampir mustahil dibendung.

Bidang-bidang baru yang lahir dari Industri 4.0, misal robot otomasi, komputasi awan, internet segala, keamanan siber, hingga integrasi sistem. Keberadaan teknologi-teknologi Industri 4.0 mampu menyingkirkan pekerjaan yang bersifat rutin dan berulang. Maka, pihak yang memiliki profesi bersifat rutin dan berulang harus berhati-hati karena sangat mungkin digantikan oleh mesin dalam Industri 4.0. Salah satu pekerjaan yang dimaksud adalah sopir, mengingat saat ini sudah muncul teknologi kemudi mandiri yang memungkinkan mobil mampu berkendara tanpa sopir.



Sudah bisa kita lihat bahwa dalam Industri 4.0, yang mampu bertahan dan terus melaju adalah individu yang mampu melihat bahwa mesin sesungguhnya menguatkan dan menguntungkan para pekerja, sehingga para individu tersebut meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, kepemimpinan, kecerdasan emosional, empati, dan kreativitas.

Industri 4.0 memang menghilangkan sebagian pekerjaan, namun sekaligus membuka peluang baru di bidang yang belum pernah ada sebelumnya. Berbasis data yang sudah ada dan berjalan di Indonesia, saat ini telah ada digitalisasi lokal pasar, digitalisasi pariwisata, digitalisasi pendidikan, dan digitalisasi pasar kerja. Agar akselerasi digitalisasi berjalan optimal, Pemerintah Indonesia perlu menjalankan kebijakan-kebijakan dengan keluaran: mendorong UMKM; mendorong pertumbuhan ekonomi; menciptakan SDM yang kompeten; dan menciptakan lebih banyak peluang ekonomi.

Dengan segala keterbatasan yang ada beserta realitas dunia, tentu Pemerintah Indonesia memerlukan bantuan pemangku kepentingan terkait agar empat keluaran tersebut dapat berjalan maksimal. Salah satu pemangku kepentingan yang mampu membantu adalah para pemodal ventura.

Pemodal ventura yang baik adalah yang mampu mengembangkan ekonomi digital di Indonesia. Turunan dari kemampuan pemodal ventura untuk pengembangan ekonomi digital di Indonesia antara lain: memiliki akses terhadap sumber modal dalam skala masif; memiliki pengetahuan ekonomi makro dan ekonomi mikro secara mendalam, baik global maupun lokal; memiliki pengetahuan dan kemampuan deteksi perusahaan pemula yang berpotensi menjadi pemain ternama, bahkan menjadi level Unicorn, di masa depan; punya akses terhadap institusi-institusi yang memiliki pengetahuan dan kemampuan pendidikan untuk Industri 4.0; memilikijejaring internasional yang memudahkan lalu lintas modal, pengetahuan, dan pengalaman berjalan cepat; serta  memiliki portofolio/rencana portofolio perusahaan pemula yang mampu saling mendukung dalam bentuk ekosistem digital.


Quote:




Apa yang sudah dijabarkan di atas memang terlihat simplistik dan jauh dari komprehensif karena dunia pemodal ventura adalah dunia yang kompleks. Meski demikian, penjabaran tersebut cukup menjelaskan hal- hal penting yang membuat pemodal ventura mampu bertahan dan meraih kesuksesan dalam konteks pengembangan ekonomi digital di Indonesia.

Jika kita merujuk ke tokoh-tokoh investor ternama di luar negeri, misal Michael Moritz, John Doerr, Marc Andreesen, Shana Fisher, dan Chris Sacca, kita mengetahui bahwa tokoh-tokoh tersebut telah membangun institusi yang mengembangkan sistem untuk mengidentifikasi dan mengembangkan faktor-faktor penunjang industry teknologi tinggi. Melihat portofolio mereka, terlihat adanya kemampuan mengidentifikasi, memanggil, melatih, dan mengelola para talenta hebat.

Yangjuga patut diingat, para pemodal ventura harus memiliki kemampuan regenerasi. Berarti mereka harus bisa menciptakan pelamar atau sistem yang mengidentifikasi dan melatih generasi investor papan atas di masa depan.

Berbicara khusus mengenai kemampuan regenerasi, dapat dikatakan hal tersebut masih  sulit dilakukan di Indonesia. Keterbatasan sumber daya dan talenta yang tersedia secara lokal mau tidak mau mewajibkan para pemodal ventura bekerja dengan pemikiran global untuk mendidik generasi investor masa depan. Apalagi, pemodal ventura punya tantangan yang berheda-beda di setiap zaman.

Mengambil contoh dari Amerika Serikat, apakah Fred Wilson akan menjadi investor yang sama hebat jika dia tidak mengalami ledakan dotcom dan masalah pada Flatiron Partners? Apakah Bill Gurley mendapatkan pendampingan pendidikan yang unik selama bertahun-tahun dari mitra pendiri Benchmark? Apa saja masukan utama yang diperoleh Shana Fisher selama di IAC? Apakah Michael Moritz menemukan sosok pendiri yang ideal karena menulis mengenai Steve Jobs? Masih mengenai Michael Moritz, apa yang dia pelajari dari Don Valentine dan para pendahulunya di Sequoia Capital? Bagaimana pengalaman-pengalaman tersebut mampu membentuk talenta yang ada menjadi investor hebat? Lalu, apakah dengan sekadar belajar dan menimba ilmu dari para pemodal ventura ternama Amerika Serikat mampu menjamin kesuksesan di Indonesia?



Pada akhirnya, hanya waktu dan percobaan berulang yang mampu menyatakan seperti apa pemodal ventura yang masuk kategori sukses dalam mengembangkan ekonomi digital di Indonesia. Para pemodal ventura yang baru pun terus bermunculan dengan berbagai kombinasi teknologi, jaringan, pendidikan, dan merek. Sebagai penutup, mari kita berharap agar inovasi-inovasi yang ada memang cukup cerdas untuk menemukan dan menciptakan pemodal ventura yang memberikan kontribusi hebat dalam Industri 4.0 di Indonesia.


Spoiler for Referensi:


0
366
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Ilmu Marketing
Ilmu Marketing
icon
9.4KThread2.9KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.