fanya06Avatar border
TS
fanya06
Rumah Kosong


Mobil melaju kencang menembus jalanan kota, angin mulai berhembus pelan, membawa hawa dingin. Aroma sejuk pedesaan mulai tercium segar.

Rumah yang kutuju terlihat beberapa jam setelah memasuki pedesaan. Rumah yang tidak terlalu besar, atapnya tinggi, dihiasi dengan cerobong asap batu berwarna hitam. Teras rumah tampak begitu kotor, dipenuhi daun-daun dan ranting kering. Di beberapa tempat juga terdapat jejak-jejak kaki hewan, yang mungkin berlindung di tempat itu saat hujan.

Rumah ini sedikit jauh dari para tetangga, tapi ini hunian yang cukup membuat nyaman karena tidak berisik. Sangat tepat untukku yang membutuhkan banyak ketenangan untuk bekerja.

Aku membuka pintu, di dalam keadaan gelap dan berdebu. Aku mulai meletakan barang-barang yang kubawa, lalu menjelajah dan memeriksa setiap ruangan di rumah ini.

Setelah cukup puas membersihkan setiap ruangan rumah, aku berinisiatif untuk memasukan beberapa barang tak terpakai ke dalam gudang lebih dulu, supaya lebih nyaman dan rapi.

Aku mulai membawa satu persatu kardus, kemudian meletakan buku usang ke dalam lemari tua. Tiba tiba tak sengaja menemukan selembar kertas yang terjatuh di lantai. Perlahan aku membukanya.

Aku melihatnya ... wajahnya mengerikan, kukunya tajam, rambutnya terurai berantakan, ia tak memiliki bola mata, bajunya terkoyak dengan banyak noda darah. Dia datang saat aku tidur, dari kaki tempat tidurku aku merasakan keberadaannya. Perlahan ia masuk ke dalam selimutku, lalu saat aku melihat ke dalamnya sosok itu menyeringai hampir mengenai wajahku. Pergi! pergilah! Sebelum kau ....

Surat yang kusut dan robek di bagian ujung bawahnya itu, membuatku bergidik ngeri. Namun, mencoba tetap tenang dan betfikir positif. Mungkin saja itu hanya sebuah tulisan iseng dari pemilik rumah ini sebelumnya. Tak kuhiraukan surat itu. Aku menyimpannya kembali ditumpukan buku usang.

Namun, sejak saat itu, mulai kurasakan hal-hal yang sangat aneh namun nyata. Aku seperti mendapat teror dari seorang wanita bergaun putih.

Seperti malam itu, sepulang bekerja sekitar jam 11 malam aku mandi terlebih dahulu. Seketika dari gudang di sebelah kamar mandi aku mendengar sesuatu yang aneh. Mirip seperti suara kuku yang sedang mencakar dinding.

Setelah membilas tubuh dan rambut, aku langsung melihat ke gudang untuk memastikan suara yang tadi terdengar. Melihat ke sekeliling. Gelap dan sunyi, tak ada apapun. Segera saja pergi dari sana, ber pakaian kemudian menuju kamar untuk tidur.

"Kreeekk ... kreekk ... Vaneshaa ikutlah denganku ... Kreek..."

Aku bergegas bangun, setelah mendengar suara yang sama seperti beberapa saat yang lalu.

Blapp!!

Seketika listrik mati, Aku mencari senter di laci dekat ranjang. Menghidupkan senter untuk mengecek saklar lampu. Tak lama, saat melewati gudang aku melihat sekelebat bayangan putih, bersamaan dengan lampu senter yang ikut mati.

"Hei ... siapa itu?" aku berteriak ke arah gudang. Kupukul-pukul senter ke tangan kanan, mencoba menghidupkan senter.

Mataku mulai menyesuaikan dengan kegelapan. Setelah sekian detik, akhirnya aku bisa melihat sosoknya. Di depanku berdiri sesosok makhluk, yang memakai gaun putih dengan wajah tertutup rambut panjang yang terurai. Makhluk itu terdiam selama kurang lebih 30 detik.

Makhluk itu kemudian menatapku perlahan. Aku melihatnya, wajahnya berlumuran darah. Dengan gerakan yang nyaris tidak nyata, makhluk itu merangkak mendekat. Aku menjerit dan berusaha lari dari makhluk itu. Tetapi entah apa yang terjadi, sesuatu menimpa tubuhku. Makhluk itu naik dan merangkak ke atas tubuhku, wajahnya yang mengerikan berada dekat sekali dengan wajahku.

"Ikutlah denganku!!"

Ia menjerit keras sekali, hingga membuat telingaku terasa sakit. Sekuat tenaga aku bangun dan menjauh dari makhluk itu. Berusaha lari dari rumah dan pergi ke tempat yang ramai penduduk.

Aku berlari sejauh satu kilometer dengan suasana yang gelap gulita disertai hujan amat deras. Ketakutanku mulai memudar, saat ada beberapa warga yang sedang berkumpul di salah satu pos ronda.

Kakiku terasa lemas, karena berlari dengan tergesa-gesa. Aku menghampiri mereka, kemudian mulai menceritakan kejadian yang menimpaku. Lalu, mereka mulai menceritakan bahwa dulunya rumah itu adalah tempat pembantaian seorang gadis, dan arwahnya masih gentayangan.

"Maaf, Nak. Kami tidak memperingatkanmu. Karena siapapun yang berusaha mengingatkan, dia tidak akan selamat seperti gadis sebelumnya."

"Maksud, Bapak?" aku bertanya heran.

"Dulu, seorang gadis yang selamat dari teror maut rumah itu berusaha mengingatkan penghuni yang baru. Namun kemudian, tak lama ia tewas secara misterius."

Ingatanku langsung memutar pada surat usang yang kutemukan beberapa hari sebelumnya. Aku menyesal, mengabaikannya.


Sumber gambar
Penulis : fanya06
Diubah oleh fanya06 21-11-2023 14:15
detyryAvatar border
suciasdhanAvatar border
kulipriokAvatar border
kulipriok dan 6 lainnya memberi reputasi
7
3.9K
16
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.