fiapermAvatar border
TS
fiaperm
Kecap Laron, Si Manis yang Expensive Khas Tuban!


MLDSPOTKONTENHUNT dan KASKUSXMLDSPOT







Assalamualaikum GanSist!


Kali ini, Ane akan bahas salah satu produk TASTETHELOCALdari Indonesia bertaraf Nasional. Kecap Cap Laron Tuban menjadi pilihan Ane. Kecap ini jadi INSPIRING PRODUCT karena serangkaian kisahnya yang menyentuh dan penuh perjuangan. Produk lokal ini, berkali-kali telah mengalami berbagai cobaan sebelum berhasil mencapai kesuksesan sekarang. Produk ini terkenal dengan cita rasanya yang sedap dan gurih, tak heran kalau harganya jadi selangit. Namun, harganya sebanding dengan rasa yang disajikan. Bagi GanSis yang masyarakat asli Tuban, mungkin sudah pernah mencicipi betapa lezat dan gurihnya kecap ini. Bagaimana kisah selengkapnya? Yuk, cek di bawah!


Kecap Laronadalah salah satu ikon kebanggaan Kota Tuban. Walaupun kecap ini bernama "Laron" tapi bukan berarti kecap dari Tuban ini bahannya diambil dari hewan laron. Ini sebatas merek saja. Kecap ini telah menjadi primadona di pasaran Tuban ataupun luar Tuban. Hal ini karena kualitasnya yang mampu bersaing dengan kecap premium merk lainnya. Kecap rasa lokal berkualitas nasional ini, mempunyai sejarah yang panjang. Bukan sekedar langsung jadi “raja kecap” seperti sekarang. Serangkaian proses jatuh bangun sudah dialami produk asli Nusantara ini. Pernah mengalami estafet kepemimpinan, menjadi warisan sampai jadi rebutan keluarga turunan pendiri. Cikal bakal Kecap Laron lah yang menjadi inspirasi Ane untuk turut melestarikan produk asli Nusantara ini. Berikut sejarah asal mula Kecap Cap Laron Khas Tuban.



Kecap Laron Khas Tuban akan dijual oleh pemiliknya yakni Handoyo Hadisoetanto. Pabrik kecap berusia 65 tahun lebih ini tak punya penerus dan generasi ke tiga kerajaan kecap ini tak ada yang berminat meneruskan usaha ini. Maka dari itu Handoyo berniat menjualnya setelah dirasa tidak kuat lagi mengingat usianya sudah 67 tahun dan pernah terserang stroke sehingga harus rawat jalan di Singapura.

Menurut Pak Handoyo, pabrik ini dijual karena sudah tidak ada lagi yang meneruskan. Tiga anak dari istri pertamanya tidak ada yang berbakat, sedangkan 2 anak dari istri keduanya pun kurang berminat untuk meneruskan. Sudah ada beberapa group pernah akan membeli pabrik dan merek dagangnya, tapi dia masih ingin pabriknya ini eksis. Namun, ia menambahkan jika mungkin ada yang sesuai dengan jumlah yang sebesar namanya, akan lain lagi masalahnya.

Pabrik Kecap Cap Laron ini awalnya dirintis oleh Papanya, yaitu Bapak Yuwono Hadisoesanto pada tahun 1945 di Kampung Kawatan Tuban. Saat itu, Pak Handoyo masih berusia dua tahun. Asal mula nama "Laron" dipilih karena filosofinya selain tawon, Laron hidup berkelompok-kelompok, saling tolong dan sangat rukun tidak pernah bertengkar. Bapak Yuwono selama menjalankan usahanya 17 tahun, Kecap Cap Laron sudah populer karena cita rasanya yang berbeda dari kecap lain.

Di saat yang lain, setelah lulus SMA, Handoyo sukses mendirikan pabrik kue semprit Cap Manalagi di Surabaya, tapi mendadak ia dipanggil ke Tuban. Akhirnya, setelah rapat keluarga Bapak Handoyo ditunjuk untuk menyelamatkan Pabrik Kecap Cap Laron di tahun 1972 yang saat itu terlilit utang dengan jumlah yang besar. Awalnya, Pak Handoyo menolak karena memiliki bisnis yang cukup maju dengan karyawan 35 orang. Selain itu, pasti akan ada kecemburuan sosial di antara 5 saudara-saudaranya, karena bagaimanapun usaha kebanggaan keluarga ini telah berjasa membesarkan anak-anak Papanya.

Pada akhirnya, Pak Handoyo sebagai putra sulung mau mengalah untuk meninggalkan pabrik kuenya yang mulai sukses di Surabaya. Ia mau berkorban dengan mengembalikan kejayaan bisnis keluarganya ini. Dalam usahanya untuk menutup utang, ia harus berjuang mencari uang tunai dengan cara menjual asetnya di Surabaya. Walaupun begitu, saking banyaknya utang tadi, jual asset dan kekayaan lainnya pun belum cukup untuk mengoperasikan kembali pabrik kecap ini. Sedangkan, pinjam bank pada zaman itu susahnya setengah mati, apalagi tahu kalau Pabrik Kecap Cap Laron utangnya banyak.

Maka Bapak Handoyo muda yang baru 20 tahun pun nekad mencari tauke/ penjual bahan baku yang mau bayar di akhir. Dengan kuasa Allah, Pak Handoyo akhirnya dipertemukan dengan juragan gula Jawa di Purwokerto. Gula Jawa atau gula kelapa inilah yang jadi bahan baku utama kecap selain kedelai. Dengan modal bayar belakang inilah, pabrik kecap mulai berjalan lancar. Namun, usai bahan baku tercukupi, timbul lagi masalah lain, bahan bakar kayu semakin sulit dicari dan harganya mahal. Sebagai pemuda lulusan SMA St Louis Surabaya, Pak Handoyo pun mencari tahu tentang teknologi masak - memasak dalam jumlah yang besar.

Tak disangka, setelah melihat kompor raksasa di Pasar Turi Surabaya, secepat kilat idenya berinisiatif untuk menggantikan tungku kayu bakar dengan kompor minyak tanah. Saat itu minyak tanah merupakan bahan bakar paling murah. Dengan begitu, proses memasak bahan baku kecap berlangsung lebih cepat sekaligus hemat biaya. Akhirnya, berkat usaha yang keras, ketekunan, rasa telaten dan tak lupa doa. Pabrik ini pun mencapai puncak kejayaan sekitar tahun 1980-an sampai 1990-an di zaman Presiden Soeharto, Kecap Cap Laron pernah produksi sampai 2 ton per hari. Merek Cap Laron berkembang pesat dan tersohor se-antero Indonesia. Dari Jakarta sampai Papua.



Kerja keras Bpk H. Hadisoetanto pun membuahkan hasil, meski sempat mengalami jatuh bangun selama mengelola Pabrik Kecap Cap Laron, sebelum akhirnya sukses seperti sekarang. Mengapa Kecap Cap Laron berkembang pesat walau harganya paling mahal di antara kecap lain? Menurut Bpk. Handoyo, rahasianya ada pada ramuan bumbu tradisionalnya. Sudah banyak pabrik yang ingin menyaingi Pabrik Kecap ini dengan menjatuhkan harga, tapi yang namanya rasa tetap nomor satu di hati konsumen. Bpk. Handoyo pernah mengungkapkan. Waktu itu, harga satu botol Kecap Cap Laron adalah Rp 15.000. Ini merupakan harga kecap termahal di deretan supermarket Tuban saat itu. Uniknya, Kecap Cap Laron tidak dijual kemana-mana, khusus untuk Tuban saja. Namun, mengapa bisa masuk pasar Jakarta, Jabar, Jateng, Kalimantan sampai ke Maluku dan Papua? Ternyata, distributor Tubanlah yang mengedarkannya. Cuman, harganya jadi selangit karena pedagang merogoh untung hingga 25%.

Saking terkenalnya, Kecap Cap Laron dijadikan salah satu ikon Kota Tuban, tentunya selain Tuwak atau Legen Tuban. Faktanya, pemakaiannya bukan cuma untuk ibu rumah tangga, tetapi hotel dan restoran besar pun menggunakan kecap ramuan tradisional Cap Laron dari Tuban ini. Kecap Cap Laron asli dari Tuban ini punya cita rasa yang berbeda dengan kecap biasanya. Teksturnya lebih kental dan kualitas bahannya masih terjamin dengan sangat bagus. Kecap Laron terbuat dari kedelai hitam pilihan hasil panen lemah abang, gula dan bumbu tradisional lain. Bapak Handoyo tidak memilih gula pohon lontar atau gula dari legen yang popular disebut gula aren, karena menurutnya terlalu manis. Gula dari tebu pun tidak dipilih karena kecap mengkristal atau gula dari Kediri/Tulungagung sering tercampur bahan lainnya.

Saat masa jayanya di tahun 90-an, Kecap Cap Laron pernah diterpa cobaan lagi tentang beredarnya isu tidak halal karena rasa gurihnya. Tak main-main, isu ini sempat membuat produksi menurun, padahal jelas sudah diperiksa oleh Badan POM Surabaya dan dinyatakan halal serta bersertifikasi langsung dari MUI. Hal terpentingnya, Kecap Cap Laron juga non-bahan penyedap rasa seperti micin atau yang lain. Akhirnya, untuk mengatasi isu tersebut, tertulis dalam label: Diproduksi H.Hadisutanto dengan CV Laron Putra Manunggal. Bpk. Handoyo mengungkapkan, Huruf H-nya bukan Haji, tapi Handoyo Hadisutanto. Menunjukkan betapa cerdiknya bapak pemegang usaha kecap Tuban ini.

Rupanya, di balik kisah sukses itu, Bpk. Handoyo menyimpan kesedihan mendalam. Istrinya kabur keluar negeri, anak-anaknya pun merongrong bisnis keluarga ini dan tidak satu pun dari mereka yang bisa atau mau mewarisi usaha Kecap Cap Laron. Di antara sukses dan pecah keluarganya ini, ia sempat terserang stroke dan harus dirawat dalam kurun waktu yang lama. Untungnya ada Endang Kitiawati, adiknya yang selalu siap membantu. Jadi, di sisa hidupnya kini H. Hadisoetanto menginginkan ketenangan hidup. Ia berniat menjual pabrik kecap kebanggaan Kota Tuban ini di saat nanti sudah tak lagi sanggup mengelola.

“Karena itulah, daripada nanti usaha ini menjadi rebutan, lebih baik saya jual saja. Nanti biar dibagi sesuai hak warisnya. Namun, yang perlu diingat oleh anak-anak dan keponakan saya, saat pabrik kecap ini dulu diwariskan ke saya kondisinya dalam keadaan minus,” ungkap Bpk. Handoyo sambil mengusap matanya yang berkaca-kaca. Namun, ia tetap mengingatkan sekali lagi, kalau pabriknya ini baru dijual usai raganya sudah tak lagi kuat mengelolanya.

Kapan waktunya?

“Ya sebentar lagi, lha wong saya ini ingin istirahat dengan tenang di usia saya yang sudah senja ini,” ungkapnya tenang, seperti Laron yang ingin segera berkumpul dengan keluarganya sampai akhir hayatnya.

Sekian sejarah Pabrik Kecap Cap Laron dari Tuban yang menjadi inspirasi Ane dalam melestarikan dan menumbuhkan produk lokal. Sangat menyentuh dan luar biasa perjuangannya. Semoga akan terlahir produk-produk lokal baru Indonesia yang bisa sukses seperti Kecap Cap Laron dari Tuban ini. Dibantu dengan adanya event dari MLDSPOTKONTENHUNT dan KASKUSXMLDSPOT, Ane membagikan kisah inspiratifnya. Semoga ulasan ini bisa turut menginspirasi banyak orang.


Mari Sayangi Produk Lokal. 💕


TASTETHELOCAL, INSPIRING PEOPLE/PRODUCT/PLACE/COMMUNITY, MLDSPOTKONTENHUNT dan KASKUSXMLDSPOT

Penulis: Fia Permatasari
Referensi: Sumber di sini
Diubah oleh fiaperm 29-11-2019 05:06
swiitdebbyAvatar border
ilafitAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 63 lainnya memberi reputasi
64
17.7K
313
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.