- Beranda
- The Lounge
Do You Know When You Got To Stop?
...
TS
lonelylontong
Do You Know When You Got To Stop?

Premis :
How you can be so sure, you are not inside a machine?
Latar Belakang :
Mempertanyakan realita. Bagaimana kita bisa yakin, bahwa "realita" yang sedang kita jalani ini, benar2 adalah realita yang sesungguh-nya?
Ilmu pengetahuan semakin maju, termasuk dalam bidang neurologi. Penulis sempat melihat dokumenter tentang kamera digital yang sinyal-sinyal-nya dikirimkan ke sebuah perangkat yang di-implantasi-kan ke otak, dan subyek eksperimen yang buta pun bisa melihat melalui kamera tersebut.
Bagaimana seandainya ilmu pengetahuan sudah cukup maju, hingga manusia bisa membuat mesin simulasi, seperti yang ada di film matrix? Secara pangsa pasar, bisa dibayangkan ada berapa banyak gamer yang akan membeli console yang mampu mengirimkan mereka ke dunia fantasi.
Namun membayangkan jika sesuatu seperti itu mungkin saja dibuat. How you can be so sure, you are not inside a machine?
“Once upon a time, I dreamt I was a butterfly, fluttering hither and thither, to all intents and purposes a butterfly. I was conscious only of my happiness as a butterfly, unaware that I was myself. Soon I awaked, and there I was, veritably myself again. Now I do not know whether I was then a man dreaming I was a butterfly, or whether I am now a butterfly, dreaming I am a man.”~Zhuangzi
Sumber referensi : https://futurism.com/wired-camera-di...s-blind-people
Sinopsis :
Di masa ini, mesin game simulasi berhasil dibuat. Mereka yang terhubung ke mesin ini, akan merasakan sensasi permainan yang tidak bisa dibedakan dengan dunia nyata. Demi perlindungan pengguna, salah satu UU dan peraturan yang berlaku adalah, melarang para game developer untuk mengembangkan game dengan setting dunia nyata untuk mesin game simulasi ini.
Rana, seorang enterpreneur di bidang teknologi informatika, tanpa sengaja menemukan bukti bahwa salah seorang rekan bisnis-nya, Wandaru, melanggar peraturan tersebut.
Atas nama persahabatan dia berusaha mengingatkan Wandaru, tanpa disangka yang terjadi justru Wandaru melumpuhkan dia, menginjeksi-nya dengan obat yang mengacaukan ingatannya, kemudian memasukkan dia ke mesin simulasi tersebut.
Ketika Rana tersadar kembali, dia dihadapkan pada pertanyaan, di manakah dia berada sekarang?
Dunia nyata? Atau di dalam sebuah simulasi?
SCRIPT
SCENE-1
Di sebuah gudang penyimpanan barang, Wandaru memerintahkan dua tukang pukul-nya untuk melumpuhkan Rana.
SHOT 1
CAST : Rana, Wandaru, 2 orang tukang pukul.
Wandaru berdiri menonton, sementara Rana berusaha membebaskan diri dan melawan, dari hajaran dua orang tukang pukul.
DIALOG :
Rana : Wandaru! Apa-apaan ini!?
SOUND EFFECT : Suara perkelahian.
CAMERA:
Wide shot, bird view.
Memperlihatkan isi sebuah gudang penyimpanan, di shoot dari langit-langit gudang.
Terlihat tumpukan kontainer dan beberapa di antaranya dalam terbuka. Di dekat kontainer-kontainer yang terbuka, ada konsole serupa konsole untuk masuk ke dunia matrix di film Matrix.
Beberapa konsole masih tertutup plastik/terpal.
Pencahayaan sedikit remang, karena cahaya matahari yang masuk dari jendela terhalang beberapa kontainer. Di tengah pemandangan itu, di bagian gudang yang sedikit lega, terlihat 4 orang laki-laki. Wandaru, Rana dan 2 orang tukang pukul.
Wandaru berdiri, diam, sementara Rana dan berusaha mempertahankan diri dari dua orang lawannya.
Perlahan-lahan zoom in ke orang-orang yang ada di dalam gudang itu dan..
Cut to
SHOT 2
CAST : Wandaru, Rana dan dua orang tukang pukul.
SOUND EFFECT : Suara perkelahian.
DIALOG :
Rana : Wandaru, kau jangan gila Wandaru!"
Tukang pukul A : Bangke! Banyak cocod!
<Suara pukulan>
<Suara seseorang jatuh menabrak sesuatu>
Rana : "Sadarlah Wandaru, aku ini sahabatmu."
Tukang pukul B : "Bawel macam bini gua."
Tukang pukul A dan B : Hahahaha.
<Suara pukulan keras. Derak barang terlanggar jatuh.>
Rana : "Argh... Wandaru!"
<Suara beberapa pukulan dan erangan sakit.>
Rana : "Wandaru" <melemah>
<Suara pukulan>
Rana : "Hentikan" <semakin lemah, setengah memohon>
<Hening, hanya terdengar suara nafas yang memburu dari dua orang anak buah Wandaru.>
CAMERA
Medium close up,
Kamera fokus ke Wandaru, terlihat setengah badan ke atas dan fokus ke espresi wajah Wandaru yang menyaksikan dua orang tukang pukulnya melumpuhkan Rana. Wandaru berdiri membelakangi jendela. Cahaya yang menerobos masuk, membentuk kontras, garis2 wajah dan ekspresi Wandaru.
Eskpresi-nya dingin, kejam.
<Blur>Sekilas berkelebatan, sesekali menghalangi kamera, perkelahian tak imbang antara dua orang anak buah Wandaru dan Rana.
Di akhir shot, tidak ada terlihat perkelahian, hanya Wandaru yang dengan ekspresi yang dingin.
Cut to
SHOT 3
CAST : Wandaru, Rana dan dua orang tukang pukul.
Wandaru mengambil alat suntik dari kantung sakunya, memasukkan satu ampul obat ke dalam alat suntik tersebut dan berjalan ke arah Rana yang tidak berdaya.
CAMERA
Medium close shot, frog eye, Rana yang tergeletak tak berdaya hanya bisa melihat Wandaru yang dengan tenang bersiap untuk menyuntikkan sesuatu.
Terlihat Rana beberapa kali berusaha berontak, tapi dua orang tukang pukul memegangi kedua tangannya dengan erat, menekan badannya untuk tetap berada di lantai.
Fokus pada Wandaru, sementara Rana dan yang lain blur.
Cut to:
SCENE 2:
Di sebuah ruangan kecil, Rana dalam kondisi terikat di sebuah meja bedah, dijaga dua orang tukang pukul, beberapa orang berpakaian seperti dokter dan perawat dengan penutup wajah, terlihat mengamati Rana.
Sementara Wandaru sibuk memprogram sesuatu di sebuah laptop yang terhubung ke konsol simulasi.
SHOT 1
CAST : Wandaru, Rana dan dua orang tukang pukul.
CAMERA
Wide shot, eye level, over shoulder.
Layar dari gelap, perlahan samar-samar semakin terang, sesekali mengerjap, sesekali limbung (berusaha menempatkan pemirsa, pada posisi Rana yang perlahan-lahan tersadar).
Sepanjang adegan, wajah Rana tidak terlihat, kamera menyorot dari sudut pandang Rana. Sesekali pandangan Rana mengabur, fokus kamera terkadang bergoyang, atau tampilan memburam.
Di depan-nya terlihat Wandaru sedang mengetikkan sesuatu pada laptop yang terhubung ke perangkat simulasi. Rana tersadar dan melihat ke sekeliling isi ruangan.
Cut to
SHOT 2
CAST : Wandaru, Rana dan dua orang tukang pukul.
DIALOG
Wandaru : "Rana... Rana... Rana.. bagaimana keadaanmu teman?"
Rana : "Wandaru, apa yang kau lakukan?"
Wandaru : "Ssshh....."<Wandaru menempelkan telunjuk di bibir, tanda menyuruh diam>
Wandaru : "Dengarkan aku dulu, waktu kita tidak banyak. Aku akan meninggalkan pistol ini..."<Wandaru mengangkat sebuah pistol>
<sedikit jeda>
Wandaru : "Untukmu."
<sedikit jeda>
Wandaru : "Kau nanti juga tahu apa gunanya pistol ini untukmu."
Rana : "Wandaru, kita bersahabat belasan tahun. Biarkan aku pergi. Kau ingat Indra? Dia baru berumur 5 tahun. Kartika..., bagaimana nasib mereka nanti."
Wandaru : "Sshh...ssh.... tenang Rana, tenang..."
Wandaru : "Apa artinya hidup tanpa sedikit ketegangan? Kau sudah terlalu lama berada di zona nyaman. Kau ingat dulu kita pernah bertaruh, berpacu dengan motor kita di jalanan? Kau yang sekarang terlalu lembek."
"Dulu kau penuh inovasi, tak takut untuk memiliki mimpi yang liar, dan bersama kita berhasil menciptakan terobosan teknologi simulasi."
"Sekarang kita berada di puncak dan kau berubah."
Rana : "Wandaru... ini bukan permainan."
Wandaru : "Hahaha... Kau belum sadar juga Rana. Hidup ini hanya permainan! Sekelompok elit adalah Game Master-nya sementara yang lain hanyalah pemain.... dan sekarang kau ada dalam permainanku.... Kau dan aku, kita kembali bertaruh."
Rana : "Aku tidak mau bermain dengan permainan gilamu! Lepaskan aku Wandaru!"
Wandaru : "Ha ha ha ha... tapi sebentar lagi kau akan ada di dalamnya. Simulasi yang lebih sempurna, dengan perangkat ter-implantasi di dalam kepalamu. Tak perlu lagi konsol, tak perlu lagi kabel-kabel menjulur ke mana-mana. Akan aku hapuskan batas yang nyata dan fantasi."
Wandaru : <tertawa, maniak dan tiba-tiba diam.> "Omong-omong, aku benci permainan tanpa tantangan, jadi aku beri kau kesempatan untuk menang. Jika kau menang kau bebas untuk bertemu kembali dengan keluargamu dan menjebloskan aku ke dalam penjara. Tapi kalau kau kalah..."
Rana : "Keparat kau Wandaru! Hentikan kegilaanmu!" <meronta>
SOUND EFFECT : <suara pukulan keras>
Wandaru : "Mulailah berhitung Rana..." <terdengar samar-samar, dalam keadaan kesadaran Rana menghilang.>
CAMERA :
Medium close up, eye level, over shoulder.
Fokus masih pada Wandaru, sementara yang lain ada sebagai latar belakang. Pada akhir scene, terlihat tinju salah satu tukang pukul, berkelebat menghantam keras kepala Rana. Membuat kamera terguncang, lalu kembali gelap.
Cut to
SCENE 3:
Di dalam sebuah kantor yang cukup mewah. Rana duduk di meja-nya dan Wandaru berdiri di depan-nya, di seberang meja.
CAST : Rana dan Wandaru.
Perlahan Rana tersadar dan melihat Wandaru berdiri tepat di depan-nya. Wandaru memegang sebuah remote kontrol di satu tangan, dan sebuah pistol di tangan lain.
DIALOG
Wandaru : "Sekarang akan aku jelaskan peraturan permainan ini. Aku sudah mengirimkan kau ke sebuah simulasi paling sempurna yang pernah aku ciptakan." <Wandaru mengacungkan remote di tangan-nya>
"Di dalam simulasi itu, kau bisa keluar dari tempat ini dan pergi menemui keluargamu. Atau ke mana saja. Lanjutkan hidupmu seperti biasa."
<hening sesaat>
"Namun di kehidupan nyata, anak dan isteri-mu akan meratapi ayah dan suami-nya yang terbaring koma. Dengan kesadaran-nya terperangkap di dunia maya."
"Kau tahu bagaimana simulasi ini bekerja. Dalam game, selalu ada menu untuk keluar dari permainan, dan dalam permainan kecil kita ini. Inilah kunci bagimu untuk keluar." <Wandaru mengacungkan pistol di tangan-nya>
<Sambil tersenyum kejam, Wandaru menempelkan ujung pistol ke arah kepala Rana.>
Rana : "Wandaru! Apa yang hendak kau lakukan!?" (terkejut dan takut).
SOUND EFFECT : "BANG!!!" <dan layar menjadi gelap>
Wandaru, " Hahahaha.... Ini hanya simulasi Rana. Kau tidak benar-benar mati. Sekarang mulailah berhitung." <terdengar samar-samar>
CAMERA :
Layar berubah perlahan dari gelap, perlahan samar-samar semakin terang, sesekali mengerjap (berusaha menempatkan pemirsa, pada posisi Rana yang perlahan-lahan tersadar). Sama seperti awal scene 2 shot 1.
Cut to
SCENE 4:
Dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar, Rana duduk di ruang kantor-nya (simulasi atau realita?), sebelum sekejap kemudian Wandaru menekan remote dan mengirim dia ke dalam level simulasi yang lebih dalam. Simulasi dalam simulasi.
Sebuah perulangan adegan. Wandaru selalu mengingatkan Rana untuk menghitung, sudah berapa kali dia masuk lebih jauh ke dalam simulasi. Perlahan Rana sadar dan mulai berhitung.
SHOT 1
CAST : Rana dan Wandaru (hanya suara)
DIALOG
Wandaru : "Mulailah berhitung Rana..." <sambil menekan remote>
CAMERA :
Medium close up, eye level, blur dan fokus bergantian.
Sekali lagi layar perlahan-lahan, samar-samar menjadi terang, terlihat di depan ada sebuah meja dengan pistol di atasnya.
Namun kali ini sebelum gambar di layar menjadi sepenuhnya jelas, terlihat Wandaru menekan remote dan layar akan mendadak menjadi gelap kembali
Cut to
SHOT 2 : repetisi SHOT-1
Cut to:
SHOT 3 : (repetisi dengan sedikit perbedaan)
CAST : Rana dan Wandaru (hanya suara)
DIALOG
Wandaru : "Mulailah berhitung Rana..." <sambil menekan remote>
Rana : " 11..."
CAMERA :
Repetisi SHOT-1
Cut to
SHOT 4 :
CAST : Rana dan Wandaru (hanya suara)
DIALOG
Rana : " 200..."
CAMERA :
Repetisi SHOT-1
Cut to
SCENE 5:
CAST : Rana dan Wandaru (hanya suara).
Akhir-nya pengulangan berhenti, kesadaran Rana kembali normal. Dia mendapati dirinya sedang duduk di dalam ruang kantornya.
Sepucuk pistol berada di atas mejanya dan Rana sadar, realita yang dia lihat saat ini cuma sebuah simulasi. Pistol itu adalah satu-satunya cara yang disediakan Wandaru bagi dirinya untuk keluar dari simulasi.
SHOT 1
CAST : Rana
DIALOG
Rana : "Dua ratus dua belas..." <perlahan Rana sadar dari pingsan-nya>
CAMERA :
Extreme close up. Adegan awal scene 4 berulang, tapi kali ini layar terus menjadi semakin jelas, hingga pandangan pemirsa stabil dan fokus. Fokus kamera adalah pistol yang ada di meja Rana.
Move to
SHOT 2
CAMERA
Extreme close up, eye level.
Masih dari sudut pandang Rana, kamera menjelajahi barang-barang di atas meja.
Sebuah pistol, sebuah laptop dalam kondisi padam, foto keluarga di sisi kanan, 1 pot kecil berisi tanaman segar dan beberapa tumpukan buku dan map.
Move to
SHOT 3
CAMERA
Medium close up, eye level,
Kamera bergerak menampilkan kondisi di dalam ruangan. Sebuah ruangan kantor yang cukup mewah. Perlahan terlihat tangan Rana yang perlahan mengambil papan nama kecil yang terletak di atas meja itu dan membaliknya.
Move to
SHOT 4
CAMERA, extreme close up ke papan nama yang dipegang Rana. Terlihat jelas tulisan namanya di sana :
"RANA WIRADJAYA, ST, MSc"
Move to
SHOT 5
CAST : Wandaru (suara saja)
DIALOG
Wandaru : "Aku akan kirimkan kau ke sebuah simulasi paling sempurna yang pernah aku ciptakan."
"Di dalam simulasi itu, kau bisa keluar dari tempat ini dan pergi menemui keluargamu. Atau ke mana saja. Lanjutkan hidupmu seperti biasa."
<hening>
"Namun di kehidupan nyata, anak dan isteri-mu akan meratapi ayah dan suami-nya yang terbaring koma. Dengan kesadaran-nya terperangkap di dunia maya."
CAMERA
Extreme close up, ke arah foto keluarga Rana.
Move to
SHOT 6
CAST : Wandaru (hanya suara)
DIALOG :
Wandaru : "Kau tahu bagaimana simulasi ini bekerja. Dalam game, selalu ada menu untuk keluar dari permainan, dan dalam permainan kecil kita ini. Inilah kunci bagimu untuk keluar."
CAMERA
Extreme close up, ke arah sebuah pistol berwarna hitam legam, terlihat tak harmonis di tengah ruangan kantor yang terang dan asri.
Cut to
SCENE 6
CAST : Rana.
Demi bertemu keluarganya, Rana mengambil pistol itu dan menembak kepalanya sendiri.
Tapi berapa kali dia harus melakukan bunuh diri? Jika Wandaru meletakkan dirinya di dalam kantor-nya dengan situasi persis seperti dalam simulasi, bagaimana dia tahu, kapan dia harus berhenti?
SHOT 1
CAMERA
Extreme close up, mengikuti tangan Rana yang terlihat gemetar, ketika dia perlahan-lahan mengambil pistol di atas meja-nya itu lalu mengarahkan moncong pistol itu ke kepalanya sendiri.
Cut to
SHOT 2
CAMERA
Close up, menampilkan ekspresi Rana yang sedang bersiap untuk menembak kepalanya sendiri. Terlihat tegang, dengan keringat perlahan menetes dari dahinya.
Perlahan zoom in
Move to
SHOT 3
CAST : Rana
Menekan pelatuk dan menembak kepalanya sendiri.
DIALOG
Rana : "Dua ratus dua belas..."
SOUND EFFECT : <BANG!> , suara ledakan pistol
SOUND EFFECT : <Bzzzt.....>, seperti suara booting awal modem jaman dulu.
CAMERA
Extreme close up, menampilkan jari Rana yang perlahan dan ragu, tapi tetap menekan pelatuk pistol. Seiring dengan suara ledakan pistol, layar menjadi gelap.
Cut to
SCENE 7
CAST Rana
Tersadar kembali dalam keadaan duduk di kursinya, di dalam ruangan kantornya. Seperti pada SCENE 5, SHOT 1.
DIALOG
Rana : "211.." <berbisik>
CAMERA
Medium close up, layar yang gelap, sebelum kemudian perlahan-lahan menjadi terang, dan dari blur, perlahan-lahan menjadi fokus. Kamera perlahan-lahan meng-eksplorasi isi ruangan kantor Rana dan berhenti pada pistol di atas mejanya.
------ THE END ------
Diubah oleh lonelylontong 25-11-2019 15:10
sebelahblog dan 5 lainnya memberi reputasi
6
584
19
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
1.3MThread•103.7KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya