Soekarnomerupakan seorang Proklamator kemerdekaan Indonesia, dan juga merupakan seorang Presiden pertama Negara Republik Indonesia. Jasanya kepada bangsa ini sangatlah besar, beliau juga seorang yang sangat disegani oleh negara-negara lain.

Kiprah beliau didunia perpolitikan baik didalam maupun luar negeri sudah diakui kehebatannya, bahkan beliau digelar sebagai "Pembicara Ulung" oleh negara-negara lain.

Hal tersebut dikarenakan beliau mempunyai karakter khas dan tegas ketika berbicara, baik didalam forum nasional maupun internasional.

Namun sehebat-hebatnya manusia pasti pernah melakukan yang namanya dosa, baik dosa kecil ataupun dosa besar. Salah satu dosa besar yang pernah dilakukan oleh Bung Karno adalah memenjarakan seorang ulama!

• Salah Satu Dosa Besar Seorang Soekarno •
Presiden Soekarno pernah 'menyerang' ulama besar di masanya, Buya Hamka.Bersama Mohammad Yamin, Soekarno melalui headline beberapa media cetak asuhan Pramoedya Ananta Toer melakukan 'pembunuhan karakter' atas diri Hamka, namun hal tersebut tak sedikit pun menyurutkan niat Hamka dalam menegakkan amar ma'ruf nahi mungkar.

Karena tindakan seorang Hamka yang berani mengkritik Presiden pada tahun 1964, Soekarno tak sungkan-sungkan menjebloskan ulama besar asal Minangkabau ini ke dalam penjara tanpa melewati persidangan.

Semua itu terjadi ketika Buya Hamka mengeluarkan fatwa Haram kepada presiden yang kimpoi lagi, dan setelah itu beliau juga menyebutkan bahwa ada antek-antek PKI yang bekerja dibalik pemerintahan Soekarno.

Mendengar pernyataan kritik dari seorang Hamka, Bung Karno seperti 'kebakaran jenggot' dibuatnya. Oleh karena itu dia memerintahkan untuk memenjarakan Buya Hamka.

• Kehidupan Buya Hamka Dipenjara •

2 tahun 4 bulan lamanya Hamka dipenjara, apakah beliau menangisi kenyataan tersebut? Tidak!
Jangankan memendam dendam ataupun mengutuk-ngutuk keputusan presiden pada saat itu, bersedih pun tidak.

Hamka justru bersyukur karna dimasukkan ke penjara, karena disanalah beliau punya banyak waktu luang untuk menyelesaikan "Tafsir 30 juz Alqur'an", atau yang dikenal dengan Tafsir Al-Azhar.

Lantas, bagaimana dengan nasib ketiga tokoh yang pernah ikut andil memenjarakannya? Yaitu Pramoedya, Mohammad Yamin dan Soekarno?

Ternyata Allah masih sayang kepada trio licik tersebut, karena kekejian yang pernah mereka lakukan kepada seorang Ulama yaitu Buya Hamka, tidak harus diselesaikan di akhirat.

Atas rahmat dan karunianya, masalah tersebut Allah izinkan selesai di dunia ini. Sekaligus memperlihatkan kebenaran seorang ulama yang dikasihinya.

• Kebenaran Menerangi Gelapnya Kejahatan •


Di usia senjanya, Pramoedyamengakui kesalahannya di masa lalu. Ia mengirim putrinya "Astuti" dengan calon suaminya "Daniel" yang mualaf, untuk belajar Islam kepada Guru Hamka sebelum mereka menjadi suami istri.

Apakah Guru Hamka menolak amanah dari salah seorang yang pernah berbuat jahat kepadanya? Tidak!

Justru dengan kelapangan hatinya Hamka mengajarkan ilmu agama kepada anak dan calon menantu Pramoedya, tanpa sedikit pun mengungkit-ungkit kekejaman masa lalu.

Orang yang mempunyai kelapangan hati sebesar dunia memang beda sikapnya dalam menghadapi orang yang pernah jadi musuhnya. Jangankan niat balas dendam, beliau malah berbuat baik terhadapnya.

Astuti, anak perempuan Pramoedya pun menangis haru melihat kebesaran hati dari seorang ulama besar ini. Dan juga, Buya Hamka sendiri yang menjadi saksi atas pernikahan anak Pramoedya tersebut. Subhanallah.

• Penyesalan Memang Selalu Datang Belakangan •


Saat Mohammad Yaminsakit keras, ia meminta orang terdekatnya untuk memanggil Buya Hamka. Dengan segala kerendahan hati dan juga rasa penyesalannya pada ulama besar ini, Mohammad Yamin meminta maaf atas segala kesalahannya kepada Buya Hamka.

Memang yang namanya penyesalan selalu datang diakhir kehidupan, karena kalau datang diawal itu namanya 'pendaftaran'.wkwkwk

Dan ingat juga bahwa kesalahan ada untuk dimaafkan, jangan pernah sesekali membalas sebuah kejahatan dengan kejahatan. Karena hal tersebut akan menciptakan rantai kedendaman dalam kehidupan.

Dalam kesempatan nafas terakhirnya dari seorang tokoh besar Indonesia, Mohammad Yamin pun meninggal dunia dengan mengucapkan kalimat-kalimat tauhid yang dituntun sendiri oleh Buya Hamka.

Sebuah akhir riwayat yang bahagia, setelah berkubang lumpur didunia, akhirnya terbersihkan oleh rahmat dan kasih sayangnya untuk menuju kehidupan yang selanjutnya.

• Kata Maaf Yang Belum Sempat Terucap •


Buya Hamka justru berterima kasih dengan 'hadiah' penjara yang diberikan kepadanya oleh Soekarno, karena dengan 'hadiah' tersebut beliau berhasil menyelesaikan "Tafsir Al-Azhar"nya.

Tak ada rasa benci apalagi dendam kepada orang nomor satu di Indonesia kala itu, beliau malah merindukan sosok tokoh besar tersebut. Proklamator bangsa yang telah membuat ujian hidup sang Buya Hamka menjadi berliku, namun sangat indah.

Tanggal 16 Juni 1970, seorang ajudan Soekarno datang ke rumah Hamka membawa secarik kertas yang bertuliskan pendek:

"Bila aku mati kelak, aku minta kesediaan Hamka untuk menjadi imam shalat jenazahku."

Hamka langsung bertanya pada sang ajudan, "Di mana? Di mana beliau sekarang?"
Dengan pelan ajudan menjawab, "Bapak sudah wafat di RSPAD, jenazahnya sedang dibawa ke Wisma Yoso."

Seketika mata sang Buya menjadi sayu dan berkaca-kaca, rasa rindun ingin bertemu dengan tokoh besar negeri ini sekaligus ingin berterimakasih untuk 'hadiah' yang pernah diberikan kepadanya, malah harus bertemu dengan tubuh yang kaku yang sudah membisu.

Hanya keikhlasan dan kerelaan maaf yang bisa diberikan oleh Hamka kepada Soekarno pada saat itu, untaian doa yang lembut dengan tulus dipanjatkannya saat menjadi Imam Shalat Jenazah Presiden Pertama Indonesia saat itu.



Selamat jalan 'bapak' bangsa, semoga kesalahan yang pernah engkau perbuat terhadap bangsa ini sudah dimaafkan dan engkau sudah termaafkan. Aamiin.





Tulisan Pribadi.
Sumber berita: (Disini)dan (disini)
Sumber gambar: Google images.