daffoazharAvatar border
TS
daffoazhar
Second Love
Seorang gadis mungil dengan berani menantang cahaya merah matahari di pagi hari, dia berjalan dengan ceria ke depan komplek perumahan tempat dia tinggal. Rok abu-abunya yang sedikit kebesaran, terlambai-lambai oleh angin. Wajah gadis itu menunjukan bahwa dia asli Indonesia, kulit kuning langsat dan pipi yang sedikit chubby membuat siapa pun yang melihatnya akan berkomentar dia sangat menggemaskan. Aluna Prameswara nama gadis itu, dia akrab disapa Luna, si penggila drama Korea atau all about Korea. Semumet apa pun hari itu, tapi kalau malamnya dia menonton drama Korea, paginya pasti semangat lagi. Luna sering berkhayal hidupnya seindah drama-drama Korea.

Dengan ramah dia menyapa siapa pun yang berpapasan dengannya. Dari tukang sayur yang menjadi partner setia mamanya hingga cowok mature tetangganya yang dia kenal dari kecil. cowok itu adalah seorang manager sebuah hotel ternama di Jakarta.

"Pagi Luna," sapa cowok mature itu.

"Pagi juga Kak Juli, lagi panasin mobil, nih? Udah setengah tujuh loh, Kak, entar Kakak telat," tutur Luna basa-basi.

"Enggak bakal. Mobil ini kan larinya kayak kereta tercepat di dunia," ucap Juli sambil menyunggingkan senyumnya.

"Kapan nih, kamu mau nebeng mobil saya lagi?" tanya Juli sambil memukul pelan jaguar hitamnya.

"Nanti deh, kalau Amy enggak ngajakin berangkat bareng. Dah Kak, aku duluan ya ...." Luna melambaikan sebelah tangannya lalu melanjutkan langkahnya ke depan komplek. Juli menatap punggung gadis itu dengan sejuta kekagumannya.

šŸŒŸšŸŒŸšŸŒŸ

Hari ini genap seminggu Luna naik ke kelas tiga, ternyata di kelasnya di kelas XII IPS I kedatangan siswa baru dari Bandung. Dia ikut hijrah karena ayahnya yang seorang TNI pindah bertugas.

Semua mata menatap terkesima. Sosok itu berdiri seperti magnet yang kuat, memukau dengan segala pesona yang dimilikinya. Tubuh tinggi menjulang, dan wajahnya memancarkan keangkuhan yang sempurna. Seisi kelas tiba-tiba rasanya seperti mencekam, aura horror menyeruak seketika.

"Nama saya Aditya Nugraha, tapi kalian cukup panggil saya Adit," ucapnya tegas tapi dingin, dan satu lagi, tanpa senyum secuil pun!

"Gila, ternyata ada orang yang menakutkan kayak gitu di dunia. Ganteng sih ganteng, tapi seram," tutur Luna dalam hati.

"Nah, perkenalan sudah. Sekarang ada yang perlu ditanyakan mungkin sama Adit?" kata Bu Dina wali kelas XII IPS I.

"Saya, Bu." Tiba-tiba Nina mengangkat tangannya tinggi-tinggi sambil senyum-senyum genit.

"Ya Nina, mau tanya apa kamu?" tanya Bu Dina.

"Boleh minta nomor WA kamu, gak? Atau akun facebook juga boleh." Nina memasang ekspresi yang genit.

"Huuuu ...." Seisi kelas menyoraki.

Mendengar ucapan Nina, Adit langsung melempar tatapannya ke arah Nina. Tatapan yang tajam seperti jarum.

"Busyet ... mata apa silet tuh? Iiih." Lagi-lagi Luna bergumam dalam hati.

"Sudah-sudah. Adit, sekarang silakan kamu cari tempat duduk yang masih kosong!" Bu Dina memerintah.

Mata Adit berkeliling mencari tempat duduk yang masih kosong. Ada dua bangku yang masih kosong, pertama di pojok sana bersama Ronald si rocker sejati, dan satu lagi adalah tempat duduk Luna, si gadis imut yang menjadi pujaan para guru karena prestasinya.

Ternyata Adit lebih tertarik dengan tempat duduk di samping Luna. Adit terus mendekat ke arah bangkunya. Sedangkan si penghuni bangku itu, sedikit ketakutan karena dia sudah menerka cowok angkuh itu akan menempati bangku kosong di sebelahnya.
Dan benar saja, sekarang Adit sudah berdiri di hadapannya.

"Boleh saya duduk di sini?" tanya Adit. Luna menatapnya dengan tatapan asing juga sedikit ketakutan, kemudian mengangguk pelan. Adit langsung duduk di samping gadis itu. Setelah duduk, Adit melirik Luna, si gadis merasa dirinya sedang si perhatikan hanya menunduk pura-pura memperhatikan huruf-huruf di buku catatannya.

"Hai," sapa Adit dengan suara lebih tepat dibilang sentakan pelan daripada sebuah sapaan. Si gadis tersenyum kilat, lalu menunduk lagi pura-pura membaca.

"Nama kamu?" tanyanya.

"Luna" jawab gadis itu singkat. Adit mengangguk pelan.

Sudah. Hanya percakapan itu dari jam 7 sampai jam 2 siang. Besoknya pun sama saja, tidak banyak percakapan di antara mereka.

šŸŒ šŸŒ šŸŒ 

Belum seminggu Adit sekolah di sana, tapi sudah banyak yang naksir. Terutama Nina dan gengnya. Tanpa disadari cewek-cewek di kelas XII IPS I berlomba-lomba menarik perhatian Adit. Hari itu betapa kagetnya Luna saat tiba di kelas. Teman-temannya semakin aneh saja, Nina yang awalnya berambut ikal sekarang jadi lurus seperti model iklan shampo, terus yang kemarin lurus sekarang jadi ikal. Desi yang punya rambut ikal, pagi ini masih tetap ikal cuma basah, dan sampai bel pulang tuh rambut gak kering-kering juga, setelah Luna selidiki ternyata dia memakai minyak rambut berbentuk gel. Terus ada Cindy yang serba pink, dari kaus kaki, ikat pinggang, jam tangan, anting sampai bando. Beda sama Yuli dia serba Biru. Terus Farah yang perasaan tingginya cuma beda beberapa senti dari Luna, pagi ini dia tinggi menjulang, setelah Luna selidiki ternyata sepatunya ber hak, loh! Tiwi yang punya mata indah hari ini sengaja dia melepas kacamata minusnya dan sebagai gantinya dia memakai lensa kontak warna cokelat. Terus yang makin Luna kesal, sobatnya, Amy, ikut-ikutan norak dia pakai eyeshadow segala. Meskipun tipis, tapi tetap saja terlihat.
Dan pagi itu, kelas semerbak dengan wangi-wangian. Cowok-cowok yang baru masuk kelas, mereka memasang ekspresi bingung dan mendengus-dengus.

"Siapa nih yang pake minyak wangi sebotol?" kata Iwan yang kemudian hidungnya hinggap di bahu Rini.

"Ah, Elu ya, Rin? Wangi bener hari ini," goda Iwan.

"Jangan rese, deh!" ujar Rini kesal. Sedangkan Deon menatap wajah Amy sampai nyureng. "Mata lu kenapa, My? Kok ada kelap-kelipnya?"

"Apaan sih lu, bawel amat!" Amy kesal.

Hari itu semua cewek-cewek XII IPS 1 berubah dengan gayanya masing-masing, kecuali Luna yang terlihat seperti biasanya, bahkan sekarang dia lupa menyisir rambutnya, karena tadi pagi kesiangan tidak sempat menyisir rambut, apalagi sarapan. Dia hanya mengikat rambutnya yang panjang sebahu dengan model ekor kuda.

Sayang sekali Adit tidak peduli dengan semua perubahan di kelas, seperti biasa dia tidak peduli dengan sekelilingnya. Baru datang dia langsung duduk diam di kursinya sambil membaca-baca buku pelajaran.

Menurut Luna, Adit itu seperti patung bernyawa, seperti tidak ada pancaran kehidupan dalam wajahnya. Dan matanya yang tajam, nampak kosong. Di sana tidak terpancar jendela jiwa. Adit orang terdingin yang pernah Luna kenal. Luna yang duduk di dekatnya serasa ikut beku. Duduk di sini tidak ada bedanya dengan duduk di kutub utara. Mungkin Luna harus menuntut ilmu sama beruang kutub atau burung penguin, bagaimana cara menyesuaikan diri dengan suhu dingin, agar Luna bisa tahan duduk di samping cowok ini.

Namun, cueknya Adit itu ternyata malah melambungkan namanya hingga ke seantero sekolah. Di mana-mana sesuatu yang misterius itu memang lebih membangkitkan rasa ingin tahu. Luna sendiri bukannya tidak mau mengakrabkan diri, tapi dari pengamatannya, Adit itu kalau diajak ngobrol cuma ngangguk atau geleng kepala dengan mimik muka yang malas menjawab pertanyaan apa pun yang diarahkan padanya. Malah sering juga dia belagak budek. Kalau ada yang nanya, tanpa memedulikan sikap penolakannya yang terang-terangan, dengan sadis Adit menatap sang penanya tanpa senyum sedikit pun, dan diikuti kalimat bernada dingin, "Bisa gak lo gak ganggu gue?" Atau kalau dia sudah kelewat jengkel, si penanya itu ditatapnya tajam dengan memasang muka yang menyeramkan. Seperti seorang pemburu yang hendak menerkam mangsanya.

Diam-diam Luna melirik ke cowok di sampingnya, dia mencibir dalam hati, dia kira dia siapa jaim banget gitu? Gu Jun Pyo? Kim Joo Won? Hwang Tae Kyung? Baek Seung Jo? Atau pangeran Lee Shin? Luna mengabsen karakter di drama Korea, yang karakternya hampir sama dengan Adit.

šŸŒ šŸŒ šŸŒ 

Pagi ini tiba-tiba bangku Luna sudah ada yang mengisi. Di sana Nina yang tengah duduk manis. Kontan Luna jadi kesal, soalnya bangku itu adalah tempat yang paling strategis. Berada di barisan ke tiga dari depan plus dekat dengan jendela. Jadi saat mulai bosan dengan pelajaran, Luna bisa mengintip sedikit ke luar kelas dan memandang lapangan basket dengan jelas karena kelas Luna berada di lantai dua. Dan yang paling penting Luna bisa memandang Rio yang sedang main basket saat jam olah raga. Sudah lama Luna mengagumi Rio. Pemuda itu anak yang baik, nilai pelajarannya pun lumayan, walaupun Rio adik kelasnya, tapi semua itu tidak masalah buat Luna. Kalau dari fisik tidak terlihat Rio adalah adik kelasnya, malahan Luna yang terlihat lebih pantas jadi adik kelasnya. Dan hari ini, kesempatannya untuk melihat Rio main basket dirampas oleh Nina.

"Pagi, Luna. Mulai hari ini gue duduk di bangku lo ya sama Adit? Lo pindah deh di mana pun yang lo suka, Oke?" tutur Nina memelas, seperti ekspresi bocah yang minta jajan sama ibunya. Luna pikir, bakal percuma untuk memaksa Nina pergi dari tempatnya, karena dia bakalan susah diusir dari sana. Akhirnya Luna memilih pasrah dan membiarkan Nina menempati bangkunya.

Ternyata bukan hanya dia yang harus hijrah dari bangkunya, tapi juga orang-orang yang ada di sekitar bangku Adit, di sana teman-teman Nina yang duduk berdempet-dempetan di sekitar bangku Adit. Luna hanya mendengus melihat semua itu.

Luna melihat semua bangku sudah terisi penuh dan hanya bangku Ronald yang masih kosong. Ibarat jatuh tertimpa tangga, sudah bangkunya dirampas dan sekarang teman sebangkunya si rocker sejati yang aneh bin ajaib. Roland suka kentut sembarangan, dan kalau jiwa rocknya lagi kumat dari mulutnya suka terjadi hujan lokal. Ugh!

Tak lama kemudian Adit datang. Seperti biasa Adit tidak peduli dengan sekitar. Tapi setelah sadar orang di sebelahnya bukan Luna, dia langsung berdiri.

"Minggir! Itu bukan bangku lo," sentak Adit tanpa melihat ke wajah Nina. Melihat sang idola akan mengeluarkan taringnya, seisi kelas otomatis jadi ketakutan dan hening seketika.

"Cepet minggir! atau mau gua seret?" Adit semakin sadis, tapi Nina tetep aja santai duduk di sana. Luna tidak sanggup melihat kesana dia hanya nunduk, karena dia tidak sanggup melihat angkernya mata Adit.

"Asal kamu tahu Dit, yang punya bangku ini udah nyerahin bangkunya ke gue," tutur Nina.

"Lo gak denger? Gue bilang minggir!" Sekarang suara Adit semakin menggelegar.

"Tapi mulai sekerang bangku Luna milik gue." Nina tidak menyerah rupanya. Semua orang salut dengan keberanian Nina.

"Tuh cewek nekat bener, bentar lagi pasti dia dimakan sama Adit," gumam Ronald. Luna menengok sama Ronald lalu memberi isyarat agar jangan berisik. Lalu dengan sekuat tenaga Adit menggebrak meja hingga balpoint yang ada di atas meja menggelinding dan jatuh ke lantai. Tanpa berkata apa-apa lagi Adit menatap tajam Nina. Setelah itu wajah Nina nampak pucat, tapi dia masih duduk di sana dengan berusaha tenang.

Mata Adit berkeliling melihat sekitar. Lalu ditemukanlah Luna yang sedang duduk ketakutan di samping Ronald. Saking takutnya saat Adit berjalan menghampirinya, Luna tidak sadar kalau tangannya memeluk lengan Ronald dan bersembunyi di balik punggung Ronald.
Setelah Adit berada tepat di samping Luna, tanpa diduga Adit menarik tangan Luna dan menyeretnya dengan paksa ke bangku mereka.

"Minggir lo!!" sentak Adit sama Nina. Dengan ogah-ogahan Nina hengkang juga dari bangku itu. Setelah Nina pergi, tubuh Luna didorong hingga terduduk di bangkunya.

"Dari sekarang lo gak boleh pindah-pindah lagi, ngerti!" semprot Adit sama Luna. Luna yang tidak berdaya hanya mengangguk pelan. Untuk menelan ludahnya pun Luna merasa susah saking tegang dan takutnya.

Orang ini benar-benar pembawa bencana, dia merenggut ketenangan Luna. Awalnya Luna damai duduk sendirian, belajarpun Luna jalani dengan tenang, sekarang semenjak ada Adit di sampingnya semuanya tidak sama lagi. Diam-diam Luna mendengus memikirkan hal itu.

"Adit Brengsek!" makinya dalam hati.

šŸŒ šŸŒ šŸŒ 

Menurut Luna ada satu keanehan dalam diri Adit. Pas jam istirahat Luna melihat Adit sedang ngobrol dan bercanda dengan Samuel, Malik dan Faisal di kantin. Diam-diam Luna memperhatikan wajah Adit yang terlihat berbeda saat dia tersenyum. Kirain Adit tidak bisa senyum, pikirnya.

Melihat Adit seperti itu, aura horor di wajahnya lenyap seketika. Tanpa disadari Luna ikut tersenyum melihat pemandangan itu.

"Hoi... ngelamun lo ya ...." seru Amy dari belakang, sambil menepuk bahu Luna. Luna terperanjak dan seketika bayangan Adit langsung terbang.

"Amy! Ngagetin aja lu," semprot Luna kesal. Amy terkekeh dan langsung duduk di samping Luna.

"Enak nih batagornya, mau dong!" Belum sempat Luna menjawab, Amy langsung menyambar batagor Luna pakai sendok yang diambilnya di tempat sendok di atas meja.

"Lun, lu gak gondok apa duduk sebelahan sama Adit?" tanya Amy sambil mengunyah batagor.

"Bukan gondok lagi tapi gondok banget. Gue sering loh gemetaran saking takut."

"Ih, tuh orang kok gitu-gitu amat ya? Cakep-cakep tapi galaknya sampe ngalahin si Foki anjing di rumah gue. Heran gue, si Nina kok ngebet banget sama Adit."

"Lu sendiri juga ngebetkan sama Adit?" Mendengar ucapan Luna, Amy langsung menunjukan raut muka protes.

"Gue, naksir Adit? Yang bener aja lu!"

"Tapi waktu itu elo ikut-ikutan genit kayak Nina CS, pake eyeshadow segala." Amy langsung ketawa, "ya ampun Luna, itu bukan menarik simpatinya si Adit, tapi gue lagi nyobain eyeshadow baru gue." sangkal Amy.

"Baguslah, gue pikir elo udah terkena hipnotis pesonanya Adit."

"Enggaklah, gue masih waras menilai bagaimana cowok baik dan mana cowok gak baik."

"Jadi masih mengincar si Arial nih?" goda Luna. Amy nyengir, "Gak tahu deh, Arial masih cuek aja sama gue," ucap Amy lalu melahap batagornya Luna yang tinggal dua biji.

"Kalau elu suka, jangan nyerah dong!"

Mata Luna melotot melihat piring batagornya yang tinggal saus kacangnya saja.

"Amy! Batagor gue kemanain?" teriak Luna. Amy senyum menyebalkan sambil memegang perutnya dengan bangga. Luna mendengus sambil cemberut.

Suasana kantin hiruk pikuk oleh orang-orang yang kelaparan, tiba-tiba pandangan Luna menangkap seorang cowok jangkung dengan model rambut jambul tintin dan wajah oriental yang sepintas mirip artis Morgan oey. Dia Arial gebetannya Amy. Dia berjalan ke stand mie ayam pak Darma, lalu memesan. Tak lama kemudian Arial duduk tidak jauh dari bangku tempat duduk Luna dan Amy.

Luna langsung tersenyum lebar melihat Arial, sedangkan Amy masih belum sadar gebetannya berada dekat dengannya.
"My, lihat kesana!" Luna menunjuk Arial dengan dagunya pada Amy.

Amy langsung menuruti perintah Luna. Seketika wajah Amy langsung bersemu merah. Aliran darahnya seperti menghangat di seluruh tubuhnya. Amy tersenyum dan terus menatap Arial tanpa berkedip sedetikpun.

"Heh! Ngeliatin aja, samperin sono! Mumpung dia sendirian," desak Luna. Amy menggeleng kuat sambil menunduk. Kemudian wajahnya ia dekatkan ke Luna, "lo gila apa? Mana berani gue," Amy berujar setengah berbisik.
Tak lama kemudian, dua teman sekelas Arial datang menghampiri Arial dan duduk bersama sambil mengobrol. Lalu pesanan mie ayam Arial datang dan Arial langsung memakannya.

Amy mendengus sambil menopang dagunya dengan sebelah tangan. Dan tangan yang satunya mengaduk-ngaduk jus avocadonya.

šŸŒ šŸŒ šŸŒ 
Diubah oleh daffoazhar 09-05-2020 18:29
someshitnessAvatar border
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 16 lainnya memberi reputasi
17
8.3K
51
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThreadā€¢41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
Ā© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.