shopia2005Avatar border
TS
shopia2005
GELORA SMA


Prolog!

Lea, Dan Hari Remaja yang harus merasakan dahsyatnya rasa cinta, mereka tak bisa menolak ketika di dekap rasa luar biasa yang dihadirkan olehnya.

Cinta membuat dua remaja itu, menangis, tertawa, berduka dan bahagia.

Liku panjang, kisah cinta rumit mau tak mau harus dijalaninya, ketika mereka memilih untuk melakoni peran sebagai orang yang tengah jatuh cinta.

Ikuti Romansa remaja manis Lea dan Hari hanya di sini.

Dalam GELORA SMA karya terbaruku.

Selamat membaca, gaess, di sini kamu bakal bertemu banyak quotes manis yang bisa bikin baper!
emoticon-Kiss

Yuk langsung kita garap part satunya.

#Cinta Segi Tiga
1

Namanya Harry, seorang Cowok bertubuh sedang, malah cenderung agak kurus, namun karna kelincahannya memainkan bola basket membuatnya terpilih sebagai kapten tim basket di SMA tempat Lea bernaung mencari ilmu.

Wajah tampan itu sering banget nampang di mading, seiring keberhasilannya membawa tim basket sekolah meraih berbagai kejuaraan.

Dari sanalah Lea mengenalnya, karna hampir setiap siswi berharap bisa menjadi kekasih dari lelaki ramah yang memiliki senyum menawan itu. Namun Lea tak pernah berharap banyak, sebagai gadis yatim piatu yang masuk ke sekolah dengan modal separuh beasiswa dari pihak sekolah asal dan surat keterangan tidak mampu dari kelurahan, membuatnya sadar diri jika dia bukanlah tipe perempuan incaran Harry.

Hingga takdir berkata lain, saat Harry terluka Lea lah yang bertugas untuk merawatnya, dan untuk pertama kalinya Lea bertatap muka secara langsung dengan pemilik rupa menawan yang fotonya sering terpampang di mading mingguan sekolah.

Pak Isman selaku guru olah raga dan petugas kebersihan sekolah membopong tubuhnya keruang UKS, lalu meminta Lea untuk merawatnya, termasuk mengoles kaki Harry dengan minyak urut hangat

“Kak, Bisa kakinya diangkat sedikit?” Tanya Lea dengan tangan bergetar
Tanpa menjawab pula Harry langsung mengangkat kakinya dengan wajah mengernyit menahan sakit

“Tahan sedikit ya, kak.” Lea memijit Kaki Harry dengan pelan dan hati-hati, seperti yang biasa Nenek lakukan saat dia terkilir dulu.

Harry menatap wajah gadis yang terlihat serius memijit kakinya, rasanya dia tak pernah melihat gadis itu sebelumnya. Pijitan lembutnya terasa begitu nyaman hingga rasa sakit akibat terkilir yang tadi begitu menyengat kini mulai berkurang.

“Bapak kamu tukang pijit ya?” Tanya Harry

“Bukan, Kak.” Lea menjawab pelan

“Oh, kirain.”

“Sakit Kak?”

“Tidak, Enak malah. Makanya aku kira kamu anak tukang pijit.” Harry berusaha tersenyum

“Aku oles antiseptik dulu yak, Kak, maaf kalau agak perih lukanya.”

Harry mengangguk, dia menatap sekilas betapa cekatannya gadis itu membungkus lukanya dengan perban.

“Sudah Kak.” Jawab Lea, sambil mengemasi kotak P3K milik UKS.
Dengan tergesa pula dia beranjak keluar ruangan UKS

“Eh, nanti dulu, nama Kamu siapa?” Kini mata hitam itu menatap wajah Lea lekat

“Lea, Kak.” Jawabnya dengan bibir bergetar, gadis itu mengakui pesona cowok itu seakan menghipnotis setiap mata yang menatapnya

“Kelas berapa?” Lagi wajah Harry mengernyit, walau dia berusaha untuk tersenyum

“Aku kelas sepuluh IPA, Kak.” Lea menunduk malu

“Anak IPA ya, Apa kamu Katlea yang menang lomba Artikel sains itu ya?”
Lea mengangguk

“Keren, kenalin aku Harry.” Cowok tampan itu mengulurkan tangan

Lea menerimanya, merekapun berjabat tangan erat, mata elang Harry seakan menguliti kulit Lea, hingga gadis itu hanya menunduk tak berani mengangkat wajahnya.

“Terima kasih, Dek.” Harry menepuk bahu Lea lembut, dia mencoba untuk berdiri namun karna kurang seimbang cowok itu hampir terjerembab, namun refleks Lea membantunya untuk kembali duduk.

“Hati-hati, Kak.”

“Iya, maaf ngerepotin kamu nih. Bisa tolong ambilkan Tas Kakak disana, Dek.” Telunjuk Harry mengarah pada ransel kecil di atas meja, dengan tergopoh Lea meraihnya dan menyerahkan pada Cowok itu.

Lalu dengan cekatan tangannya menyentuh layar ponsel bermerk itu, Lea hanya mendengar jika dia memanggil beberapa teman untuk menjemputnya.

Tak berapa lama dua orang siswa datang dan langsung berbincang dengan Harry, sedangkan Lea hanya menjadi pendengar saja, walau hatinya mulai resah, dia merasa begitu tak berarti di hadapan tiga cowok berwajah tampan yang kini tengah asyik ngobrol, sesekali mereka tergelak ketika Harry menceritakan peristiwa hingga dia dibawa ke ruang UKS ini.

“Konyol banget kamu, Har, jatuh dilapangan saja sampe begitu parah.”

“Kakiku ngebentur tiang besi, bro.” Ujar Harry meringis.

“Untung ada Lea yang lagi piket, jadi ada yang ngobatin.” Harry melirik kearah Lea yang terus menunduk

“Pantesan aja lo betah di sini, ada ceweknya.”

“Apaan sih Lo, orang gue ngak bisa berdiri, makanya gue manggil loe-loe pada biar bantu gue keluar dari sini.” Harry mengelak

“Iyalah, lagian mana berani loe selingkuh dari Marsya, bisa digorok loe sama cewek itu.” lalu ketiganya terbahak

“Lea, makasih udah bantu kakak, lain kali kita ketemu lagi ya, Kakak janji traktir kamu.” Harry menoleh pada Lea, dan gadis itu membalasnya dengan tersenyum kikuk

“Cie…! Kakak gitu loh!” Ujar seorang Cowok bertubuh paling tegap berkulit putih

“Iyalah, dia kelas sepuluh, jadi adek kelas kita dong,” Ujar Harry

“Kak, jangan lupa perbannya nanti sore ganti ya.” Ucap Lea berusaha tenang.

“Siap Nona manis.” Jawab Harry cepat

Seketika wajah Lea memerah bak kepiting rebus

Lalu ketiga pemuda berpenampilan sangat keren itu keluar dari ruang UKS, untuk terakhir kalinya Lea masih menangkap tatapan mata tajam Harry yang begitu menggodanya, membuat debaran di dada Lea menjadi tak menentu. Dia menatap kepergian ketiganya hingga hilang dari pandangan

Sejak saat itu Lea benar-benar tak bisa melupakan pertemuan pertamanya dengan Cowok idola di sekolah itu, tatapan teduh, senyum ramah dan sikapnya yang sopan membuat Lea sadar jika Harry benar-benar memiliki sejuta pesona yang bisa mebuat siapa saja bertekuk dihadapannya.

Tanpa diketahui siapapun Lea mulai mencari tahu tentang diri Harry, bagaimana kehidupannya, siapa pacar dan teman-temannya. Lea mulai mengintip akun-akun media sosial milik cowok tampan itu, dan gadis itu harus menyadari jika dia ibarat pungguk merindukan bulan, kehidupan mewah Harry serta cantiknya Marsya membuat Lea tak berani bermimpi lebih jauh lagi.

“Biarlah rasa ini tumbuh tanpa terarah, mungkin suatu saat ada langkah yang akan menuntunku untuk bisa sekedar kembali bertegur sapa denganmu.”

Catatan manis itu perlahan ditulis Lea di bawah sebuah nama yang diwarnai dengan stabilo biru. Harry.

***

“Lea!” Sebuah suara yang begitu ia rindukan kini terdengar jelas memanggilnya

Dengan cepat dia pun menoleh, lalu Lea terpana ketika Cowok tampan itu berdiri di sebrang jalan dengan memegang sebuah helm.

“Kakak.” Teriaknya tanpa sadar

Harry tersenyum lalu melambaikan tangan padanya untuk menyebrang, Lea pun mengikuti perintahnya, setelah mereka dekat dengan cepat Harry menarik tangan Lea menuju sebuah motor Ninja merah milik Harry.

“Naik.” Suara Harry bernada perintah, sejenak Lea ragu, namun Lagi Harry menarik tubuhnya agar segera naik, dengan agak sungkan Lea pun naik dan Harry memberinya sebuah helm untuk dipakainya.

“Sudah kan?” tanyanya

“Iya.” Jawab Lea

Cowok itu menghidupkan mesin motor dan melajukannya dengan kecepatan tinggi, Lea memejamkan matanya karna merasa takut, seolah menyadari jika Lea ketakutan Harry memelankan laju kendaraannya lalu dia melingkarkan tangan gadis itu di pinggangnya, awalnya Lea merasa risih, namun apalah daya ketenangan pria itu meluluhkan rasa ragu dan khawatirnya.

Perlahan Lea memeluk pinggang kokoh itu, lalu menempelkan wajahnya di punggung dengan aroma yang membuatnya terlena seakan tak ingin masa itu berlalu.

Di sebuah café mereka berhenti, Harry mengajaknya untuk mampir disana, tanpa memberi kesempatan pada Lea untuk berkata, Harry menuntunnya ke sebuah meja bernomor 21.

“Minum apa, Dek?”

“Terserah Kakak.” Lea menjawabnya kaku
Harry tersenyum melihat tingkah kikuk Lea, apalagi dengan pipi yang merona, gadis sederhana ini lumayan manis, pikir Harry.

“Oke, kakak pesan Capuchino lho, jangan protes ya.” Ujar Harry terkekeh mencoba mencairkan suasana
Untuk pertama kalinya Harry melihat gadis hitam manis itu tersenyum tipis

“Sering nongkrong di sini ya, Kak?” Tanya Lea, karna dia merasa para pelayan disana begitu mengenal Harry

“Enggak juga, paling malam minggu bareng Erik sama Juna.”

“Mereka yang jemput kakak di ruang UKS dulu ya?”

“Heeh, kenapa, naksir?” Mata Harry menatap wajah Lea

“Nggak kok Cuma nanya aja.” Tukas Lea cepat.

“Naksir juga boleh, kita masih pada jomblo kok.” Tukas Harry cepat

“Jomblo? Lalu Marsya siapanya kakak?” Tanya Lea polos

“Marsya, Emang tau? Stalking akun apa googling nih?” Pancing Harry membuat Lea terpojok

“Enggak juga, Tapi anak-anak banyak yang bilang kakak sama Kak Marsya pacaran.” Lea menunduk memainkan Tissue

“Itu gosip Lea, jangan percaya.”

Dan obrolan mereka terhenti ketika pesanan datang, Harry mempersilahkan Lea untuk segera menikmati apa yang tadi dipesannya. Untuk yang kesekian kali Harry memperhatikan sosok sederhana di depannya itu, wajah tanpa make up, tas sekolah yang sudah tak baru lagi namun terkesan rapi dan bersih menunjukan jika gadis dihadapannya itu seseorang yang suka akan kebersihan.

Sikap hati-hati Lea yang justru terkesan anggun membuat Harry menyadari ada daya pikat tersendiri dari gadis pemilik gingsul ini.

Lea menyeruput capuchino di cangkir kecil yang di sodorkan Harry, rasanya begitu enak, lagi gadis pemalu itu meneguknya kini dengan porsi agak banyak untuk lebih meresapi rasanya, dia tak sadar jika kelakuannya diperhatikan oleh Harry yang terus tersenyum melihat tingkahnya.

“Boleh dihabisin kan, Kak?” Mata bulatnya menatap Harry
Cowok itu mengangguk

“Lagian sayang kalo nggak dihabisin, kan harganya mahal.” Lea meneguk habis capuchino miliknya.

“Hebat kamu, Dek.” Harry menepuk pipi Lea gemas, baru kali ini dia melihat gadis yang tidak jaim saat bersamanya, sikap Lea yang sederhana dan apa adanya membuatnya nyaman berada disisi gadis itu. Mereka pun berbincang akrab, sedikit demi sedikit sikap ramah Harry membuat Lea cepat bisa beradaptasi dengannya

“Kakak antar kamu pulang ya?”

“Tapi rumahku jauh, Kak, masuk gang kecil.”

“Nggak apa-apa, nggak lewatin jurang juga kan?” Seloroh Harry, Lea tertawa kecil

Setelah membayar semua yang mereka pesan keduanya pun kembali melanjutkan perjalanan, kini cowok itu lebih tenang dalam membawa kendarannya

Dengan memakan waktu sekitar 40 menit, tibalah mereka di sebuah rumah yang terbilang sederhana, di depannya berdiri sebuah warung nasi yang lumayan ramai, seorang wanita yang cukup terbilang tua menyambut kedatangan mereka.

“Sore amat, Le? Nenek sampe khawatir.” Tanyanya pada Lea, lalu menatap ke arah Harry yang masih mengenakan helm

“Tadi ada keperluan dulu, Nek.” Lea mencium tangan Sang Nenek, dan Harry mengikuti apa yang di lakukan Lea.

“Kakak mampir dulu kan?” Tanya Lea.

“Nggak Le, sudah sore juga nih, lain kali aja ya.” Harry melirik sebuah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

Lea pun mengangguk, Harry berpamitan pada Nenek Lea yang terlihat begitu ramah padanya

“Kenapa tidak masuk dulu, Nak? Apa karna rumah kami jelek ya?” Wanita tua itu menatap Harry

“Bukan begitu, Nek. Aku ada janji mau ke bengkel sama teman-teman sore ini.” Jawab Harry dengan tak enak hati

“Ya sudah hati-hati di jalan.” Ucapnya, Harry kembali mencium tangan wanita tua itu dengan penuh hormat, satu hal yang tidak pernah dilakukannya pada siapapun termasuk pada kedua orang tuanya.

“Lea, Kakak pamit ya.”

“Hati-hati Kak.”

Harry mengangguk,

Lea menatap punggung Harry yang melaju kencang dengan motornya, ada rasa yang seakan turut dibawa oleh cowok ramah itu.

Malam itu Harry tiba-tiba terus teringat pada Lea, dia tak menyangka jika rumah Lea terbilang cukup jauh dari sekolah, kembali terbayang saat Lea bercerita jika dia harus dua kali naik angkutan umum untuk sampe ke sekolah.

“Kalau lagi punya uang sih aku pake ojek, Kak, biar cepet nyampe, tapi nggak tiap hari juga sih, kan ojek harganya mahal.”

Lagi perkataan Lea terngiang ditelinganya, baru kali ini Harry merasa jika ternyata uang sangatlah begitu berarti, padahal saat ditanya berapa ongkos ojek kesekolah Lea menjawab 30 ribu rupiah, sebuah nominal yang tidak berarti baginya, tapi bagi Lea seolah nilai rupiah sebesar itu sangatlah istimewa.

“Itu bisa untuk tiga hari kalau naik angkot, Kak.” Dengan kerjapan bola mata yang indah Lea mengucapkannya, dan itu membuat mata Harry seakan tak berhenti ingin terus menatap wajah oval di depannya.

Terbukti malam ini Harry tak bisa memejamkan mata, wajah manis Lea terus menari dalam pikiran kosongnya
Hingga akhirnya pemuda berumur hampir 18 tahun itu terlelap dibuai mimpi indah bersama gadis yang tak pernah dia kenal sebelumnya.

***

“Kamu biasa, tapi itu bisa membuatmu jadi luar biasa.

Kamu sederhana, itu membuatku menyadari jika sederhana bisa berubah jadi istimewa

Kamu apa adanya, tapi itu membuatku mencari ada apa dalam dirimu hingga membuatku terpana”

Untukmu yang diam-diam hadir dalam mimpiku.

Sontak para siswi histeris ketika membaca quote yang ditulis cowok yang yang selama ini mereka gandrungi.

Ya, Harry sukses membuat para gadis bertanya-tanya tentang siapa sosok di quote yang dia tulis di mading sekolah pagi ini.




Bersambung.
Dikrisan juga ya!
someshitnessAvatar border
NadarNadzAvatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
10.9K
128
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.