- Beranda
- The Lounge
Mengurai Makna, Memberi Arti Pada Aksara Jawa.
...
TS
lonelylontong
Mengurai Makna, Memberi Arti Pada Aksara Jawa.

gbr diambil dr : Republika online.
Semua hasil budaya sesungguhnya hasil pemikiran dari insan manusia. Ketika generasi demi generasi menghidupi sebuah nilai budaya, maka kebudayaan itu pun berkembang memiliki esensi yang semakin kaya dalam makna.
Dalam pemahaman tersebut, maka sebuah pemaknaan ulang dari sebuah hasil budaya bukanlah suatu hal yang tabu. Tinggal kemudian mereka yang memiliki budaya tersebut menilai dan merasakan, apakah pemaknaan ulang itu menghasilkan kebaikan dan layak untuk diadopsi dan diserap.
Sejarah membuktikan, ketika budaya gigih hanya mempertahankan nilai dan makna lama, berkutat pada puritanisme lalu gagal menghidupi dan memaknai sebuah budaya, yang terjadi justru sebuah proses pembusukan. Karena ciri hidup adalah bergerak, berubah dan berkembang. Sesuatu yang diam, tidak bergerak, tidak berproses, biasanya adalah sesuatu yang mati, yang perlahan-lahan akhirnya membusuk dan lebur dalam perjalanan waktu.
Saya bukan ahli budaya Jawa, hanya seorang pendatang yang ikut menyaksikan dan berusaha memahami budaya Jawa.
Maka pemahaman dan pemaknaan saya bisa saja salah, namun membuka sebuah wacana dalam sebuah dialog budaya, bukanlah sebuah dosa. Setidaknya itu yang saya percaya.
Salah satu yang menarik minat saya dalam budaya Jawa adalah aksara Jawa Kuno, yang menyimpan cerita yang unik.
Secara terjemahan, menurut apa yang saya pelajari di bangku sekolah, kalimat yang membentuk aksara Jawa memiliki artian sebagai berikut :
ha-na-ca-ra-ka -> Ada dua utusan.
da-ta-sa-wa-la -> berselisih pendapat.
pa-dha-ja-ya-nya -> keduanya sama kuatnya.
ma-ga-ba-tha-nga -> Akhirnya mati bersama.
Dan menurut cerita, lahirnya aksara Jawa kuno ini, adalah hasil buah pemikiran Aji Saka setelah mendengar kabar kematian dari dua orang pengikut setia-nya. Kisah Aji Saka sendiri, bisa kita urai satu per satu, namun untuk tulisan kali ini, kita hanya akan mengurai bagian kisah yang berkenaan dengan lahirnya aksara Jawa.
Alkisah Aji Saka memiliki dua orang pengikut setia, Sembada dan Dora. Sebelum dia pergi berkelana, dia mempercayakan senjata pusakanya pada Sembada, sementara Dora ikut bersama Aji Saka berkelana.
Dalam perjalanan ini kemudian Aji Saka sampai di Kerajaan Medang Kamulan yang dipimpin Prabu Dewata Cengkar yang sudah hilang sifat kemanusiaan-nya. Singkat cerita Aji Saka berhasil mengalahkan Prabut Dewata Cengkar, menggantikan kedudukannya dan memperbaiki tatanan masyarakat di Kerajaan Medang Kamulan.

Aji Saka melawan Prabu Dewata Cengkar, gbr diambil dr : http://sastraremaja11.blogspot.com
Terikat dengan kewajiban-nya memimpin, maka kemudian Aji Saka memerintahkan Dora untuk mengambil senjata pusaka-nya yang disimpan oleh Sembada.
Di sinilah kemudian terjadi pertikaian antara Dora dan Sembada. Masing-masing berpegang pada perintah yang diberikan oleh tuan-nya. Yang seorang untuk menjaga, yang seorang untuk mengambil.
Sehingga terjadilah pertempuran di antara kedua abdi yang setia tersebut, yang akhirnya berakhir dengan kematian dari keduanya.
---------------------
Pemaknaan aksara Jawa dan kisah ini pun bisa beragam, dan salah satunya hendak saya sajikan di sini.
Aji Saka adalah gambaran diri kita, sementara Dora adalah gambaran dari nafsu/naluri alami, dan Sembada adalah gambaran dari Akal Budi dan hati nurani.
Demikianlah sejatinya setiap insan manusia yang dilahirkan di atas bumi ini, memiliki tugas ke-khalifah-an, layaknya Aji Saka yang hadir untuk menghentikan kekacauan yang ditimbulkan oleh Prabu Dewata Cengkar dan menggantikannya dengan tatanan yang adil dan bijaksana. Demikian pula setiap dari kita, memiliki tugas dalam ruang lingkup yang besar (masyarakat, negara bahkan dunia) dan ruang lingkup yang kecil (mulai dari diri sendiri), untuk menggantikan yang chaos/kacau/tak beraturan, menjadi sesuatu yang teratur dan baik adanya.
Dalam kita melakukan tugas ini, setiap dari kita dianugerahi dua abdi yang setia, yaitu hawa nafsu/naluri biologis/Id dan akal budi/hati nurani/super ego.
Tanpa ada dorongan hawa nafsu atau naluri dasar, maka tidak ada yang memotivasi manusia untuk maju dan berkembang.
Tanpa ada akal budi dan hati nurani, maka cara-cara yang ditempuh akhirnya akan berujung pada kerusakan dan bukan kebaikan. Kehilangan tata nilai dan batas-batas.
Dua hal ini hadir dalam diri setiap kita, dan bila dipergunakan dengan sebaik-baiknya akan membantu kita dalam menjalani kehidupan yang bermakna dan produktif. Naluri, ambisi dan keinginan, yang terus menunjukkan arah dan tujuan baru untuk dikejar. Kreatif dan haus akan hal-hal yang baru. Keberanian untuk meng-eksplorasi dan membuka wilayah-wiayah yang belum terjamah sebelumnya.
Akal budi dan hati nurani, yang menjadi pagar dan menjaga agar kita tidak kehilangan arah dalam pengejaran itu. Sebuah jangkar dalam kita mengarungi samudera kehidupan. Sauh yang selalu mengingatkan kita pada asal kita, pada sumber hidup kita, yaitu Yang Maha Suci dan penuh cinta kasih.
Satu aspek mendorong kita untuk berkelana dan menjelajah, dan aspek lainnya seperti jangkar yang menjaga agar kita tidak lepas dari hal-hal yang penting dan sakral. Seperti hal-nya Dora yang mengikuti Aji Saka berkelana, dan Sembada yang dia menjaga pusaka Aji Saka.

gbr diambil dari : psdeals.net
Sifat tugas dari kedua-nya memang berlawanan, namun di saat dinamika dari kedua hal inilah yang membuat kehidupan seorang manusia jadi sempurna. Menjadi hidup, dinamis dan bergerak. Di saat yang sama memiliki arah dan prinsip yang jelas, tidak sampai kehilangan jati diri dan hakikat kemanusiaan-nya.
Keduanya sama kuat, tidak bisa manusia lewat akal budi hendak mematikan hawa nafsu-nya. Tidak bisa pula manusia menuruti seluruh hawa nafsu-nya, sampai kemudian mati nurani-nya.
Sehingga sebaik-baiknya orang, pasti memiliki hawa nafsu dan keinginan. Sejahat-jahatnya orang masih memiliki suara hati nurani dalam relung yang terdalam.
Tidak perlu melabeli baik dan jahat pada keduanya, karena sejatinya kedua hal ini hanyalah abdi. Seperti pisau tajam, bisa menjadi senjata pembunuh, atau alat ukir yang melahirkan sebuah maha karya. Kita sebagai tuan dari kedua aspek ini, yang harus pandai-pandai mengelola keduanya. Menggunakan potensi dari dua abdi ini, demi mencapai sebuah kebaikan.
Tidak akan pernah henti, dinamika dari keduanya, antara nafsu dan akal budi. Sebagai tuan atau pemilik dari keduanya, kita akan terus menerus mengalami pertempuran, kecil dan besar, antara nafsu dan akal budi.
Tidak perlu menjadi risau, karena demikianlah mekanisme olah kejiwaan kita, tarik-menarik dan dorong-mendorong antara Id dan Super ego, antara nafsu dan akal budi.
Peperangan itu baru akan terhenti, saat keduanya mati.
Ya itulah saat kematian kita sendiri.
Kiranya saat kematian itu datang, hidup kita sudah berisi dan di-dominasi oleh berbagai macam warna, yang menorehkan sebuah kisah kehidupan yang indah untuk dibaca dan dikenang.
Sumber : renungan pribadi dan mungkin dulu sekali pernah baca entah di mana
.Diubah oleh lonelylontong 11-11-2019 11:01
sebelahblog dan 4 lainnya memberi reputasi
5
2.2K
20
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
1.3MThread•103.7KAnggota
Urutkan
Terlama
Komentar yang asik ya