Awal mengenal literasi karena mengikuti salah satu grub kepenulisan di Facebook. Niatnya hanya untuk mencari bacaan gratis. Semua cerbung kuikuti kisahnya, tidak ada yang terlewat. Salut dengan mereka yang bisa menuangkan ide dalam aksara. Diam-diam mulai mempelajari teknik menulis. Dari mulai tanda baca, dialog tag, alur dan entah apalagi namanya. Mempelajari kesalahan dari hasil bantaian karya orang lain pastinya. Karena waktu itu, jangankan membuat tulisan, mau komen aja rasanya sudah tidak karuan, takut salah menulisnya. Norak, iya, memang norak sekali!

Seorang teman, sahabat lebih tepatnya, selalu memotivasi untuk mau mencoba, salah enggak papa, yang penting mulai dulu. Waktu itu aku masih bergeming. Masih takut, tepatnya. Maret 2019 mulai mengenal Fiksimini, salah satu keajaiban literasi. Sempat frustasi mempelajari Fiksimini, bagaimana tidak, dengan hanya beberapa kata, bisa menguraikan sebuah cerita utuh. Sempat hampir mengibarkan bendera putih, tapi lagi-lagi dukungan dari para sahabat dunia jamur, kami menyebutnya, bisa memberikan kekuatan untuk bertahan. Tetap aku mempelajarinya dalam senyap.

Tantangan kembali datang. Ada kompetisi menulis online yang diadakan salah satu sahabatku. Berbekal ilmu yang tidak seberapa, nekat ikutan, karena syaratnya tidak berat, cukup membuat cerita mini, tidak perlu banyak kalimat, kan. Tema yang diusung adalah perbedaan pilihan politik. Deg-degan, panas dingin ketika jemari mulai menyusun kalimat demi kalimat. Bangga sekali, ketika naskah beberapa kata sudah dikirim. Kemudian disusul event menulis Flash Fiction, di grup Fiksimini. Semuanya kalah, tapi aku merasa menang, karena aku telah keluar dari zona aman. Berani melangkah.

Awal Juni 2019, melalui perantara sahabatku aku mulai mengenal dunia perkaskusan. Jangan ditanya rasanya, bingung. Sebulan buat daftar kreator aja belum tau caranya. Diajaklah oleh sahabatku masuk ke dalam sebuah komunitas, BBB. Deg-degan pasti, takut, jelas. Aku yang bermodalkan tusuk gigi berani-beraninya maju ke arena. Pengenalan tanda baca aja, masih bingung. Satu yang pasti, tekadku sudah bulat, niat ingin belajar dan mengenal literasi lebih dalam.

Awal ngaskus salah masuk forum sampai 3 kali. Berasa bodoh, pasti, sampai sekarangpun aku tetap merasa bodoh. Tiap hari diberi motivasi untuk berani menulis, satu kata yang tertanam sampai detik ini adalah "Lupakan semua aturan, mulailah menulis." Mulai belajar dari awal lagi, tetap dalam senyap. Tiap mau posting panas dingin rasanya. Untuk meminimalisir kesalahan, selesai membuat thread aku sempatkan bertanya paling tidak 3 orang anggota grub BBB. Sambutan mereka luar biasa, hangat. Aku masih ingat dengan semua nama-nama orang yang pernah ku-japri. Mereka mentorku, guruku. Setelah diposting dan ada yang baca tulisan kita itu, rasanya sesuatu banget. Senang pastinya, akhirnya aku bisa menulis dan ada yang sudi membaca tulisanku.

Meskipun aku masih menjadi SR sejati. Tiap hari kuamati tiap obrolan mereka, seru, lucu, hangat. Pelan-pelan mulai berusaha mengakrabkan diri.


Berjalannya waktu, aku mulai merasa nyaman dengan sahabat-sahabat baruku. Meskipun tidak pernah bertemu di dunia nyata, tapi terjalin ikatan yang amat kuat di antara kami. Obrolan penuh canda tawa, kadang saling meledek satu sama lain, belum lagi perang argumen, hangatnya.

Hari ini aku masih mampu menulis, meskipun masih tulisan gaje bin receh semua berkat kalian sahabatku. Orang yang selalu mendorong jika aku sudah terlalu lelah untuk melangkah, selalu memberi semangat di kala aku kehilangan harapan. Maafkan jika aku tanpa sengaja menyakiti kalian. Aku memang egois, keras kepala, dan tidak tau aturan. Mungkin di mataku sudah tepat apa yang kulakukan, tapi salah di mata kalian. Percayalah, hatiku sudah tertahan pada kalian. Satu pintaku, jangan pernah membenciku. Karena kalian semua adalah anugrah dalam hidupku. Sukses terus, pantang menyerah, dan terus melangkah.



Sumber gambar : Google