maknakalaAvatar border
TS
maknakala
INDUSTRI SEX JEPANG VS INDUSTRI PENCITRAAN INDONESIA.

Salam Teman Kala!! 

Seperti yang kita tahu, Jepang dikenal sebagai salah satu negara yang berani untuk memproduksi adult video (AV). Bisa dibilang, mereka cukup terbuka tentang masalah seks. Malahan, industri film dewasa dilegalkan atau diperbolehkan oleh pemerintah.

Kayaknya, budaya negeri sakura yang satu ini dilatarbelakangi oleh agama nenek moyang masyarakat Jepang, yaitu Shintoism. Ajaran agama itu tak mengenal adanya dosa murni. Oleh karenanya, seks bagi agama tersebut dianggap sebagai bentuk "panggilan alam". Selama tak menyakiti sesama manusia, maka bukanlah dosa.

Kemudian, sebagaimana yang diatur dalam "Law Regulating Adult Entertainment Business", pemerintah Jepang secara legal formal mengizinkan jenis industri tersebut. Dengan catatan, tidak ada paksaan terhadap aktor dan bagian alat kelamin para pemainnya wajib untuk disensor.

Lucu enggak, sih? Padahal film porno itu tujuannya untuk melampiaskan nafsu birahi. Buat apa juga dibikin kalau ujung-ujungnya kena sensor? Apa kalian pernah bertanya-tanya soal ini?

Rupanya, penyensoran tersebut merupakan peraturan yang sudah ditetapkan oleh lembaga Nihon Ethics of Video Association (NEVA). Lembaga ini telah berdiri sejak 1972 dan bertugas menyensor bagian-bagian sensitif, supaya film-nya halal untuk dinikmati publik. Konon, alat vital yang disensor juga dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap nilai-nilai moral leluhur mereka. 

Jepang enggak main-main dalam menegakkan peraturan ini, yang melanggar bakal dikenakan denda miliaran rupiah. Meski begitu, tetap saja ada oknum yang "lolos" dari mata pemerintah. Seperti kelompok mafia yakuza, mereka berani mengedarkan film porno tanpa sensor. Alhasil, tindakan mereka pun dianggap ilegal.

Film dewasa di Jepang bukan sesuatu yang baru. Sejak zaman Edo (1603-1886), sudah ada beragam lukisan erotis nan seksual. Paling terkenal adalah karya lukisan milik seniman Katsushika Hokusai yang disebut sebagai "Naughty Tentacles".

Sekitar pada tahun 1960, barulah muncul industri film dewasa, seperti studio Nikkatsu, Toei, Shochiku, Toho, dan Daiei. Di zaman itu, film yang beredar lebih berfokus pada cerita drama saja. Adegan "nakal"-nya juga masih sedikit, belum muasin!

Ketika film porno asal Amerika beredar di tahun 1971, barulah Jepang mulai mengembangkan film dewasa-nya secara serius, dengan menambah porsi khusus pada bagian telanjang dan adegan seks. Film dewasa berjudul "Roman Porno" dan "Apartment Wife" rilisan studio Nikkatsu pun berhasil menggaet masyarakat.

Begitulah awal mula perkembangan film dewasa di Jepang. Sekarang ini, setiap studio berlomba-lomba menciptakan film menarik yang dapat membuat para penontonnya merasa bergairah, sekaligus untuk memuaskan fantasi mereka.

Supaya film-nya enak buat ditonton, pengrekrutan pemain wanita dalam industri ini juga enggak asal-asalan. Kalian salah besar kalau mengira semua aktris JAV itu perempuan "bandel" berpendidikan rendah. Nyatanya, enggak seperti itu. Ada pula sebagian aktris yang memililki sertifikat bangku kuliah.

Industri ini enggak cuma membutuhkan cewek bening dengan body aduhai aja, masbro. Tapi, juga cewek yang pintar. Menurut situs Time Out Tokyo, orang Jepang menyukai posisi seks dengan gaya doggy style dan cowgirl, alias wanita duduk di atas pria yang berbaring.

Nah, disinilah "otak" para aktris akan berperan. Minimal mereka paham atau memiliki pengetahuan dasar tentang cara ber-foreplay yang benar, dan juga cara menerapkan gerakan-gerakan bercinta tanpa merasakan sakit. Selain itu, pemeran wanita harus dapat memahami isi naskah, cara mengekspresikan mimik wajah, dan lain-lain. 

Kalau ditelusuri lebih dalam, pekerjaan seorang pornstar ternyata tidaklah mudah, meski penghasilan yang didapat cukup besar, sekitar 35 juta rupiah untuk sekali rekaman. Di sisi lain, mereka mendapat resiko "ditolak", dianggap rendah oleh kerabat ataupun masyarakat, dan itu bisa mempengaruhi mental. Belum lagi konsekuensi pelecehan dari pihak lain, serta penyakit seks menular.

Industri seks di Jepang bukan hanya dari video dewasa saja, malah sangat meluas! Biasanya mereka juga memanfaatkan media lain, seperti memproduksi anime dan komik dengan genre hentai, alias genre yang menjurus ke pornografi. Bedanya, kalau di JAV kita bisa melihat orang asli, manusia nyata, ada aktor-nya di sana. Sementara dalam anime atau komik, hanya perwujudan dari karakter fiksi yang digambar oleh manusia. Isinya tetap sama, menayangkan adegan bersetubuh.

Eroge alias erotic game, yaitu permainan yang berisi konten dewasa juga cukup laris di Jepang. Pada 2013, dalam ajang Oculus Rift Game Jam yang diselenggarakan di Tokyo, masyarakat Jepang sempat mencoba video game yang menampilkan adegan erotis berbasis virtual reality.

Permainan ini membutuhkan perangkat khusus seperti alat berbentuk headset bernama Oculus Rift, dan alat pengendali Novint Falcon. Nantinya pemain dipasangi alat Oculus Rift, saat game-nya diaktifkan pemain akan melihat rekaman video di mana seorang karakter perempuan sedang melakukan gerakan erotis kepadanya. Nah, sementara alat bernama Novint Falcon berfungsi sebagai teknologi yang dapat memicu sensasi pada tubuh penggunanya. Permainan ini juga disebut sebagai "VR Tenga".

Oh iya, apa kalian tahu budaya modern gravure? Budaya ini juga dijadikan bisnis hiburan, lho. Para artis wanita yang berkutat dalam industri tersebut akan menjadi fotomodel untuk pakaian minim yang imut namun seksi, seperti bikini. Hasil fotonya nanti akan dicetak ke dalam majalah dewasa atau dibuat menjadi photobook.

Tak hanya itu, Orient Industry, sebuah perusahaan asal Jepang, mampu memproduksi boneka seks yang berpenampilan persis seperti manusia. Boneka perempuan itupun dilengkapi baju seksi dan dibuat dari silikon berkualitas tinggi. Satu boneka dapat dijual dengan harga sekitar 17 juta rupiah. Boneka itu juga laris manis dikalangan lelaki Jepang. Bahkan, negeri sakura ini pun punya tempat rekreasi untuk turis dewasa, yaitu museum seks yang dikhususkan buat memajang banyak koleksi nyentrik nan vulgar. Aneh-aneh aja, ya.

Jepang memang sangat unik. Seks, kegiatan yang biasa dianggap sebagai bentuk "maksiat" oleh orang secara umum, justru dijadikan sebagai ladang penghasilan oleh masyarakat di negara ini. Jepang berdiri menjadi negara yang berdiri dengan sebuah IDentitas yang jelas. Jepang sebagai jepang! Bagaimana dengan kita?  

Berbanding terbalik dengan Jepang, masyarakat kita justru tertutup dengan topik mengenai seks. Padahal, di sisi lain katanya “bokep” itu adalah alat pemersatu bangsa. Sebenarnya, di situs tertentu ada pula video dewasa buatan orang Indonesia, yang dibuat secara diam-diam. Sayangnya, enggak pernah ada data jelas berapa penghasilan yang diraup oleh para pemainnya.

Meskipun Jepang melegalkan bisnis esek-esek, nyatanya sebagian besar penduduk di sana justru kehilangan minat pada seks. Sementara di Indonesia? Kebalikannya bukan? Dinegara kita yang mencitrakan diri sebagai bangsa yang Bersih dari Bisnis lendir, malah negara kita memiliki kejahatan pada Perempuan cukup tinggi, ditambah lagi dengan jumlah hubungan diluar nikah yang berdampak pada kehamilan…
Jadi bagaimana? Gimana kalo kita mulai meniru jepang, kayaknya asik tuh…


irma.kawaiAvatar border
gitasputriAvatar border
lina.whAvatar border
lina.wh dan 2 lainnya memberi reputasi
3
2.6K
31
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Lifestyle
Lifestyle
icon
10.4KThread10.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.