Mengasuh anak merupakan kewajiban bagi semua orang tua. Dalam prosesnya, tiap orang tua pasti memiliki cara dan gaya yang berbeda. Meski begitu, di setiap langkah mengasuh memiliki pengaruh kuat pada proses perkembangan karakter anak di masa mendatang.

Tak menutup kemungkinan pula bila anak yang dibesarkan dan dididik dengan pola tertentu akan tumbuh dengan karakter yang berbeda. Terlepas dari itu, para peneliti telah menemukan bahwa ada kaitan antara pola gaya asuh anak terhadap perilakunya saat menginjak usia dewasa.

Psikolog klinis asal Amerika Serikat, Diana Baumrind, melakukan sebuah penelitian terhadap 100 anak dengan tujuan untuk mengidentifikasi sejumlah dimensi penting terkait pola asuh orang tua pada anak.

Dari penelitian ini, Baumrind menemukan beberapa dimensi dan menjelaskan bahwa tiap orang tua menggunakan salah satu dari antaranya.

Penelitian lebih lanjut pun dilakukan oleh Eleanor Maccoby dan John Martin yang menemukan empat jenis pola asuh anak yang diterapkan orang tua. Mengutip Very Well Mind dari CNNIndonesia.com, berikut empat pola asuh anak utama.

1.      Pola asuh otoriter

Orang tua yang menerapkan pola asuh ini memiliki harapan tinggi pada anaknya untuk mengikuti segala aturan ketat yang dibuat. Bila anak tidak mampu mematuhi aturan, anak harus siap menerima hukuman.

Dengan pola asuh ini, para orang tua berharap anak mereka untuk selalu berperilaku baik dan tidak membuat kesalahan. Namun tak jarang anak diberikan arahan tentang apa yang harus mereka lakukan dan hindari di masa depan.

Baumrind mengutarakan bahwa orang tua otoriter adalah mereka yang berorientasi pada kepatuhan dan status, serta berharap penuh bahwa perintah mereka dipatuhi tanpa penjelasan yang kuat.

2.      Pola asuh otoritatif

Mirip dengan orang tua otoriter, mereka yang menerapkan pola asuh ini juga menetapkan bermacam aturan dan pedoman yang harus dijalankan sang anak. Hanya saja, pola asuh bisa 
dikatakan jauh lebih demokratis. Pola asuh ini juga kerap dikenal dengan pola asuh demokratis.

Orang tua demokratis akan selalu responsif terhadap anak-anak mereka, serta siap untuk mendengarkan segala pertanyaan. Meski berharap banyak pada anak, orang tua demokratis tetap memberikan interaksi hangat, umpan balik, serta dukungan penuh yang penting bagi moral anak.

Saat anak tak berhasil mencapai ekspektasi, orang tua yang menerapkan pola asuh ini akan lebih memaafkan dan tetap mendukung alih-alih marah dan memberikan hukuman.

3.      Pola asuh permisif

Pola permisif merupakan pola asuh terakhir yang ditemukan Baumrind. Orang tua dengan jenis pola asuh ini cenderung lebih sabar dan tidak memiliki harapan tinggi pada anak mereka.

Menurut Baumrind, orang tua permisif justru lebih responsif, modern, serta terbuka pada cara pikir anak mereka.

Lebih berorientasi pada komunikasi, orang tua permisif juga kerap memasang ‘status’ teman atau sahabat bagi anak-anak mereka ketimbang orang tua.

4.      Pola asuh lalai

Pola asuh ini merupakan pola asuh terakhir yang ditambahkan Maccoby dan Martin ke dalam tiga pola asuh utama sebelumnya. Orang tua dengan gaya asuh ini acap kali kurang responsif, kurang interaksi, dan tidak berharap tinggi pada anak.

Walau orang tua dengan pola asuh ini tetap memenuhi sejumlah kebutuhan dasar anak mereka, namun mereka biasanya ‘melepaskan diri’ dari kehidupan anak secara umum.

Mereka masih memastikan bahwa sang anak mendapatkan asupan makan dan minum yang baik, pulang ke rumah dengan aman, namun kurang dalam hal dukungan moral seperti aturan, bimbingan, arahan, dan lainnya.