Industri musik punya banyak hal yang bisa dikulik untuk diobrolin di forum kita tercinta ini. Mulai dari hal personil band, gosip musisi, album terbaru, proses produksi video klip musik, hingga masalah marketing dan distribusi yang tak kalah seksi untuk dikupas. Kecanggihan dan kemajuan digital bisa dibilang tak seluruhnya membuat pelaku musik itu hepi, pasalnya apabila band/musisi tersebut tidak dapat beradaptasi dengan perubahan jaman, maka besar kemungkinan band tersebut akan sedikit kesulitan untuk bersaing dengan band lain ataupun pendatang baru. Hari ini, khusus edisi kali ini akan membahas tentang Endank Soekamti, band indieyang berasal dari 'Kota Gudeg'. 

Ditengah kabar industri musik yang sedang sedikit redup, kabarnya band asal Yogyakarta ini malahan memetik kesuksesan. Nah, sisi ini rasanya menarik nih untuk dikulik dan jadi obrolan yang asik. Dari beberapa sumber yang ane baca, ada beberapa langkah yang dilakukan oleh Erix cs hingga kesuksesan pun bisa mereka genggam. 

Satu dasawarsa yang lalu (ketika ts masih jadi anak band), bisa masuk ke salah satu label rekaman adalah sebuah mimpi yang susah banget untuk dicapai. Selain persaingan yang ketat, belum lagi group band harus mengikuti dengan kemauan dari label tersebut. Bertentangan dengan ane sendiri, pada tahun 2011 Endang Soekamti memutuskan untuk keluar dari label yang menaunginya. Mereka lebih memilih jalan mandiri dengan mendirikan label bernama Euforia Record yang meladeni kebutuhan audio dan visual. 

Bagi para generasi lama, masih kebayang kah di tahun awal 2005 atau 2006 dengan kemunculan media sosial? dimana jadi masa awal kita mengenal dunia berinteraksi dengan orang lain di jagadraya maya guna menjalin hubungan kekerabatan ataupun pertemenan. Hal itu pun juga dilakukan oleh Endank Soekamti yang juga menerapkan strategi digital dengan memanfaatkan media sosial sebagai salah satu channel untuk marketing dan distribusi konten promosi. Tak sekedar promosi, namun media sosial juga menjadi channel untuk optmisasi untuk menggaungkan karya Erix cs. Beberapa channel seperti Instagram, YouTube, Instagram, Twitter, dan website jadi channel untuk distribusi konten yang berhubungan dengan karya mereka buat.

Ketika sebuah band tergabung dalam sebuah label pasti segala sesuatunya akan diurus oleh tim label itu sendiri, mulai dari recording, editing/mastering, hingga dengan proses penjualan album. Ditengah gempuran dunia digital yang begitu pesat, dan terpuruknya penjualan fisik dari musik, Endank Soekamti seakan tak mati cara dalam memasarkan karya yang mereka buat. Beberapa terobosan pun mereka lakukan, diantaranya adalah dalam hal promosi ataupun penjualan. Sebagai contoh nih gan, pada album '8' milik endank Soekamti, mereka membuat web series dalam bentuk visual (video) yang dipublish melalui channel YouTube. Web series tersebut merupakan dokumentasi dari proses pembuatan album tersebut. Kalau dalam ilmu marketing, secara stage ini udah dapaet banget! Dimana audience sudah mendapatkan perhatian dari konten tersebut. Meskipun dalam funnel-nya masih dalam TOFU (Top Of Funnel). Selain awareness, engagement dari para audience pun secara terbentuk hingga share of voiceataupun pembicaraan tentang Endank Soekamti pun akan ikut naik.