Di beberapa daerah di Indonesia memang masih sarat dengan hal-hal mistis. Sesuatu yang dianggap aneh selalu dihubung-hubungkan dengan hal gaib. Mereka yang tidak berani terang-terangan mengakui kebenaran cerita tersebut, mereka akan mengetakannya sebagai mitos. Dan tentang mitos tersebut ada yang percaya ada juga yang tidak. Ada yang menggangapnya hanya sebuah cerita hayal, tapi tidak sedikit yang menganggapnya sebagai cerita nyata dan harus diwaspadai.

Di daerah gw ada cerita yang sejak dulu hingga sekarang masih dipercaya, yaitu tentang beberapa binatang yang menjadi piaraan bangsa jin. Binatang-binatang tersebut antara lain burung punai, tikus dan babi hutan.

Burung punai memang bisa dikatakan aneh. Dia hidup bergerombol. Mereka hidup di hutan. Jika pergi pagi mencari makanan, meskipun ke tempat yang cukup jauh, pada waktu menjelang senja mereka kembali ke sarangnya hanya melewati jalan yang sama. Hari pertama mereka melintas di jalur itu, besoknya pun akan kembali melintas di jalur yang sama.  Begitu seterusnya hingga mereka berpindah sarang atau jalur yang dilewati diganggu.

Gw pernah beberapa kali ikut menjaring burung punai bersama saudara. Waktu itu gw tidak mengerti.Gw ikut saja. Jaring khusus burung punai sepanjang lima puluh meter dipasang setinggi enam meter. Setelah itu kami menunggu. Menjelang maghrib datang segerombolan burung punai terbang melintas. Biasanya serombongan bisa lebih dari tiga puluh ekor, dan yang masuk jaring kadang lebih dari sepuluh ekor. Burung-burung yang terjebak jaring harus buru-buru dilepaskan, sebab rombongan berikutnya akan datang lagi. Mungkin rombongan itu mencari makan di tempat yang berbeda, tapi pulang tetap di jalur yang sama. Jika tidak ada kesalahan, burung yang didapat sekali memasang jaring bisa lebih seratus ekor.

Burung punai tidur di dahan-dahan pohon. Dahan pohon yang dipilih pun tidak terlalu tinggi. Sangat mudah menangkapnya pada malam hari. Tapi tidak banyak orang yang mau menangkapnya pada malam hari. Sebab berkembang mitos, burung punai ada yang pelihara, kalau menangkap punai malam-malam pasti ada yang mengikuti. Mungkin mitos itu benar, mungkin juga tidak. Nyatanya masih banyak yang tidak berani memburu punai pada malam hari.

Tikus terdiri dari berbagai macam jenis dan ukuran. Ada tikus yang dipelihara. Ada juga tikus liar yang hidup di dalam rumah, di jalan, dan ada juga yang hanya hidup di sekitar persawahan. Dan gw hanya mau cerita tentang tikus yang ada disekitar sawah. Gw pernah saksikan sendiri. Waktu itu gw sedang berkunjung ke rumah teman di pingiran kota, di kampung. Gw merasa heran dengan apa yang terjadi. Sawah milik seorang petani yang tak jauh dari rumah gw tersebut hampir separoh rusak. Mungkin sekitar 2 borongan, atau sekitar 15 meter x 30 meter. Kata teman gw pemilik sawah tersebut meracun tikus di sekitar sawahnya.  Banyak tikus yang mati.  Dua hari kemudian, dalam waktu hanya semalaman sawahnya rusak diserang tikus. Jumlah yang dirusak puluhan kali dari jumlah yang di rusak tikus sebelumnya.

Kata teman gw bagi petani meracun tikus merupakan pantangan.Tikus ada yang pelihara. Pada saat tikus diracun, maka yang peliharaakan gerakan semua tikus-tikus yang ada di sekitar untuk menyerang sawah milik petani yang meracuni tikus. Anehnya, sawah yang dirusak hanya milik petani yang memasang racun. Sawah di dekatnya aman-aman saja.

Ada lagi yang namanya tikus agas. Tikus ini tubuhnya sangat kecil, lebih kecil dari telor ayam kampung. Ekornya juga panjang. Tikus ini entah datangnya dari mana. Jika tikus ini datang, jumlahnya bisa ribuan. Sawah setengah hektar bisa ludes hanya dalam waktu satu malam. Seorang kakek yang sehari-harinya bertani, tidur dipondok dekat sawah cerita. Tikus agas, kalau datang, tidak ada yang bisa menghalau. Dia datang hanya pada malam hari. Dia seperti datang dari langit. Dan siang hari hilang.

Babi hutan juga termasuk binatang perusak tanaman. Di daerah Tanah Bumbu kebanyakan persawahan berada jauh dari perkampungan. Sekitar persawahan masih hutan. Setelah panen para petani biasanya memanfaatkan tanahnya untuk ditanami tanaman ringan. Jagung, semangka, kacang, terong dan lain-lain. Petani yang punya modal akan memagari kebunnya dengan jaring. Hal ini dimaksudkan agar binatang, khususnya babi hutan tidak masuk dan merusak tanaman. Tapi bagi yang tidak punya modal perkebunannya dibiarkan terbuka. Mereka hanya pasrah.

Anehnya, kebun yang dipagari jaring tidak menjamin tanamanya tidak dimasuki babi hutan. Begitu pula kebun yang dibiarkan terbuka tanpa pagar tidak mesti dimasuki dan dirusak babi hutan. Ada mitos yang berkembang. Selama perkebunan itu tidak ada yang menegur, mengomentari, maka tanaman itu akan aman dari gangguan babi hutan. Misalnya ada yang berkomentar, "Udah dipagar, babi hutan gak bakalan bisa masuk."  Atau, "Biar dipagar beton, babi hutan kalau mau dia bisa masuk kapan saja." Setelah itu, malamnya tanaman yang ada di dalam pagar itu pun biasanya langsung diobrak-abrik babi hutan. Komentar-komentar itu seolah menjadi semacam undangan bagi babi hutan. Ini memang aneh. Tapi cerita ini dipercaya oleh masyarakat sekitar. Dan mereka sangat menjaga mulut mereka untuk tidak memberikan komentar apa-apa terhadap kebun milik warga lain.

Juga ada yang mengatakan kalau babi hutan ada yang menunggangi, seorang kakek tua. Dia lah yang mengarahkan babi hutan tunggangannya untuk mencari perkebunan yang dikomentari. Dia juga yang membantu babi hutan masuk melewati pagar jaring.