KataMasHaryoAvatar border
TS
KataMasHaryo
La Furia Roja Tinggal Kenangan

Foto: AFP

Gagah di kualifikasi, tapi melempem di pentas sesungguhnya. Inilah gambaran Spanyol dalam mayoritas keikutsertaan mereka di ajang sepak bola akbar sekelas Piala Dunia atau Piala Eropa. Setelah selama lebih dari empat dekade sejak titel Euro 1964, selalu menjadi sekadar kontestan, sebutan La Furia Roja akhirnya selaras dengan penampilan Spanyol yang mampu menguasai Eropa dan dunia dalam rentang 2008 hingga 2012.

Furia memiliki arti murka. Semantara itu, La Roja bermakna Si Merah. So, La Furia Roja bisa disebut sebagai Si Merah yang sedabg murka. Pada musim panas 2008, 2010, dan 2012, amarah El Matador, julukan lain mereka, memang meledak dan meluluhlantakkan semua lawan yang coba menghadang. Diawali Si Perkasa Jerman di final Euro 2008, disusul Si Atraktif Belanda di PD 2010, lalu Si Flamboyan Italia di Euro 2012.

Dalam periode tersebut, tak ada satupun kesebelasan yang mampu menghentikan laju Spanyol. Peralihan pelatih dari mendiang Luis Aragones ke Vicente del Bosque terbukti tak lantas menurunkan kualitas. Dengan sedikit mengubah formasi akibat pembaruan komposisi skuat, Del Bosque malah sukses meneruskan pencapaian Aragones di 2008, dengan menyabet sepasang titel beruntun berikutnya.

Pada masa itu, tiki-taka sedang jaya-jayanya. Legiun Barcelona, yang menjadi tulang punggung Spanyol kala itu, memastikan dominasi penguasaan bola berupa permainan dengan operan tanpa henti, bisa terus dipertahankan. Pada momen tersebut, Spanyol mampu membuktikan bahwa siklus sukses maksimal tiga tahun, sanggup mereka lewati. Pada Piala Konfederasi 2013, di mana Spanyol sampai ke final, genap lima tahun La Furia Roja meraja di muka bumi.

Well, pada titik itu pula, kekalahan dari Brasil menjadi awal dari pudarnya kemilau Xavi Hernandez dkk. Ajang PD 2014 di Brasil berakhir tragis di fase grup. Sementara itu, Euro 2016 di Prancis dan PD 2018 di Rusia, sama-sama berujung dengan kekalahan di babak 16 Besar. Ingat, di ketiga arena tersebut, publik masih menjagokan Spanyol untuk merebut titel kampiun.

Ya, Spanyol seperti kembali ke predikat awal. Jagoan di kualifikasi, dilabeli tim unggulan, tapi menutup turnamen dengan tangan hampa. Karena itu, tak mengherankan apabila pada gelaran Euro 2020, delapan bulan ke depan, Spanyol diprediksi akan sebatas menjadi peserta. Laju kencang di kualifikasi Grup F, enam kali menang dan sekali imbang dari tujuh laga, seolah justru mengisyaratkan dominasi semu masa lampau.

Masalah Spanyol saat ini begitu nyata. Selain hilangnya tiki-taka tanpa bekas seiring pensiunnya Xavi, Andres Iniesta, dan David Silva, ketiadaan penggedor sekaliber David Villa dan Fernando Torres, serta minimnya bek supertangguh semisal Carles Puyol dan Gerard Pique, semakin memperumit situasi. Pendek kata, setiap pos Spanyol tak lagi dihuni pemain berlabel tiga terbaik di dunia.

Meski masih ada beberapa nama tersisa dari skuat legendaris seperti Sergio Ramos, Jordi Alba, dan Sergio Busquets, tapi ketiganya tampak mulai termakan usia. Ramos kini kalah hebat dari Virgil van Dijk, Alba mulai banyak yang menyaingi, dan Busquets akhirnya mulai sering kehilangan bola. Di posisi lain, David de Gea bukanlah kiper tertangguh, layaknya Iker Casillas pada masa jayanya. Alvaro Morata, Diego Costa, hingga Rodrigo Moreno, pun masih terpisahkan jurang lebar untuk menyamai kualitas Villa-Torres.

Partai kualifikasi teranyar kontra Norwegia (1-1), memperlihatkan 11 pemain asal klub berbeda dalam starting XI. Anda bisa menilainya sebagai variasi baru bikinan pelatih Robert Moreno. Namun, saya lebih melihatnya sebagai ketiadaan struktur kokoh yang sudah teruji dan biasa diadopsi dari level klub. Privilise seperti pandangan kedua jelas tak lagi dimiliki Spanyol. Tak ada lagi klub dominan dalam urusan menyumbang pemain.

Dalam delapan bulan ke depan, tampaknya Moreno belum bisa berbuat banyak. Memang, masih ada sejumlah nama pemain cedera yang belum bisa dipanggil tapi akan siap berlaga di musim panas macam Marco Asensio atau Isco. Hanya, selama masih sulit mencari tandem ajeg buat Ramos, penyokong paten bagi Busquets, serta striker tajam nan konsisten bak Villa, bukanlah pasukan Moreno yang dituntut ekstra. Namun, ada baiknya fan Spanyol mulai menurunkan ekspektasi mereka.
Diubah oleh KASKUS.KAPTEN 14-10-2019 09:01
joidmceAvatar border
KaptenKucingAvatar border
kumaniaksAvatar border
kumaniaks dan 10 lainnya memberi reputasi
11
7.5K
54
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sports
Sports
icon
22.9KThread10.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.