Assalamualaikum wr.wb/Salam sejahtera untuk kita semua
Sustainable Living atau Green Lifestyle atau Gaya Hidup Ramah Lingkungan adalah trend dikalangan masyarakat untuk berperilaku ramah terhadap lingkungan.Perilaku ini muncul secara global bersamaan dengan munculnya isu pemanasan global dan perubahan iklim.Saat ini,permasalahan lingkungan disekitar pemukiman masyarakat didominasi oleh keberadaan sampah plastik yang tidak terkendali.Oleh karena itu contoh perilaku ramah lingkungan yang paling gampang ditemui dimasyarakat adalah pengurangan penggunaan sampah plastik dan pemilahan jenis-jenis sampah lain.
Beberapa bulan lalu ane mencoba untuk menerapkan perilaku ramah lingkungan dalam kehidupan ane (walaupun akhirnya nyerah).Ane mencoba mengurangi produksi sampah plastik dengan menggunakan produk-produk reusable atau yang bisa dipakai berkali-kali.Selain itu ane mencoba untuk memilah-memilah produksi sampah dikosan dengan niat sampah plastik dijual kembali ditukang loak dan sampah organik bisa dijadikan kompos.
Namun seiring berjalannya waktu,ane merasa gaya hidup ramah lingkungan ini justru cukup mempersulit kehidupan ane.Akhirnya dengan berat hati ane memutuskan untuk menjalani kehidupan "normal" kembali dan tidak mengaplikasikan gaya hidup ramah lingkungan secara frontal.Beberapa alasan ane memutuskan untuk kembali hidup normal akan diinformasikan di thread ini.So Stay Tune Gais!!
Quote:
1.Tidak Meratanya Fasilitas Penunjang
Ketika kurang lebih satu setengah bulan ane menerapkan gaya hidup ramah lingkungan,sampah-sampah plastik mulai menumpuk di kamar kos.Akhirnya ane mulai mencari tukang loak/penadah yang mungkin mau menerima sampah ini,syukur-syukur mereka mau ngasih harga.Setelah beberapa hari mencari melalui teman,grup kelas,pesan broadcast,ane tidak juga menemukan tukang loak di sekitaran daerah kampus atau kosan.
Disini ane tidak goyah,akhirnya ane mencari tempat pembuangan sentral di kecamatan dengan harapan pemilahan sampah ane bisa membantu pekerjaan petugas disana.Singkat cerita ane bisa menemukan TPA kecamatan dan ternyata sampah yang terkumpul dari satu kecamatan hanya ditumpuk tanpa dipilah kembali untuk dibawa ke TPA tingkat kota.Dari sini lah ane mulai merasa kecewa,wilayah perantauan ane bisa dibilang termasuk perkotaan dan seharusnya punya pengelolaan sampah yang lebih mumpuni.
Coba bayangin kalo didaerah perkotaan yang aksesnya mudah saja pengelolaan sampahnya begini,gimana pengelolaan sampah plastik di desa terpencil yang minim akses?
Quote:
2.Minimnya Produk-Produk Alternatif
Dilain kesempatan pada waktu yang sama,ane sebagai mahasiswa di perantauan punya kebiasaan yaitu belanja bulanan seperti emak-emak.Pada momen inilah terjadi dilema antara mau idealis atau harus realistis.Ketika belanja di minimarket seperti Alfo & Ondi mart untuk keperluan bulanan ane mendapati produk-produk yang reusable ataupun yang dapat mengurangi konsumsi plastik itu harganya lebih mahal dibandingkan produk-produk sekali pakai.Hal ini tentu saja disebabkan oleh biaya produksi dari produk tersebut yang lebih mahal dibandingkan produk sekali pakai.
Berbanding terbalik dengan belanja di warung kelontong biasa,hampir semua produk keperluan harian dijual dengan harga murah.Bedanya adalah produk-produk diwarung didominasi atau bahkan semuanya merupakan produk sekali pakai.Mungkin andai ada sebuah toko atau warung yang khusus menjual produk-produk ramah lingkungan dengan harga terjangkaupasti ane akan samperin.
Quote:
3.Mental & Lingkungan Sosial
Dari dua permasalahan diatas akhirnya mental ane ngedrop untuk melanjutkan niat mulia ini.Apalagi saat ini kondisi ekonomi ane lagi kurang fit untuk membeli produk-produk ramah lingkungan.Selain itu dukungan moril dari lingkungan sosial pun hampir tidak ada.Ketika ane mencoba mengkampanyekan gaya hidup ini,justru temen-temen,tetangga ane malah melakukan tindakan yang berkebalikan.
Tindakan-tindakan ini yang membuat akhirnya niat ane luntur juga.Secara ga langsung menggunakan produk ramah lingkungan memang tidak lebih praktis dibandingkan produk sekali pakai.Di titik ini ane coba realistis,ane bukan orang yang sangat tepat waktu.Terkadang ane butuh sesuatu yang praktis dan siap digunakan kapan saja.
Tapi ane yakin,pasti beberapa dari kita pernah mengalami hal kaya gini.Dan akhirnya mungkin hanya sedikit yang bisa berhasil menerapkan gaya hidup ramah lingkungan di Indonesia
Tiga poin diatas hasil pengalaman ane sendiri dan menurut ane ini adalah problem-problem yang mendasar untuk bisa menerapkan perilaku ramah lingkungan dikehidupan sehari-sehari.Mungkin para kaskuser budiman yang punya pengalaman lebih manis daripada ane bisa ikut share juga.Sekian thread dari ane,mohon maaf kalo ada kesalahan TERIMAKASIH