"Keamanan akan menanggapi."
“Kau bisa pergi ke tempat yang aman?”
“Kalau begitu, Sayang, mungkin kau sebaiknya berpura-pura mati…”
Secuil mantra (barangkali) yang terngiang di benak setelah merampungkan novel remaja berjudul Afterworlds.
Ditulis oleh penulis berkebangsaan Amerika, bernama Scott Westerfeld. Ketika saya coba kepo tentang si penulis, ada beberapa karya yang sudah sukses sebelumnya, salah satunya novel yang berjudul Uglies tahun 2005, sebuah novel series yang berkelanjutan sampai tahun 2018 kemarin dengan judulnya yang terakhir adalah Impostors.

Afterworlds menceritakan tentang 2 tokoh utama perempuan yaitu Darcy dan Lizzie.
Darcy seorang penulis novel Afterworlds. Sedangkan Lizzie adalah tokoh remaja cewek yang diceritakan Darcy dalam novelnya. Jadi ini adalah NOVEL yang menceritakan novel. PENULIS (Scott) yang menceritakan penulis (Darcy), dan penulis (Darcy) menceritakan Lizzie.
Menariknya, kedua tokoh di atas (Darcy & Lizzie)diceritakan begitu rapi di dalam novel tulisan Pak Scott ini.
Keduanya diceritakan selang-seling di tiap bab-nya. Sehingga penggambaran karakter ini benar-benar mendalam dengan konflik yang berkembang. Tapi jangan khawatir kebingungan, meskipun ceritanya selang-seling, layout novelnya sudah diatur sedemikian rupa kok. Bab yang menceritakan Lizzie dibedakan dengan adanya garis hitam tebal pada bagian atas dan bawah halaman. Uniknya lagi, sewaktu novel ditutup dan dilihat dari samping, bukunya jadi mirip kue lapis legit dengan garis hitam putih berselang-seling. Tapi sayangnya tidak bisa dimakan.

Pepatah mengatakan “Jangan menilai buku dari sampulnya”, tapi tidak bisa dipungkiri kalau cover yang bagus selalu bisa menarik perhatian. Dan itu berlaku buat novel Afterworlds ini. Pada bagian sampul depan tertulis AFTERWORLDS, lalu di bawahnya ada tulisan Dunia Yang Lain. Dihiasi dengan gambar 2 gadis muda yang saling berhadapan, siapa lagi kalau bukan 2 tokoh utama kita. Lalu di bagian backgroundnya terdapat guratan-guratan berwarna-warni menyerupai makhluk dunia lain layaknya monster bermahkota. Yang pasti, dari desain covernya saja kita sudah bisa merasakan betapa bergejolaknya kisah yang diceritakan di tiap lembaran isinya.

Bicara tentang genre, novel ramaja ini tidak luput dari sentuhan fantasi yang eksotis. Ada unsur thrillernya juga. Dibumbui dengan kisah romansanya masing-masing tokoh di atas, menjadikan novel ini seolah-olah paket komplit bacaan anak muda yang hendak beranjak dewasa, dan memang betul ada kesan bucin-bucinnya juga sih.

Ada beberapa karakter yang mungkin disengaja atau tidak, porsinya tidak terlalu ditonjolkan. Padahal karakter-karakter tersebut sangat menarik untuk digali latar belakangnya. Barangkali menjadi pertimbangan penulis untuk dijadikan bahan di sekuelnya (harapannya sih memang ada sekuelnya).
Untuk karakter antagonisnya (sebenarnya lebih tepat karakter yang memicu konflik biar ceritanya jadi wow ya). Soalnya kalau dikatakan antagonis memang kurang greget. Lagipula tokoh ini juga seperti mendapat respect tersendiri dari Si Tokoh Utama, bahkan saling bekerja sama. Menarik banget kan. Pembentukan karakter antagonisnya juga tidak asal. Ada latar belakang yang logis di balik penokohannya. Meskipun pada akhir cerita bagi saya pribadi Si Antagonis ini tidak menimbulkan kengerian yang berarti. Semoga jika ada lanjutannya, kekacauan yang ditimbulkan lebih sadis lagi.

Untuk nilai moral yang bisa diambil dari novel ini salah satunya adalah tentang bagaimana kita memahami sesama (baik yang masih hidup dan yang sudah berpulang). Tentang bagaimana seharusnya hubungan antara anak dengan orang tua berjalan. Interaksi dengan sahabat, dan orang-orang baru yang datang. Dan yang pasti tentang bagaimana menyikapi sebuah takdir yang sebenarnya tidak bisa dihindari, yaitu Kematian.