Penampakan situs petirtaan era Majapahit di Sendang Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Jombang. (Foto : JombangTIMES)
Eksavasi terhadap temuan situs yang diduga bagian tempat suci masa Kerajaan Majapahit memasuki tahap kedua. Cakupan yang terlihat semakin meluas dan menampakkan sebuah petirtaan alias kolam yang disucikan oleh kerabat kerajaan.

Seperti dilansir dari Wowkeren.com (7/10/2019) Tim arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa timur terus menelusuri temuan situs petirtaan suci Majapahit.

Situs petirtaan suci Majapahit yang ditemukan di daerah Jombang diperkirakan runtuh dan tertimbun diakibatkan terjangan banjir lahar dingin di masa lalu. Bencana alam ini ditengarai menyebabkan keluarga kerajaan tewas tertimbun di dalam kolam bersama reruntuhan bangunan disekitarnya.

Situs ini berada di Dusun Sumberbeji, Desa Kesamben, Kecamatan Ngoro, Jombang masih terus dilakukan ekskavasi dengan menggalinya lagi untuk dapat menyingkap setiap bagian bangunanya.


Pada ekskavasi pertama, tim arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim berhasil menyingkap nyaris seluruh bagian petirtaan suci kerajaan Majapahit tersebut. Kini sudah terhampar kolam berbentuk persegi panjang dengan luas 20x17 meter persegi.

Kemudian proses ekskavasi tahap kedua yang dilakukan arkeolog BPCB Jatim tanggal 1-10 Oktober 2019, menemukan sejumlah temuan baru. Diarea petirtaan ditemukan bekas reruntuhan menara. Reruntuhan menara yang pertama ditemukan berada di sudut timur laut petirtaan dikedalaman sekitar 1 meter dari permukaan kolam.

Pada bagian bongkahan reruntuhan terdapat struktur menara berhiaskan relief mahluk Kala. Relief ini dalam mitologi Hindu sebagai pengusir roh jahat. Diperkirakan menara tersebut memiliki ketinggian mencapai 5 meteran.

"Kemungkinan ini menara bagian tengah petirtaan yang runtuh ke arah timur laut," kata Wicaksono tim arkeolog BPCB, dilansir Detikcom, Senin (7/10). "Menara ini menggambarkan monumen gunung meru yang digunakan mengaduk samudera untuk mencari amerta atau air suci." Lanjutnya.

Reruntuhan menara lainnya ditemukan di sudut barat daya petirtaan. Namun reruntuhan ini berukuran lebih kecil sehingga diduga menara ini dulunya sebagai pembatas tembok yang mengelilingi petirtaan. Reruntuhan dari struktur menara ini menimpa jaladwara atau pancuran air di dalam kolam.

Kemungkinan masih terdapat menara-menara lainnya yang terpendam didalam kolam.


Selain temuan menara dan tembok yang mengelilingi petirtaan suci, ditemukan pula potongan yang diduga bagian dari tempurung tengkorak manusia. Saat ditemukan posisinya berada dibalik reruntuhan menara dan berserakkan di 4 titik berbeda pada kedalaman 1 meter di dalam kolam.

"Ahli antropologi forensik dari Unair Surabaya telah mengambil sampel serpihan yang diduga tengkorak manusia itu untuk diteliti di laboratorium," terang Wicaksono. "Kemungkinannya dua, tempurung kepala manusia atau tempurung kelapa." Ujarnya.

Sebab serpihan diduga tengkorak itu ada yang berwarna putih tulang dan juga ada yang berwarna hitam.

Andai tengkorak itu tengkorak manusia, maka diperkirakan saat bencana banjir lahar dingin itu menerjang, diarea kolam sedang ada aktifitas ritual penyucian diri di petirtaan bernama Sumberbeji itu.

Diperkirakan ditemukan ada 4 manusia yang terkubur di dalam kolam untuk sementara ini. Perkiraan ini dipertegas dengan ditemukannya kendi dan celupak lengkap dengan getah pohon damar di dekat serpihan tengkorak tersebut. Celupak adalah alat penerangan pada masa Majapahit. Kendi dan celupak ini biasa dipakai ritual penyucian diri pada malam hari.

Berarti ada kemungkinan serpihan tengkorak itu bisa jadi salah satunya dari keluarga kerajaan Majapahit.**