firsaf05Avatar border
TS
firsaf05
Pesta Ulang Tahun Penghantar Maut
Ulang tahun, apa yang terlintas di pikiran tentang kata ini?

Bagiku, ulang tahun bukanlah sesuatu yang penting. Sejak kecil ayah dan ibu tak pernah membiasakan merayakan hari kelahiran.

Namun, bagi sebagian orang ... ulang tahun adalah momen yang teramat dinanti-nanti. Berbagai ritual dan pesta meriah akan diadakan demi perayaan hari spesial tersebut.

***
Aku baru saja tiba di parkiran kampus. Dari kejauhan terlihat Aufa, Salsa, Alvin, dan Genta --tengah duduk santai di bawah rindangnya pohon cemara. Keren, sepagi ini mereka sudah sampai.

Sebagai mahasiswa dan mahasiswi semester awal, semangat belajar kami memang sedang menggebu-gebu. Selalu berusaha datang lebih awal, tiga puluh sampai enam puluh menit sebelum jam perkuliahan dimulai.

Kukunci motor dengan keamanan ganda, lalu bergegas mendekati teman-teman yang tengah asik mengobrol. Samar-samar kudengar, mereka sedang membahas tentang pesta kejutan untuk ulang tahun Damar lusa nanti.

"Tumben rada siangan, Bro?" sapa Alvin padaku.

"Biasa, Vin ... macet," balasku.

Setelah memilih posisi duduk ternyaman, aku lantas mengeluarkan ponsel dari saku kemeja, melanjutkan aktivitas membaca komik online yang sempat tertunda semalam. Meski tak berminat ikut obrolan mereka, tetap saja aku menyimak dalam diam.

"Gimana menurut kamu, Bi? Bagus kan ide kita?" Tiba-tiba Salsa meminta pendapat.

Aku yang bingung harus menjawab apa, hanya bisa menganggukan kepala. Entahlah, perasaanku seolah melarang untuk menyetujui rencana mereka.

***
Hari yang dinanti pun tiba. Selepas jam perkuliahan, kami berkumpul di kantin kampus. Salsa dan Aufa menyiapkan kue tart, di atasnya bertuliskan ucapan 'HBD Damar' serta dihiasi lilin berangka 18.

Alvin tak mau kalah, ia pun sibuk mempersiapkan meja dan kursi. Di susunnya kursi mengelilingi meja, menjadi bentuk lingkaran tak sempurna.

"Woi, Abimanyu! Bengong aja, bantuin napa?" protes Alvin padaku.

"Semua udah beres kalian kerjain, apa lagi dong?" Kugaruk kepala yang tak gatal, pura-pura bingung.

Kenyataannya, aku memang sedang bingung. Sejak semalam, ada perasaan aneh yang tiba-tiba muncul. Cemas dan gelisah membaur, jantung seolah berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Gaes, nggak jadi di sini. Buruan pindah lokasi!" Genta mendadak muncul di hadapan, dengan napas naik-turun. Aku yakin dia baru saja berlarian, demi bisa memberi informasi pada kami.

"Apaan, sih? Ngomong yang jelas dong!" sahut Aufa, sembari menyodorkan air mineral pada lelaki berbadan gempal itu.

"Kita bikin kejutannya di kolam belakang kampus aja!" seru Genta lagi, dengan semangat 45.

"Tapi ...." Belum sempat aku mendebat ucapan Genta, ke empat anak manusia itu sudah melesat kabur. Membawa beberapa perlengkapan yang dibutuhkan. Akhirnya aku hanya bisa mengikuti mereka dari belakang.

Saat telah hampir sampai ke dekat lokasi kolam, hasrat ingin buang air kecil tiba-tiba saja muncul. Tentu saja tak bisa ditahan. Maka kuputuskan ke kamar mandi terlebih dahulu. Sialnya, antrean untuk masuk ke bilik pembuangan ternyata cukup panjang. Mau tak mau harus menunggu beberapa saat.

***
Kulangkahkan kaki sedikit tergesa, khawatir teman-teman menunggu terlalu lama.

"Tolong!"

Mendadak suara jeritan tertangkap telinga. Celakanya, itu adalah suara-suara yang sangat kukenal. Secepat kilat kuberlari menuju sumber suara.

"Allahuakbar!" teriakku ketika sampai di lokasi.

Tepat di hadapan, di tengah kolam, terlihat dua orang nyaris tenggelam. Tangan mereka menggapai-gapai ke udara. Suara air berkecipak menciptakan nada penghantar petaka. Sementara Salsa dan Aufa menangis sesegukkan di pinggiran kolam.

"Bi, Abi, cepet tolongin Damar sama Genta!" ucap mereka serentak, diiringi tangisan.

"Ya Allah ... kenapa bisa gini? Alvin mana?"

"Alvin lagi cari bantuan, dia nggak bisa berenang, kita juga nggak bisa. Dua gadis berhijab itu kembali terisak.

"Astagfirullah ... aku juga nggak bisa berenang," jawabku putus asa.

Tak sanggup rasanya menyaksikan ini, kutampar wajah sendiri. Sakit! Masih tak percaya. Lagi, kujambak kasar rambut sendiri. Nyeri! Ya, ini bukanlah mimpi.

Tubuh Damar dan Genta mulai menghilang dari pandangan. Seketika aku tergugu pilu. Merasa menjadi manusia paling tak berguna. Andai saja bisa kuhentikan detik waktu.

***
Satu jam berlalu, ke dua temanku belum juga diketahui di mana rimbanya. Selain beberapa penyelam handal diturunkan. Puluhan tim penyelamat juga ikut menyisir sekeliling kolam dengan perahu karet. Kolam yang cukup luas dan dalam, membuat pencarian membutuhkan waktu yang cukup lama.

Tepat pukul tiga sore tubuh Genta ditemukan, dalam kondisi sudah tak bernyawa.

Tak sanggup menerima kenyataan, Salsa jatuh pingsan. Aufa menangis bergulungan di tanah. Sementara aku dan Alvin, duduk termangu dengan rasa bersalah menghimpit dada. Menyesakkan.

Tentu saja kami masih berharap Damar selamat. Namun, takdir berkata lain. Pukul tiga lewat empat puluh, tim penyelamat berhasil menemukan jasadnya. Ya, Damar pun tiada. Menjemput maut di tengah perayaan hari ulang tahunnya.

Siapa yang menyangka, hari ulang tahun yang biasanya dirayakan dengan tawa bahagia, berubah menjadi hari berkabung yang tak mungkin terlupa.

Sesal pun tiada guna. Ketika suatu hal yang dianggap candaan belaka, justru berubah menjadi momentum penghilang nyawa.

Itulah mengapa, Allah tak menyukai perbuatan yang berlebih-lebihan lagi sia-sia.

_END_

Sumber Gambar: Pixabay.com







Diubah oleh firsaf05 10-10-2019 03:56
embunsuciAvatar border
cdrsl3Avatar border
081364246972Avatar border
081364246972 dan 5 lainnya memberi reputasi
4
1.6K
19
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.