noviepurwanti
TS
noviepurwanti
Santri be Happy
The Santri


Dokpri



Part 1

Oyik : Kehidupan di Balik Penjara Suci


Fyuuh ... Akhirnya sampai juga di pesantren. Badan terasa remuk, setelah semalaman tidur di atas matras tipis. Apesnyalagi posisi tidurku tepat di tengah. Tubuh setengah bohay ini jadi rebutan Nanda dan Aini. Mereka bergantian menitipkan tangan atau kaki di atas badan. Memang, sih, aku ini begitu empuk dan menggoda. Nggak ikhlas dijadikan guling gratisan. Enak saja! Tas ransel Nanda dan Aini aku pakai buat pembatas. Istirahatku aman sampai sepertiga malam datang.

Kami melakukan salat Tahajud berjamaah, disusul dengan salat sunnah yang lain. Tentu saja dengan bibir bergetar karena kedinginan. Napasku sampai mengeluarkan uap. Dasar Nanda iseng, dia menirukan gerakan orang merokok dan mengembuskan uap putih dari dalam mulutnya yang ... bau kentut monyet.

"Wuih, baunya ababmu, Nda." Aku menutup hidung sambil menggeplak punggung Nanda. Saat ini kami sedang antri ke kamar mandi setelah salat Subuh.

"Tahu nggak, Yik, napas ini yang bikin lelaki klepek-klepek."

"Iya, semaput."

"Huu." Lagi-lagi Nanda meniupkan napasnya.

Aku nggak mau kalah. Segera kuhirup udara sebanyak-banyaknya lalu kutiupkan ke wajahnya Nanda sekuat tenaga.

"Huuu ... haaa ...!"

Tak disangka, Nanda langsung sempoyongan keluar dari barisan.

"Nda, kamu kenapa?"Aini memegang lengan Nanda yang seperti gadis teler.

"Bau bangke Dino ampuun! Berapa hari kamu nggak gosok gigi, Yik!"

"Baru dua hari, Nda."

"Kempros!"

Nanda menutup hidungnya dan kembali ke barisan. Dia nggak menggangguku lagi. Amaan.

Stt ... Sebenarnya aku rajin gosok gigi minimal dua kali sehari. Sayangnya ada dua gigi geraham yang busuk dan bolong. Setiap bangun tidur sebelum membersihkan gigi mengeluarkan bau yang aaah ... nggak bisa dijabarkan lewat kata-kata.

Kamu nggak akan tahu baunya, kecuali yang punya gigi berlubang seperti aku. Hihi.

Ehem, lanjut.

Jadi badanku sangat capek, Kawan. Sepertinya aku butuh pijitan manja nanti malam supaya peredaran darah lancar dan pegel-pegel menghilang. Jangan dikira pulang persami hati bahagia, yang ada tenaga keluar lagi untuk cuci baju kotor berlumpur yang dipakai saat kegiatan. Nanda si pemalas itu langsung nyawer aku pakai uang merah dua lembar. Tanpa persetujuan, dia meletakkan tumpukan pakaian kotor di atas bak cucianku.

"Dua lembar doang, kurang, Nda! Ini tulang udah lemes banget capek!" Aku mendengkus sambil kucek-kucek cantik.

"Noh kutambahin satu lagi." Nanda memasukkan satu lembar merah lagi ke dalam saku rokku.

"Nanti kamu jemur sendiri. Aku nggak mau tahu."

"Oye."

Nanda melenggang pergi sambil bersholawat. Aih, tuh anak. Mayanlah dapat tiga ratus ribu. Bisa buat ditabung. Kebetulan sebentar lagi Ibu mau ulang tahun. Aku mau belikan gamis baru buat Ibu.

Berdagang buku onlen itu hanya cukup buat membantu sedikit pengeluaran keluarga. Ibu pernah cerita kalau fee yang diberikan para penerbit buku rata-rata sepuluh ribu rupiah. Itupun Ibu harus menanggung ongkos kirim, packing buku sampai bensin buat antar buku ke kurir. Jadi penghasilan bersih Ibu perbuku cuma kisaran lima ribu doang. Sementara uang saku Nanda setiap hari minimal lima puluh ribu.

Ibu melakukan pekerjaannya dengan bahagia. Ia bersyukur kalau ada penerbit yang memberi hadiah buku gratis kalau berhasil menjualkan sampai jumlah tertentu. Sayangnya aku masih belum tertarik mbaca novelnya Ibu. Pernah aku iseng baca satu buku. Ceritanya tentang rumah tangga yang penuh derita berderai air mata. Yaelah, mana tahan. Nanti aku dewasa sebelum waktunya kalau baca novel begituan. ya, kan?

Tak terasa sudah dua belas purnama aku menjadi santri di Pondok Pesantren Khadijah ini. Semua itu gara-gara Nanda, si putri kaya pemalas. Awalnya aku mau meneruskan sekolah di SMA negeri dekat rumah, karena tergoda rayuannya, di sinilah aku berada. Dalam penjara suci bersama ratusan gadis-gadis sebaya.

Bersambung

šŸšŸšŸ

Alhamdulillah akhirnya bisa post cerbung tentang pesantren. Idenya muncul ketika suatu hari ane bersama komunitas literasi Wong Ayu mengisi acara workshop kepenulisan cerpen dan puisi di pesantren putri daerah Bangil, Jatim. Kehidupan para santri dalam pesantren ternyata jauh berbeda dengan yang selama ini kubayangkan.

Mereka seperti gadis belia pada umumnya ; gokil, ramah dan bersemangat.

Enjoy!
Diubah oleh noviepurwanti 29-12-2019 08:00
someshitnessmamaproduktifdisya1628
disya1628 dan 26 lainnya memberi reputasi
27
6.1K
67
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThreadā€¢40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
Ā© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.