• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Ditegur Mahluk Halus Karena Tidak Izin Saat Kencing Di Gunung Sumbing

mrdfssAvatar border
TS
mrdfss
Ditegur Mahluk Halus Karena Tidak Izin Saat Kencing Di Gunung Sumbing

Cerita ini berdasarkan pengalaman om ane pada tahun 2000an. Bila ada kesamaan dalam cerita ini itu hanya kebetulan saja.

------------------------------

"Eh aku kencing dulu ya Mad" Ucapku sambil berlari kecil kebelakang pohon. Mungkin karena terlalu banyak minum air putih sehingga sudah ingin kencing lagi. Padahal saat berangkat tadi aku sudah kencing banyak sekali.

"Permisi dulu dul, jangan asal kencing" Kata Ahmad dengan nada sedikit kencang.

"Yaelah masih aja percaya gituan Mad" Balasku.


dolanotomotif.com

Pendakian kali ini kami hanya bertiga. Hanya Aku, Ahmad dan Riki. Tadinya ada lima orang, hanya saja Zidan dan Reno tiba-tiba tidak bisa mgikuti pendakian ini. Kami berlima adalah teman satu jurusan di salah satu Universitas di Jawa Tengah. Ini merupakan pendakian kami ke tiga kalinya untuk Gunung Sumbing. Sebuah gunung yang memiliki ketinggian 3.371 Mdpl yang berada di daerah Jawa Tengah.

Namaku Abdul, lengkapnya Abdul Tariq. Hanya mahasiswa biasa-biasa yang senang menikmati alam bebas seperti hutan dan gunung. Dua temanku yang kali ini mendaki bersamaku bernama Ahmad Saefudin dan Riki Noval. Dari kami bertiga, Riki adalah orang yang paling menonjol di dunia perkuliahan dan organisasi. Entah apa yang membuatnya selalu ingin ikut organisasi yang ada di kampus kami. Sedangkan Ahmad adalah orang yang paling religius. Dialah yang selalu mengingatkan kami untuk beribadah tepat waktu dan beribadah di masjid. Pendakian seperti ini biasanya kami lakukan ketika libur semester genap karena waktu libur yang panjang, bisa sampai 3 bulan. Tujuannya agar setelah mendaki kami masih punya waktu banyak untuk beristirahat.

"Huh, sudah zaman semaju ini masih saja percaya hal-hal seperti itu, kapan mau majunya" Gumamku di dalam hati. Tubuhku bergetar pelan selayaknya orang buang air kecil. Aku memang orang yang mudah dehidrasi, sehingga aku perlu banyak minum air putih. Lagipula minum banyak air putih juga baik untuk kesehatan ginjalku. Sudah tiga kali aku mendaki gunung ini, rasanya berjalan dengan mata tertutuppun aku sudah bisa sampai kepuncak. Bukannya sombong, tapi entah kenapa aku mudah sekali menghafal jalur gunung ini.

Baru saja ingin menutup resleting celanaku, tiba-tiba seseorang berlari kencang melewatiku dan terus berlari ke belakang. Aku tidak bisa dengan jelas memperhatikan mukanya, namun dari pakaian yang dikenakannya seperti pakaian yang digunakan oleh Ahmad.

"Woi Mad jangan lari kesana! disana itu jurang" Teriakku begitu mengingat bahwa ada jurang berjarak 10 meter dari tempat aku kencing. Namun tampaknya teriakanku itu tidak membuat Ahmad berhenti. Dia terus berlari hingga aku tidak bisa lagi mendengar suara langkah kakinya. Cepat-cepat aku tarik resleting celana dan menyusul ke arah Ahmad berlari.

"Mad! Woi Mad! Jangan bercanda yang aneh-aneh. Udah mau gelap ini!" Teriakku sambil menyusuri rumput-rumput ilalang yang menutupi jalan. Namun tak ada balasan dari Ahmad. Tiba-tiba langkahku terhenti begitu mengetahui tepi jurang sudah ada di depanku. "Hampir saja aku mati" Gumamku dalam hati. Akupun memutuskan untuk berbalik ke tempat Riki untuk menceritakan hal tersebut.


ridwanderful.com

Namun ketika aku berbalik badan, ilalang yang semula hanya setinggi pinggang tiba-tiba menjadi setinggi tanaman tebu. Melebihi tinggiku yang sedang berjinjit. Aku sama sekali tidak percaya dengan apa yang kulihat, namun ketika ilalang itu kupegang semua terasa nyata. Bagaimana mungkin rumput-rumput itu bisa menjadi tinggi secepat itu.

Aku coba untuk tetap tenang. Aku susuri rumput ilalang itu dan kusibak rumput-rumput itu dengan kedua tanganku. Beberapa rumput ilalang itu berhasil menggores jari-jariku. Perih sekali rasanya, namun otakku memintaku untuk terus berjalan ke depan. Ditambah jantungku yang mulai berdebar cepat membuat diriku untuk menjauh dari tempat itu.

"Riki!" Teriakku untuk mengetahui lokasi dia sekarang. "Kau dimana?!" Lanjutku.

Namun bukan jawaban dari Riki yang kudapat, melainkan jawaban dari seekor anak ayam yang berciap-ciap tidak jauh dari sebelah kananku. "Ciap-ciap" Suara anak ayam itu bisa kudengar dengan jelas dan terdengar semakin kencang. Seolah-olah anak ayam itu berjalan ke arahku.


kobayogas.com

Pandanganku mulai tidak jelas karena awan yang semakin gelap. Aku nyalakan senter yang menggantung di tasku untuk mencari sumber suara anak ayam itu. Pencariankupun terhenti ketika aku melihat bagian ilalang yang bergerak. Dari balik ilalang itu muncul sesosok hitam menyerupai manusia dengan bola mata bewarna merah dan taring yang keluar dari mulut. Aku berusaha untuk lari, namun tubuhku terasa lemas. Jangankan berlari, bergerakpun susah.

Mahluk itu perlahan-lahan menampakkan seluruh tubuhnya. Tubuhnya tinggi, berwarna hitam dengan bulu yang banyak sekali dan kuku yang panjang. Sembari menunjuk ke arahku, mahluk itu berbicara lirih "Sirammm... siraaaammmm". Aku berusaha menjawabnya namun mulutku seperti terkunci. Suara sosok itu juga membuat mataku mulai terpejam, semakin aku mendengar suaranya mataku kian terpejam hingga aku tak bisa lagi mendengar suara dari sosok itu.

"Hei dul, bangun! Ditungguin malah tidur" Suara Ahmad menyadarkanku. Aku terkaget begitu melihat Ahmad dan Riki berada di depanku. Terutama Ahmad yang aku lihat berlari ke arah Jurang.

"Lah mad, kamu disini? Bukannya kamu lari ke arah jurang?" tanyaku penasaran.

"Kurang kerjaan amat aku lari ke jurang" Jawabnya.

"Malah kamu yang kurang kerjaan, orang lagi daki malah tidur" saut Riki.

"Hah tidur?" Tanyaku tak percaya.

"Iya, kita udah 10 menit nungguin kamu kencing. Tapi kamu ga balik-balik. Kita teriakin tapi ga nyaut. Pas kita samperin kamu malah tidur disini" Ucap Riki yang menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Tiba-tiba aku teringat permintaan sosok mengerikan itu. Akupun segera meminta air minum untuk menyiram bekas kencingku dengan air.

"Eh aku minta air dong. Buat nyiram bekas kencingnya" Ucapku. Ahmadpun merogoh botol minum dari ranselnya dan memberikannya padaku. "Jangan semuanya, sayang airnya" Kata Ahmad sambil memberikan air minumnya itu. Saat aku menerima botol itu, aku merasakan perih yang cukup sakit di tanganku. Aku perhatikan jemari-jemariku dan ternyata ada banyak goresan di tanganku.

Sambil menahan perih, aku segera menyiram area yang terkena air seniku dengan air minum itu dan berharap ini cukup untuk menebus kesalahanku itu karena tidak izin sebelum kencing dan tidak membersihkannya.

"Makasih Mad" Ucapku sambil memberikan botol itu. Pikiranku benar-benar kacau saat itu, apakah hal yang barusan terjadi itu mimpi atau nyata. Kalau mimpi kenapa luka ditanganku masih ada, tapi kalau nyata kenapa aku masih ada di sini dan siapa orang yang lari melintasiku tadi.  Sebenarnya aku ingin sekali menceritakan apa yang baru saja ku alami, hanya saja ku tahan dulu hingga sampai di rumah. Aku takut ceritaku ini malah membuat Ahmad dan Riki takut sehingga mengacaukan pendakian ini. 

Setidaknya aku mendapatkan pelajaran berharga. Bahwa  benar nyatanya manusia dan jin hidup saling berdampingan. Kita hidup di sini harus saling menghargai dan menghormati. Seandainya aku mengikuti kata Ahmad untuk izin sebelum kencing tadi, mungkin hal ini tidak pernah terjadi. Dan seandainya aku tidak bertemu dengan mahluk itu, mungkin aku masih tidak percaya dengan mahluk-mahluk seperti itu.

Pesan dari cerpen ini agar kita tetap menjaga sopan santun saat berada di alam bebas. Karena manusia dan mahluk lainnya itu hidup berdampingan.

Sekian.

sebelahblogAvatar border
zafinsyurgaAvatar border
.kaliber46.Avatar border
.kaliber46. dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.1K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.