Subtilizer
TS
Subtilizer
Si penunggu gunung


Aku bersiap siap untuk memulai perjalanan ku ke gunung. Hari ini kami akan mendaki gunung untuk melihat pemandangan matahari terbenam dari puncaknya. Aku membawa cukup banyak barang, maklum cewek. Aku akan berangkat ke tempat perkumpulan kami sebelum menaiki bus menuju gunung yang dijanjikan.

Pendakian ini merupakan salah satu agenda dari pramuka sekolah kami. Kami akan mendaki gunung dan kemudian berkemah selama satu malam lalu pulang. Harusnya tidak akan ada masalah yang terjadi namun pendakian kali ini akan menjadi ingatan yang tak mungkin hilang dari otakku.

Pendakian berlangsung berat. Dengan banyaknya orang dan banyaknya barang bawaan membuat kami berjalan amat lambat.

“eh Vi, kok rasanya dingin ya disini?”

Temanku Luki berjalan di sebelahku. Dia adalah murid biasa namun aku pernah mendengar bahwa dia adalah seorang indigo.

“Dingin gimana?”

“Kayak ada yang lewat lewat gitu”

Aku sama sekali tidak mengerti apa maksudnya dan aku juga tidak merasakan apapun jadi kuabaikan perkataannya saat itu.

Setelah melewati perjuangan yang amat berat kami akhirnya sampai di puncak gunung. Sayangnya matahari sudah terbenam saat kami sampai disana.

Karna sudah terlanjur maka kami pun mendirikan tenda dan menghabiskan malam dengan berkerumun di dekat api unggun. Tak ada hal apapun yang aneh sampai itu terjadi...

“Eh Vi, rasanya makin dingin lo”

“ya iyalah, kan udah malam”

“bukan, rasanya ada banyak orang yang lagi liatin kita lo”

“kamu yakin?”

“yakin, sumpah”

Sebenarnya aku tidak percaya pada hal hal supranatural seperti ini namun mau tak mau aku percaya setelah sesuatu terjadi.

“KIIIIIIIIII kikikiki.”

Salah satu anggota kami, Cindi, mulai terkikik seperti orang gila, matanya tidak fokus dan dia mengabaikan semua ucapan kami.

“Vi, dia keserupan”

Ya tuhan. Aku sama sekali tidak menyangka hal ini akan terjadi. Guru pemimpin kemudian membacakan ayat kursi dan Cindi perlahan lahan mulai tenang kembali.

“Vi, ada yang ngeliatin kita. Kayaknya gunung ini ada penunggunya”

Tiba tiba suasana berubah menjadi seram. Beberapa murid terlihat panik namun guru pembina menenangkan mereka. Aku sendiri malah merasa kalau ini menarik.

“Eh Ki, lu bisa liat mereka kan? Ayo kita jumpai”

“Eh? Lu gila ya?”

Meski banyak pertentangan namun dia setuju pada akhirnya. Setelah yang lain tidur aku menyelinap keluar dan bertemu dengan Luki yang bersiap siap dengan jaket tebal. Akhirnya kami memulai petualangan kami mencari penunggu gunung ini.

Aku adalah orang yang tidak pernah takut pada hantu, aku menganggap hal hal seperti itu tidak ada dan karna itulah aku ingin membuktikan itu malam ini.

Kami berjalan menembus hutan dengan senter di tangan. Aku benar benar tidak merasakan apapun namun Luki tak pernah berhenti gemetar sejak kami berjalan.

“kenapa sih lu Ki?”

“penunggu disini banyak banget Vi”

“udah, cari aja yang tadi ngerasukin Cindi tuh”

Disini aku akan buktikan bahwa Luki hanya pura pura menjadi indigo. Aku yakin hal hal seperti itu tidak ada.

Namun tiba tiba angin berhembus kencang membawa suhu dingin yang menusuk tulang. Luki tiba tiba berhenti bergerak dan aku tiba tiba mengeluarkan keringat dingin.

“Vi, itu dia pas di depan kamu”

Aku semakin bergetar. Entah kenapa aku merasakan sesuatu di depanku seolah ada yang mencoba berbicara denganku.

“Dia bilang dia marah sama kamu Vi, katanya kamu tidak hormat sama mereka karna kamu nganggap aku cuma main main jadi indigo”

Kenapa dia tahu? Apa jangan jangan hantu itu beneran ada?

Tiba tiba kesadaran ku terasa diambil alih. Dalam ingatan itu aku melihat seorang wanita yang bunuh diri di gunung ini karna dikucilkan oleh orang orang di desanya. Wanita itu kemudian bergentayangan di gunung ini. setiap kali ada orang yang datang kesini dia selalu mencoba berbicara dengan mereka agar dirinya bisa pergi ke alam arwah dengan tenang.

Akhirnya kesadaranku pulih kembali. Aku sudah melihat kenangan dari wanita itu dan aku meneteskan air mata meratapi kesulitan hidup seorang arwah yang tak bisa beristirahat dengan tenang. Sekarang aku tau apa yang harus aku lakukan.

“Ki, dia ini cuma pengen teman rupanya. Dia cuma kesepian karna semasa hidupnya dia selalu dikucilkan. Ayo kita temenan sama dia”

Aku merasa diriku dapat membayangkan si wanita tersenyum senang. Akhirnya hawa dingin itu menghilang dan aku tau bahwa dirinya sudah beristirahat dengan tenang.

Kami pun kembali ke tenda tanpa membicarakan hal ini, setelah itu tak ada hal aneh lagi yang terjadi dan kami pulang ke rumah masing masing dengan selamat.

Hari itu aku mendapatkan pelajaran yang amat berharga. Di dunia ini ada hal hal yang tidak terlihat, namun meski tidak terlihat kita tak boleh membuat mereka marah. Kita harus menghormati mereka dan tidak mengganggu mereka sebisa mungkin.

Dengan begitu, kedua alam akan bisa berdampingan dengan baik.
ceuhettysebelahblogzafinsyurga
zafinsyurga dan 5 lainnya memberi reputasi
6
594
0
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.4KThread81.3KAnggota
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.