adnanami
TS
adnanami
Niat Mendaki Gunung Malah Terjebak di Kampung Gaib


"Nam, hari Minggu besok ikut yuk naik gunung!" ajak Derry.

"Ha?? Naik gunung? Aku kan nggak pernah naik gunung," kata Nami.

"Justru karena nggak pernah, ayo ikut biar punya pengalaman naik gunung," pinta Derry pada Nami.

"Emang mau naik gunung apa?" tanya Nami.

"Gunung Ranti di Jawa Timur," jawab Derry.

"Gunung Ranti ?" tanya Nami untuk memastikan.

"Iya," jawab Derry singkat.

"Gilaaaa ... Cari mati apa mau naik gunung itu. Aku nggak ikut deh," ucap Nami menolak.



Derry dan kawan - kawannya pun bersikeras untuk tetap mendaki gunung yang jarang dikunjungi manusia tersebut. Alasannya ingin menakhlukkan gunung Ranti yang di tahun 1980-an belum terjamah oleh tangan manusia dan langkah kaki pendaki gunung. Beranggotakan empat orang saja. Derry, Silvy, Sapta dan Rendra menuju arah Timur pulau Jawa. Berbekal tenda serta keperluan pendakian dan peralatan memasak di masing - masing tas mereka.

Pendakian pun dimulai. Mereka membuat rute sendiri sebab memang belum ada pendaki yang menjelajah gunung tersebut. Ego anak muda yang menggebu - gebu untuk diakui sebagai penjelajah perdana/peloporbagi rute pendakian gunung Ranti terlihat amat jelas di raut wajah mereka. Niat yang bagiku kurang tepat untuk menyambangi daerah yang bukan tempatnya.

Tak ada firasat apapun sebelum kepergian mereka naik ke puncak gunung. Tapi ada seorang kakek -kakek yang telah memperingatkan mereka di lereng gunung tadi. Seorang lelaki sepuh yang berprofesi sebagai petani. Dia sedang mencari rumput untuk pakan hewan ternaknya.

"Kalian mau kemana, anak muda?"

"Kami mau mendaki gunung ini, kek."

"Buat apa kalian kesana? Tempat itu tidak aman untuk anak manusia. Sapi saya saja yang merumput, tidak pernah kembali setelah masuk ke dalam sana. Jangan main - main dengan keselamatan kalian."

Begitu mendengar ucapan kakek itu, Silvy sempat bilang untuk meyakinkan ketiga temannya, "Kita pulang aja yuk, teman - teman! Nggak enak hati nih mau lanjutin perjalanan."

Respon Derry, Sapta dan Rendra justru jengkel pada Silvy.

"Gimana sih? Kita kan udah sepakat dari awal, apapun yang terjadi kita harus tetap berangkat!" kata Sapta.

"Iya nih, jangan plin - plan kamu Sil! Lagipula kakek itu kok menyamakan sapinya sama kita, ya jelas beda lah. Mungkin sapinya lupa jalan pulang. Kalau kita kan punya memori buat mengingat - ingat jalan pulang jadi nggak bakalan lupa."

Derry diam saja, tapi pandangannya amat menyiratkan rasa marah ketika menatap Silvy. Keterpaksaan dirasakan oleh Silvy. Satu - satunya perempuan dalam pendakian ini. Dia mengabaikan suara hatinya yang menahannya untuk pergi. Nyatanya langkah kakinya tetap berjalan menuju puncak gunung Ranti.

Selangkah demi selangkah mereka berempat mulai memasuki rimbunnya pepohohonan. Jalan yang menanjak dengan tebing di sisi kanannya dan jurang di sisi kiri mereka. Perlahan namun pasti, waktu berputar menuju senja. Pertanda malam akan datang. Tak mereka temukan tempat yang layak untuk membangun sebuah tenda. Mereka pun berjalan terus ke atas sampai mereka temukan gapura berbahasa sansekerta.

"Lihat! Ada pemukiman ternyata disini." Derry yang pertama kali melihat gapura itu.

"Syukurlah, daripada kita bangun tenda gimana kalau kita mampir ke rumah penduduk disana? Orang desa kan terkenal ramah - ramah. Kita pasti disambut dengan baik disana," usul Sapta.



Semuanya setuju dan melangkahlah mereka ke arah gapura yang sebenarnya adalah pintu menuju dimensi gaib. Setelah semuanya melewati gapura itu, suasana terasa amat dingin hingga membuat dagu mereka bergetar karena kedinginan.

"Kok dingin banget ya disini?" tanya Silvy pada kawan - kawannya.



Kampung ini diselimuti kabut putih sejauh mata memandang. Terlihat kerumunan warga yang sedang menyaksikan acara gebyar seni tak jauh dari tempat anak - anak ini berdiri. Penjual makanan dapat ditemui di setiap sisi jalan. Alunan musik campur sari terdengar nyaring di telinga empat sekawan ini. Mereka menuju ke depan panggung, menikmati pertunjukan seni tradisional yang sudah jarang ditemui di kota besar seperti tempat tinggal mereka.

"Der, buruan nanya sama orang sini ada yang bersedia buat kita repotin nggak?" kata Rendra pada Derry.

Silvy melirik jam tangannya yang berhenti berdetak. Dia bertanya pada kawan - kawannya juga tapi anehnya jam mereka juga mati. Sangat aneh! Derry bertanya pada orang yang ada disekitarnya,

"Pak, apakah di desa ini ada rumah yang disewakan?" tanya Derry pada seorang bapak - bapak berjenggot putih.

"Tidak ada, nak. Kalau kalian mau, kalian bisa bermalam di rumah saya karena saya tinggal sendiri. Saya akan sangat senang kalau rumah saya ramai," kata Pak Jenggot.

Derry berunding dengan teman - temannya. Semuanya sepakat untuk menginap di rumah Pak tua tersebut hanya untuk satu malam. Di rumah Pak tua, mereka berempat disuguhi makanan yang katanya khas daerah kampung tersebut. Satu jajanan yang mereka sebut lepet beras. Rendra, Derry dan Sapta tampak sangat menikmati kue itu, sedangkan Silvy merasakan aroma amis di kala menggigitnya di gigitan pertama. Dia pikir aroma amis itu berasal dari telur yang dicampurkan ke dalam adonan.

Para anak muda ini pun beristirahat di kamar Pak tua. Ketika bangun, hari sudah pagi. Mereka berpamitan pulang dan menyampaikan rasa terimakasihnya pada Beliau. Saat akan keluar dari kampung, mereka tak menemukan gapura yang dilihatnya kemarin malam. Mereka sudah berputar mengelilingi seisi kampung tapi hanya berada di sekitar tempat berpijaknya tadi. Rumah Pak tua itu juga ikut raib tak berbekas. Desa ini sepi seolah tanpa penghuni. Mereka bingung harus bagaimana. Hingga akhirnya mereka sadar jika raga mereka terjebak di kampung gaib akibat Silvy dan Rendra yang memuntahkan belatung dari mulutnya. Padahal semalam mereka berdua tidak menyantap apapun kecuali jajanan itu.

Air mata Silvy menetes, membasahi pipi. Sapta melihat temannya menitikkan air mata. Rasa bersalah masuk ke dalam hatinya. Sapta menyenggol Derry dan Rendra. Mereka bertiga memperhatikan Silvy lalu meminta maaf.

"Sil, maafin kita ya! Kita nggak dengerin kata petani di lereng gunung kemarin dan kita juga mengabaikan intuisimu." Derry berbicara sambil menepuk bahu Silvy. Rendra dan Sapta merapat dan ikut menenangkan gadis manis berambut cokelat itu.

Nami yang tak ikut acara pendakian itu merasakan ada yang tidak beres dengan teman - temannya. Karena dulu sebelum berangkat ke gunung itu, mereka berpamitan hanya akan pergi selama 3 hari tapi sekarang sudah lewat dari 7 hari.

Di alam gaib, tiap petang datang barulah para anak muda ini bisa melihat penghuni kampung ini. Sebagian dari mereka mengenakan pakaian kemben dan jarik seperti zaman sebelum negeri ini merdeka. Tubuh empat sekawan ini lemas akibat tidak memakan apapun selama berada disana. Mereka hanya bisa berdoa agar dapat keluar dari kampung gaib itu. Mereka berusaha mencari jin baik yang bersedia membantu mereka pulang. Siapa lagi kalau bukan Pak tua berjenggot kemarin? Tapi susah sekali bertemu dengannya karena kampung ini terasa amat luas.

Dalam keputusasaan itu doa tak henti - hentinya dipanjatkan oleh mereka berempat dan para keluarganya di alam nyata yang menanti kepulangan mereka. Akhirnya tiba waktunya doa mereka dikabulkan oleh Yang Maha Kuasa.

Pak tua itu lewat di dekat mereka. Derry memohon pertolongan agar bisa kembali ke alamnya. Beliau memberi petunjuk, "Pergilah kalian di waktu pergantian siang dan malam esok hari, karena saat itulah gerbang dimensi yang berada di gapura desa ini sedang terbuka." Orang tua itu menghilang bersama dengan kabut malam yang mengaburkan pandangan empat anak muda itu.

Esok hari kala waktu maghrib datang, mereka melihat gapura yang sama seperti saat pertama kali mereka sampai di desa ini. Rendra, Sapta, Silvy dan Derry berlari kencang menembus dimensi yang menjebak mereka selama ini.

END
NB. Kisah ini hanyalah cerita fiksi
Diubah oleh adnanami 27-09-2019 09:45
indrag057joyanwotoshortdistance
shortdistance dan 25 lainnya memberi reputasi
26
10.3K
252
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.4KThread81.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.