Stephen King adalah penulis Amerika Serikat yang paling sering merilis karya, sejumlah cerita dan bukunya bisa diperoleh dengan mudah dari berbagai toko di negeri tersebut. Tetapi, ada satu novel yang sudah tidak ia cetak ulang, karena buku tersebut kabarnya menjadi inspirasi kejahatan-kejahatan yang terjadi di dunia nyata.

Penggemar Stephen King rata-rata banyak yang belum pernah tahu tentang buku karyanya yang berjudul "Rage." Buku ini ia rilis dengan nama pena samaran, Richard Bachman, pada tahun 1977. Bukunya sendiri ia tulis 11 tahun sebelumnya, pada tahun 1966, saat ia masih duduk di bangku SMA.


Stephen King (kanan) dalam acara The Late Show Stephen Colbert

Didalam buku tersebut, tertulis cerita tentang seorang murid SMA bernama Charlie Decker yang dipanggil ke ruangan kepala sekolah setelah menyerang seorang guru. Disana, ia malah marah-marah menggunakan kata-kata kasar, dan ia pun dikeluarkan dari sekolah. Setelahnya, ia menuju lokernya untuk mengambil sebuah pistol, menembak mati dua guru, dan menyandra satu kelas. Tak disangka, murid-murid di kelas tersebut lama-lama mulai merasa simpati terhadap Charlie dan lebih mendukung dia daripada pihak berwajib yang berusaha membebaskan mereka.

Lalu mengapa Stephen King, yang memang ahli dalam menulis cerita-cerita mengerikan seperti "Misery," "It" dan "Pet Sematary," memutuskan untuk menghentikan percetakan buku ini? Salah satu alasannya adalah Michael Carneal, seorang murid SMA yang pada tahun 1997, membawa tiga senjata api dan menembak sekumpul murid lainnya yang sedang berdoa.  Tiga tewas, dan lima lain terluka, satu diantaranya tidak bisa berjalan lagi. Pihak berwajib lalu menemukan buku "Rage" didalam loker Michael.

Itu bukan pertama kalinya pelaku penembakan sekolah ditemukan pernah membaca (dan kemungkinan terpengaruh) buku karya Stephen King tersebut. Pada tahun 1996, Barry Dale Loukaitis menembak mati guru dan dua murid lain disekolahnya. Konon ia mengklaim bahwa ia terinspirasi oleh buku tersebut. Pada tahun 1989, Dustin Pierce menyandra 11 murid di Jackson County High School, menurut laporan ia ingin meniru alur cerita "Rage." Setelah 9 jam, ia menyerahkan diri ke kepolisian. 2 tahun sebelumnya, Jeffrey Lyne Cox mengancam 60 murid menggunakan senjata api sebelum dihentikan oleh murid-murid tersebut. Menurut laporan The Los Angeles Times, ia sering membaca "Rage." 



Pada tahun 1998, Stephen King meminta penerbit untuk menghentikan pencetakan buku tersebut, dan pihak penerbit pun mengiyakan. Setelah terjadi penembakan Sandy Hook pada tahun 2012 lalu, Stephen menerbitkan essai non-fiksi sepanjang 25 halaman berjudul "Guns", dimana ia menjelaskan alasannya menghentikan pencetakan buku tersebut. "Butuh lebih dari satu buku tipis untuk para pelaku penembakan melakukan aksi mereka. Mereka adalah anak-anak tidak bahagia yang memiliki gangguan kejiwaan, mereka korban bullying di sekolah, dan dirumah pun mereka tidak diperlakukan dengan baik," tulisnya dalam essai tersebut. "Buku itu tidak merusak mereka ataupun mengubah mereka menjadi pembunuh; mereka merasa ada bagian dari buku itu yang bicara kepada mereka karena memang sudah terganggu. Namun saya bisa melihat bahwa buku itu bisa menjadi salah satu pemicu, sehingga saya menariknya dari pemasaran. Ibaratnya, kita tidak seharusnya meninggalkan sekaleng bensin dimana seorang yang suka bermain api bisa mengambilnya."

Sekarang ini, "Rage" hanya bisa didapat oleh pembaca yang rela merogoh kocek dalam-dalam. Satu buku ini dihargai 7-9 juta rupiah di Amazon. Meskipun telah menulis banyak cerita-cerita lain yang sadis dan mengerikan, Stephen King rela untuk membiarkan "Rage" beristirahat dengan tenang.

Diterjemahkan dari artikel di Fox News, "Why Stephen King's school shooter book 'Rage' is out of print, and a copy costs $500."