gebolextremeAvatar border
TS
gebolextreme
Mempertanyakan Ketashihan Pekerja Bank yang Memakan Riba





Beberapa saat yang lalu ane terdiam mengingat kasus yang terjadi bertahun – tahun lalu, kasus bagaimana ayah teman ane memutuskan untuk resign dari pekerjaannya di bank -meskipun memiliki karier yang cemerlang, karena mengikuti sebuah pengajian yang mengatakan kalau pendapatan di bank itu berdasarkan bunga, dan bunga itu haram.

Wait a second, ane dalam sekejap mengamini keputusannya, keputusan yang tepat, tapi kini ane malah mepertanyakan, apakah keputusannya melepas pekerjaan itu sudah tepat? Apalagi kemudian keuangannya terseok – seok dan kesulitan untuk mengambil pekerjaan lain mengingat belasan tahun ia hanya menggeluti bidang tersebut.

Bunga sebenarnya adalah sebuah instrumen yang kompleks, ketika kita melihatnya dari sudut pandang agama, batasannya menjadi sangat jelas, namun ketika melihat realitanya, tidak semudah itu melihat perbedannya, hanya terlihat samar.

Berawal dari memahami konsep bunga itu sendiri, bunga sendiri pada awalnya adalah sebuah instrumen yang ditambahkan sebagai basis pendistribusian uang itu sendiri, kenapa aku harus memberikan uangku padamu? Apa untungnya? Lalu diciptakanlah bunga. Menarik orang yang memiliki uang, lalu digunakan oleh yang tidak memiliki uang kemudian membayar imbalan dengan satuan waktu.

Memang itulah definisi riba, tambahan yang didapat akan pinjaman, tapi ketika ingin menghapusnya dari dalam kehidupan, kelihatannya sangat klise, padahal, bunga lah basis utama ekonomi modern, ketika kita ingin menghapusnya atau terbebas sama sekali dari bunga, itu seperti menjerumuskan diri sendiri ke dalam lubang sistem

Yang harus dipertanyakan kembali, siapa yang berdosa? Apakah yang memberi bunga, atau yang menerima bunga? Melihatnya dalam perspektif tersebut dapat membuat kita berpikir, bagaimana kalau seseorang dengan rela membayar sejumlah uang agar bisa mendapat akses keuangan yang mampu meningkatkan nilai investasi asetnya? Atau, sebenarnya saya tidak ingin mendapat bunga, tapi bagaimanalah saya dapat menolak hal tersebut?

Ane tau itu adalah konsep yang sangat kompleks. Tapi anggaplah begini, bunga diciptakan sebagai basis peminjaman uang, yang notabenenya, diawali dengan sebuah peminjaman kepada negara berkembang oleh negara maju, supaya negara tersebut mendapat sebuah leverage untuk meningkatkan kualitas standar yang ada, sehingga pendapatan negara tersebut dapat meningkat.

Kemudian bank sentral memasang standar bunga dalam negeri sesuai suku bunga acuan yang diterbitkan oleh satuan internasional, dolar oleh FED, hal tersebut bukan tanpa alasan, karena mau tidak mau suku bunga harus ditetapkan untuk menjaga stabilitas keuangan, karena jika dicatut dibawah angka acuan tersebut, maka mau tidak mau kita langsung merugi secara default.

Belum lagi, jika kita menghadapi situasi lain seperti penurunan nilai mata uang alias depresiasi, bunga acuan kita saja masih di bawah inflasi, artinya dengan menggunakan bunga pun, kita masih merugi secara nilai mata uang.

Lalu siapa yang paling dirugikan, tentu saja orang yang menganggap bahwa bunga tersebut tidak penting, lalu mulai malas menabung di bank, ataupun malah alergi terhadap bank, sesungguhnya dialah yang paling dirugikan karena dialah yang paling menerima dampak dari ekonomi modern.

Iya ane tau, tentu saja dengan adanya margin dari jual beli, seharusnya bisa menjadi nilai yang cukup untuk mengatasi segala pengurangan nilai mata uang/bunga dari hutang luar negeri, tapi faktanya berkata lain, anggaplah dalam sebuah sistem yang besar, bunga adalah penjamin sistem tersebut berjalan dengan lancar. Artinya, seandainya sistem bagi hasil berdasarkan margin keuntungan diberlakukan, berapa banyak yang akhirnya mengaku untung? Bukankah hampir mirip dengan kasus pajak, dimana jika laporan keuangan bisa dimanipulasi untuk tidak membayar pajak, pasti orang tersebut akan membuatnya tidak membayar pajak? Dan berlaku pada sistem bagi hasil ini?

Maka bisa disebutkan kalau bunga, pada dasarnya adalah pembagian benefit, keuntungan, hasil dari investasi dari uang tersebut, bedanya, yang dibayarkan adalah sesuatu yang fixed, alias dipaksa, sehingga orang tidak memiliki pilihan lain selain membayar, bukannya lebih masuk akal? Keuangan akan lebih stabil?

Tentu saja banyak kekurangannya dari sistem bunga, sama seperti peminjaman pada umumnya, kenyataannya kesalahan bukan ada di bunganya, ataupun pola peminjaman apapun, yang salah adalah peminjam yang gagal menghitung dengan cermat hasil investasi, ataupun menggunakan instrumen tersebut untuk sesuatu yang konsumtif, sekalipun menggunakan peminjaman syariah, bukankah orang – orang yang gagal tersebut tetaplah dianggap sebuah penyakit, atau membuat seseorang berpikir ribuan kali sebelum meminjamkan uangnya?

Kembali ke pertanyaan awal, apakah kemudian pekerja bank adalah seseorang yang menikmati hasil dari bunga tersebut?

Memang melihat bisnis model bank bisa dikatakan pekerja turut menikmati bunga tersebut, tapi pada kenyataannya pekerja mendapat hak yang berbeda daripada bunga tersebut, mereka dibayar berdasarkan kinerja, bukan karena dia meminjamkan uang, karena sekalipun kalau melihat yang berdosa adalah orang – orang yang membayar dan atau menerima bunga, bukankah setiap perusahaan melakukan hal tersebut?

Berhutang, membayar bunga, ataupun melakukan investasi dalam bond yang kemudian menerima bunga? Lalu apakah pekerja mereka dianggap mendapat gaji dari bunga?
Tapi keberadaan bank jauh lebih kompleks lagi, mereka tidak hanya menjadi penerima bunga, mereka adalah penjual uang, mereka menciptakannya sebagai komoditas yang dapat digunakan untuk melakukan berbagai kegiatan yang meningkatkan produktivitas, lalu membayar imbalan atas uang yang sudah digunakan.

Bank pun tidak datang menjadi sebuah lembaga yang memeras rakyatnya, pada kenyataannya bank hanya datang sebagai perantara antar pemilik uang dan peminjam uang, dengan melakukan perhitungan cermat atas asas kepantasan dan saling menguntungkan, tidak seperti rentenir – rentenir kampung. Bahkan keberadaannya sangat bermanfaat di tempat – tempat berfasilitas minim dan jauh dari akses keuangan.

Jadi kembali ke pertanyaan awal, apakah para pekerja bank tersebut adalah penerima bunga?

Pertanyaan kedua, apakah ketika membeli saham bank, dividen yang diterima adalah berupa bunga? Atau bersih dari bunga? Bagaimana dengan membeli saham perusahaan yang menjalankan bisnisnya dengan hutang dari bank? Atau yang memiliki investasi tetap di obligasi? Masihkah dianggap bunga?

Sekian, opini yang penuh salah dan kekurangan, ane akan sangat senang mendengar paraexpert menjelaskan dengan poin yang jauh lebih rinci.

Polling
0 suara
Setalah Membaca Thread Ini, Bagaimana Pendapatmu Tentang Bunga?
Diubah oleh gebolextreme 12-09-2019 04:18
0
528
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.