• Beranda
  • ...
  • Buku
  • Review Novel Orang-Orang Biasa (Andrea Hirata) yang Super Membosankan

AkhfiyaAyaAvatar border
TS
AkhfiyaAya
Review Novel Orang-Orang Biasa (Andrea Hirata) yang Super Membosankan


Akhirnya dengan susah payah, berhasil juga teman saya itu khatam membaca novel ke-10 Pak Cik Andrea Hirata yang berjudul “Orang-Orang Biasa.”

Mungkin karena ekspektasi terlalu tinggi, berharap OOB semenakjubkan trilogi Laskar Pelangi, berujung kecewa pada akhirnya. Di awal-awal saja, dia sudah mengeluh tentang isi novel yang terlalu lamban alurnya.

“Super membosankan,” begitu keluhnya saat sudah membaca hampir separuh jumlah halaman buku.

Benar gak sih, kalau OOB semembosankan itu? Gimana pendapat agan dan aganwati setelah sukses membabat habis isi novel tersebut? Nah, berhubung saya juga sudah selesai membacanya, saya akan coba mereviewnya sedikit. Cekibroooot...

Novel terbitan Bentang Pustaka ini digadang-gadang akan menjadi best seller internasional, mengikuti jejak langkah Laskar Pelangi. Ini bisa dibaca pada endorsment cover depan buku.

Quote:


Bagi sebagian orang yang mudah bosan, membaca OOB memang agak menjemukan di awalnya. Karena memang, novel ini ditulis dengan alur yang super lambat. Selooow, macam wak sellow yang jual pecel di channel si Beti.

Saran saya, baca sekali duduk saja. Jangan diputus atau disambi dengan melakukan aktivitas lainnya. Kalau tidak, agan bisa terjebak pada perasaan jenuh, karena konflik baru mulai terasa setelah membaca lebih dari separuh halaman. Berhubung kecepatan membaca saya di atas rata-rata (haha, songooong), Baru aja balikin cover, eh tau-tau udah selesai baca setengah isi buku. 😂

Sedikit tentang isi cerita

Kisah ini diawali dengan pengenalan karakter tokoh-tokoh penting yang jumlahnya sepuluh orang. Banyak banget tokohnya yak? OOB digambarkan sebagai kumpulan orang-orang dari kalangan bawah alias miskin plus bodoh.

Ada Debut, Dinah, Tohirin, Nihe, Salud, Rusip, Junilah, Honorun, Sobri dan Handai. Tak hanya miskin dan bodoh, tapi mereka juga penakut, suka saling tuduh dan lemah. Sehingga sering menjadi bahan bully-an Trio Bastardin dan Duo Boron.

Berbeda dengan Laskar Pelangi yang mengangkat Pendidikan sebagai jalan untuk merubah nasib, OOB justru kebalikannya. Mereka orang-orang miskin yang terkatung-katung di jalan nasib. Terlahir miskin dan akan mati juga dalam keadaan miskin.

Cerita mulai terasa asik setelah OOB dewasa. Dari sepuluh orang kumpulan mereka, tak ada satu pun yang bisa lepas dari jerat kemiskinan. Berbeda nasib dengan para pembully Trio Bastardin dan Duo Boron, mereka justru menjadi orang-orang yang sukses.


Sebenarnya, novel ini bercerita tentang rencana perampokan. Yang tercetus karena rasa iba akan masa depan Aini (anaknya Dinah) yang sudah mati-matian belajar hingga lulus masuk fakultas kedokteran.

Di novel ini, Pak Cik sukses menyindir pendidikan di Indonesia yang masih ekslusif bagi sebagian orang. Hanya bisa dimasuki oleh orang-orang kaya.

Memang faktanya begitu, masuk fakultas kedokteran butuh biaya yang selangit. Demi mewujudkan cita-cita anaknya, Dinah rela merendahkan diri meminjam uang dari bank ke bank, dari satu koperasi ke koperasi lainnya. Nihil.


Mana ada yang mau meminjamkan uang delapan puluh juta kepada pedagang mainan miskin seperti dirinya. Dinah pun curhat kepada Debut, si pemilik toko buku yang sepi pembeli. Dari sinilah muncul ide gila dari Debut untuk merampok bank. Ia pun mengajak para OOB untuk melancarkan aksinya.

Ada satu kalimat dari buku ini yang sangat menarik bagi saya:

Quote:


Ohya, ada tokoh Inspektur Polisi penggemar berat Shah Rukh Khan yang mengambil agak banyak porsi cerita di buku ini. Di tengah kondisi masyarakat yang mulai banyak kehilangan kepercayaan pada polisi yang bersih, Andrea Hirata sukses menggambarkan, bahwa di sana, di kota kecil Belantik sana, masih tersimpan polisi jujur yang tak bisa dibeli dengan harta. Luar biasa.

Satu hal lagi yang dikeluhkan oleh teman saya adalah lelucon-leluconnya yang garing. Mungkin ini hanya karena sense of humor beliau yang rendah. Karena faktanya, saya terpingkal-pingkal dengan bualan dan lelucon yang ditulis Pak Cik.

Kelemahan Novel

Tak ada gading yang tak retak. Saya sangat menikmati membaca novel ini. Terhanyut emosi. Kadang ikut tertawa, meringis, sedih, penasaran. Tapi, sehebat apa pun Andrea Hirata merangkai cerita, pasti ada kekurangannya.

Novel setebal lebih dari 200-an halaman ini, terlalu banyak berisi bualan-bualan tak penting, yang sebenarnya, kalau dihilangkan pun tak akan merusak bangunan cerita.

Pun terlampau banyak space yang diambil untuk puja puji buku Laskar Pelangi yang sudah diterbitkan di berbagai negara. Tiga puluh halaman, boook. Entah untuk apa.


Ditambah jalan cerita yang agak menabrak logika. Sepuluh OOB yang awalnya diceritakan sebagai kumpulan orang super bodoh itu, bagaimana bisa tiba-tiba merencanakan perubahan strategi di tengah aksi perampokan? Itu tuh gak diceritain.

Meskipun setting OOB itu di masa sekarang, ada gadget, internet, fesbuk, yang orang-orang gampang aja nyari barang kebutuhannya, semudah mencet-mencet layar hp, tapi tidak diceritakan tentang darimana Debut mendapatkan topeng-topeng monyet yang jumlahnya ribuan itu. Darimana mereka mendapatkan uang untuk membeli perlengkapan merampok tersebut? Bukannya semua tokoh-tokoh tersebut adalah orang-orang miskin, yang untuk memenuhi kebutuhan dasarnya saja susah? Serasa banyak lubang hitam yang entah terlupa atau memang sengaja dibiarkan mengambang tanpa kejelasan.

Apa lagi, ya? Hmm, kebanyakan spoiler, ntar gak asik lagi bagi calon pembaca. Catatan terakhir, endingnya juga terkesan terburu-buru, pakai banget. Mestinya cerita ditutup dengan pengungkapan kasus yang seru. Itu jebakan balas dendam dan penangkapan Trio Bastardin dan Duo Boron kurang ciamik. Masa' gitu doank.

Atau ceritain donk properti apa dan milik siapa aja yang digadai demi dapetin duit 80 juta untuk Aini itu. Tapi, ini malah... Gitu deh.

Kesimpulan
Memang novel ini hanyalah kisah tentang orang-orang biasa. Tapi mereka bisa menjadi luar biasa setelah punya tujuan hidup yang jelas. Yang awalnya hidup tak bergairah karena terkungkung kemiskinan, dibiarkan mengalir seperti air yang tak jelas muaranya, jadi hidup penuh semangat dan warna warni demi tak matinya cita-cita anak teman mereka. Ini kisah tentang persahabatan orang-orang biasa, tentang kesetiakawanan, semangat rela berkorban demi kawan, motivasi untuk tetap teguh memegang cita-cita meski kemustahilan di depan mata terbentang 99,9% banyaknya, juga tentang kejujuran. Ingat juga, sepandai-pandai orang menyembunyikan kejahatan, akhirnya bakal ketahuan juga.

Intinya, novel ini sangat asik dibaca untuk hiburan setelah penat nguli seharian. Dibilang membosankan, ya gak juga. Asik pakai banget kok. Ya pokoknya jangan dibandingin sama Laskar Pelangi dkk lah. Kan ceritanya ngangkat tema yang gak sama.

Beda orang, tentu beda penilaian. Ane aja kagak bisa bikin yang model begituan. Huhuy. Ane kasih nilai 8 aja, deh. Hehe. emoticon-2 Jempol
Diubah oleh AkhfiyaAya 12-09-2019 01:52
kageyama09Avatar border
qoni77Avatar border
bukhoriganAvatar border
bukhorigan dan 5 lainnya memberi reputasi
6
7.4K
32
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Buku
Buku
icon
7.7KThread4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.