nuyinsAvatar border
TS
nuyins
Ayuh Wisata Religi Kecil-kecilan
Jam biologis membangunkanku seperti hari-hari sebelumnya. Aktivitasku sedikit berkurang dari biasanya, setelah solat tahajud tanpa masak langsung seterika baju yang akan kukenakan hari ini. Sebenarnya hari minggu ini ada agenda jalan sehat di kampungku, akan tetapi karena di tempatku berdinas ada acara wisata maka kegiatan di kampung tidak bisa kuikuti. Maklum jarang-jarang ada kegiatan wisata khusus untuk keluarga, lumayankan bisa refresing bersama, gratis lagi. Biasanya sih kalau ingin ngelencer bareng teman-teman harus keluar biaya sendirikanemoticon-Ngakak (S)

Jam tangan sudah menunjukkan angka 5. Suamiku sudah siap di depan rumah dengan motornya. Tidak lupa dengan tote bag yang berisi camilan. Cepat-cepat kupakai sepatu snacker warna pink yang sudah kusiapkan di depan pintu dan bergegas mengikuti suami. Udara sangat dingin akhir-akhir ini, menusuk tulang sampai perut ini serasa banyak angin yang masuk. Kaki ini terasa beku karena hari ini aku pakai gamis tidak seperti biasanya busana casual tiap acara wisata. Biar beda sedikit gitu maksudnya. Belum jam 6 sudah sampai di sekolah tempatku berdinas, masih ada beberapa orang yang datang, bus pariwisata yang akan mengantarkan pun belum nampak.

Setelah semuanya datang dan panitia mengecek maka dua bus pariwisata yang mengantarkan acara wisata pun berangkat. Tujuan pertama yang akan disinggahi adalah makam Sunan Ampel di Surabaya. Aku belum bisa membayangkan bagaimana kondisi dan situasi makam Sunan Ampel dan masjid Agung Ampel sekarang ini. Sekali aku ke makam sunan Ampel saat diajak oleh Mbah Mak, panggilanku pada nenekku. Itu pun disaat aku mash sekolah dasar. Waduh sudah lama banget dibanding dengan usiaku yang sudah setengah abad.

Dok pribadi

Butuh waktu satu setengah jam perjalan menuju makam Sunan Ampel.
Setiba di lokasi bus tidak bisa masuk lokasi parkir tempat wisata religi tersebutl. Ini pertanda bahwa pengunjung yang ingin berziarah sangat banyak. Jalan menuju makan sangat sesak dengan para pengunjung. Perlu kesabaran untuk mencapai makam Sunan Ampel. Ada yang baru datang ada juga yang sudah selesai melaksanakan ziarah, sementara jalan yang dilalui sempit serta penuh dengan para penjual. Bagi para penjual ini merupakan suatu keberkahan apabila banyak peziarah yang datang. Karena dengan demikian banyak kemungkinan pengunjung berbelanja untuk sekedar beli oleh-oleh.

Pintu masuk gapura Sunan Ampel

Makam ternyata sudah penuh sesak debgan para peziarah. Aku dan suami mencari rombongan yang sudah mencapai makan lebih dulu. Tak jauh dari pintu masuk kudapati rombonganku sudah memulai bertawasul. Aku segera cari tempat duduk agar bisa segera mengikuti bacaan tawasul yang ditujukan pada ahli kubur kanjeng Sunan Ampel. Doa-doa susul menyusul dipanjatkan untuk sang kanjeng Sunan. Setiap rombongan dipimpin oleh seseorang untuk bertawasul. Sehingga suara pemimpin doandan oara rombongannya terdengar silih berganti. Tidak perlu berlama-lama karena harus bergantian, memberi waktu dan tempat pad aromongan lain.

Suasana di tempat wisata religi Sunan Ampel ini ternyata sudah jauh berbeda dengan saat aku diajak Mbah. Para penjual semakin banyak berjajar disepanjang jalan menuju makam. Bagiku ini adalah menggoda gairah belanja apalagi melihat model gamis warna hitam yang dihiasi dengan batu-batuan atau pun untaian swarovski. Untung saja waktunya dibatasi sehingga tidak ada kesempatan untuk belanja. Akan tetapi suamiku tidak dapat menahan godaan dari tumpukan martabak mini yang berjajar rapi di etalase seorang pedagang hehehe, dimakan hangat-hangat dengan cabe rawit hijau.

Perjalanan selanjutnya menuju makam Sunan Bonang di Tuban. Sekalian singgah di Gua Akbar yang lokasinya juga berada di Tuban tak jauhbdari makam. Sunan Bonang adalah putra dati Sunan Ampel dari istrinya yang berasal dari Campa. Nah, kalau ke makam Sunan Bonang aku pernah tapi lupa tahun berapa yang jelas waktu itu untuk menuju lokasi masih naik dokar. Sekarang ini sudah tidak ada dokar dan becak adalah kendaraan resmi yang dipergunakan oleh para wisatawan untuk menuju lokasi makam.

Unik sekali melihat becak yang berjajar rapi di terminal menunggu antrian penumpang. Tidak mahal hanya dengan uang 10 ribu maka tukang becak siap mengayuh menuju pintu gerbang makam sunan Bonang. Lumayan juga disaat panas yang sangat terik berada di atas becak yang melaju diseratai semilir angin yang berhembus. Sebelum becak berhenti aku melihat becak-becak lain berjajar dibahu jalan baris berbaris membentuk antrian panjang seperti yang kujumpai di tempat parkir bus tadi. Apabila barisan becak paling depan mendapatkan penumpang maka becak dibelakangnya akan bergerak ke depan, cukup dengan menendang roda belakang maka semua becak yang ada di depannya akan bergerak maju, unik sekali.

Suasana di makam Sunana Bonang


Dok pribadi, gua akbar

Tujuan terakhir dari wisata religi adalah masjid Namira di Lamongan. Sebuah masjid yang terkenal dengan kas nol rupiah setiap harinya. Beberapa teman sudah ada yang pernah berkunjung ke Namira. Aku masih penasaran seperti apa masjid tersebut karena selama ini hanya melihat dari media masa. Dua jam lebih dari Tuban untuk mencapai masjid Namira di Lamongan. Sampai di Namira segera rombongan menuju tempat wudhu untuk melaksanakan sholat ashar karena sebentar lagi memasuki waktu maghrib.

Sebagian teman sudah melaksankan sholat ashar di masjid Agung Tuban, jamak ta'khir. Di dalam masjid terbagi menjadi tiga bagian, belakang kiblat adalah tempat jamaah laki-laki, bagian belakang dibagi dua lagi yaitu kira-kira sepertiga bagian di sebelah selatan dikelilingi pembatas. Tempat itu khusus untuk perempuan yang mengikuti sholat berjamaah. Selebihnya di sebelah utara diluar pembatas tadi juga untuk jamaah perempuan tetapi sholat tanpa mengikuti imam masjid.

Ruangan sangat sejuk karena dipenuhi AC. Bersama teman yang lain aku melaksanakan sholat ashar. Sementara itu di luar ternyata suamiku sudah menunggu karena ingin mengabadikan momen berada di Namira. Namun ketika aku keluar masjid adzan magrib sudah berkumandang, acara foto pun gagal. Pesan dari ketua rombongan sholat maghrib dilaksanakan dengan jamak takdim. Akan tetapi aku dan sebagian teman ingin berjamaah mumpung ada di Namira. Selesai sholat maghrib tidak ada bacaan wirid maupun doa seperti yang sering dilakukan saat aku sholat jamaah di masjid yang lainnya. Meskipun demikian tetap kupanjatkan doa-doa seperti yang biasa aku lakukan.

Setelah itu bersama teman yang lain berkumpul di depan masjid. Hari sudah gelap tetapi acara foto tetap dilakukan. Aku mencoba menggunakan kamera handphone, ah tidak bagus, karena memang handphone yang kumiliki kurang support di tempata yang gelap.

Dok pribadi

Rangkaian acara wisata religi berakhir di masjid Namira, sudah waktunya untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Pasuruan. Sehari yang penuh makna untuk menjalin keakraban dengan teman beserta keluarga. Berwisata ke tempat religi mempunyai nilai ibadah tersendiri.

Selain untuk mengingat para penyebar agama islam di Jawa kita juga mengetahui dan sedikit mengenal daerah tersebut. Berwisata merupakan salah satu kegiatan yang bisa menyegarkan pikiran dan kepenatan setelah sepekan bekerja yang banyak menyita tenaga dan pikiran. Semoga esok hari bekerja penuh dengan semangat baru.

emoticon-Cendol Gan
Diubah oleh nuyins 01-06-2020 08:36
kruingputih3Avatar border
alizazetAvatar border
alizazet dan kruingputih3 memberi reputasi
2
715
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.7KThread82KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.