Hello Gais!!
---------------------------------
Jumpa Lagi Dithread Zeref777
Sang Penyihir Permulaan
kali ini ane akan membahas pendidikan di indonesia. Indonesia adalah negara berkembang dengan rakyatnya yang tentunya sangat cerdas cerdas seharusnya. Kenapa ane bilang gitu? Karena, dengan kualitas pendidikan di Indonesia yang hanya begini. kenyataanya mereka masih mampu bersaing dengan orang orang berprestasi dari negara maju. Apa lagi jika kualitas pendidikan di Idonesia itu seperti di Finlandia. Mungkin orang Indonesia akan memimpin penelitian apapun di segala aspek
Ini beberapa poin yang menurut ane masih harus di perhatikan gais.
Efisiensi Sistem Full Day
Quote:
Ngomong ngomong soal pendidikan di Finlandia, di sana jam belajar tidak sepajang di Indonesia loh gais. Disana tidak ada itu yang namanya full day. Karena mereka lebih mementingkan kualitas dari pada kuantitas. Berbeda dengan di Indonesia yang memilih untuk full day yang memiliki durasi lebih lama. Sehingga saat tiba hari sabtu dan minggu mereka dapat libur. Lalu, sebenarnya fungsi full day itu apakah menambahkan durasi agar banyak materi yang terserap atau menambah satu hari libur saja? dan apakah sistem seperti ini itu keinginan pengajar atau yang di ajar?
Karena menurut ane, setiap orang itu memiliki standar daya serap ingat masing masing. Jadi tidak mungkin semua materi yang di sampaikan seharian akan diingat mereka begitu saja. Belum lagi mereka harus mengerjakan PR setelah mereka tiba di rumah. Kondisi otak anak seakan akan di tuntut untuk bekerja sangat keras. Mungkin kebijakan full day ini diadopsi dari jepang yang notabennya negara maju. Tapi bagi ane sistem ini harus di tinjau kembali.
Orang Tua Yang Terlalu Menuntut Namun Tidak Menuntun
Quote:
Pendidikan itu bukan soal sistem pengajaran dan anak saja. Tapi orang tua juga sangat berperan penting. Apa lagi tingkat moral kesadaran pelajar dan orang tua di jepang dengan di indonesia itu berbeda. Pelajar Indonesia ini banyak melakukan pendidikan karena terpaksa. Apa lagi saat menempuh bangku kuliah. Kebanyakan mereka di paksa orang tua untuk masuk ke perguruan tinggi dengan jurusan yang menjanjikan di mata mereka. Seperti jurusan tehnik.
Sedang jurusan yang kurang berpotensi di mata orang tua itu seperti Filsafat, puisi, seni dll. Padahal jurusan itu seharusnya malah dapat membuka lapangan kerja baru dengan inovasi yang lebih fress. Para orang tua ini seakan mengabaikan minat anak dan cita cita anak.
Acuan Standar Nilai Dan Ujian Nasional
Quote:
Standar nilai yang mengagumkan yaitu dengan standar nilai 70. Padahal nilai Matematika anak SMA di seluruh Indonesia yang dapat 70 hanya sekitar 12% saja. Dan sisanya saya yakin mereka dibantu oleh oknum sekolah. Seperti pembagian kunci jawaban atau apalah. Bukankah yang seperti ini mengajarkan anak untuk malas? bukan hanya anak, guru pun tidak akan memiliki greget.
Mereka sudah berfikir bahwa semua siswanya akan mendapat nilai bagus dan lulus. Tanpa memikirkan lagi, apakah murid yang diajarinya itu mengerti atau tidak. Karena patokan keberhasilan, menurut mereka adalah ujian nasional. Jadi selain itu seakan akan mereka tidak punya hasrat.
Tidak Adanya Lembaga Pendeteksi Bakat
Quote:
Kurangnya deteksi dan pembentukan potensi bakat anak. Seharusnya sejak lulus SD harusnya ada bimbingan untuk memperjelas bakat anak. Sehingga orang tua dan anak dapat memahami apa yang sebenarnya mereka miliki. Jangan hanya penambahan materi saja. Jika sejak SMP mereka sudah mengetahui bakat dan minat mereka di jalur pendidikan, maka ketika masuk SMA mereka sudah menyadari jati diri masing masing dan pastinya akan lebih mudah untuk memeperdalam ilmu di jalan bakat mereka.
Tentunya jika mereka menyadari apa yang mereka miliki, mereka akan memilih itu dengan bahagia tanpa terpaksa. Lalu hingga saatnya tiba masuk bangku kuliah, mereka sudah dapat mempresentasi bakat dan minat mereka ke orang tua dengan jelas. sehingga hati para orang tua juga pasti akan lebih lega dan percaya kepada anak.
Sampai Jumpa
......................
Sumber pict : google