• Beranda
  • ...
  • Education
  • 3 Pola Pikir yang Keliru Terkait Pendidikan dan Sebaiknya GanSis Hindari

saiful203Avatar border
TS
saiful203
3 Pola Pikir yang Keliru Terkait Pendidikan dan Sebaiknya GanSis Hindari


Pendidikan adalah suatu proses yang harus dimiliki setiap manusia terutama generasi muda di Indonesia. Tanpa adanya pendidikan, setiap manusia tentunya tidak akan mengenal dunia ilmu yang sangat luas, tidak mampu mengenal jati dirinya lebih dalam serta akan merasa kesulitan dalam menentukan tujuan hidupnya di dunia ini.
Di zaman ini, semakin banyak masyarakat Indonesia yang berlomba-lomba untuk mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Bukan hanya dari golongan orang kaya, bahkan orang dengan keadaan ekonomi yang kurang baik pun juga turut serta untuk menyelesaikan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Apa yang mereka inginkan dari hal ini? Tentunya setiap orang yang menempuh pendidikan berangkat dari tujuan yang berbeda-beda. Mulai dari keinginan memiliki karir yang luar biasa di masa depan, ingin membanggakan orangtua karena prestasinya, hingga keinginan untuk mengenal lebih luas ilmu yang dipelajarinya untuk memberantas kebodohan dan bermanfaat bagi orang lain..
Dilihat dari proses selama menempuh pendidikan, setiap orang juga memiliki persepsi dan pola pikir yang beraneka  ragam mengenai hal-hal yang penting dan tidak penting yang harus dimilikinya untuk mencapai tujuan dan keberhasilan yang diinginkan dalam dunia pendidikan.
Nah, dalam thread kali ini TS akan membahas mengenai jenis-jenis pola pikir keliru yang  perlu dihindari karena akan menghambat tercapainya keberhasilan GanSis dalam dunia pendidikan versi TS.

1. Beranggapan bahwa kecerdasan intelektual dan nilai yang tinggi adalah faktor utama yang bisa membawa keberhasilan dalam pendidikan





Dalam dunia akademis, tak sedikit dari kalangan peserta didik dalam suatu lembaga tertentu yang menganggap bahwa kecerdasan intelektual dan nilai di sekolah sebagai tolak ukur yang paling menentukan sukses tidaknya dirinya dalam pendidikan.
Bahkan banyak juga dari kalangan pengajar maupun orangtua murid yang menganggap kecerdasan intelektual yang tinggi dan nilai yang bagus sebagai hal utama yang harus diraih selama menempuh pendidikan di sekolah namun tidak terlalu memperhatikan pengembangan kecerdasan emosional, minat, serta bakat yang terpendam dalam dirinya. Betulkah begitu?
Dikutip dari okezone.com, terdapat suatu riset yang dilakukan Carnegie Institute of Technologyyang menyatakan bahwa peran kemampuan humanis seperti kepribadian, kemampuan berkomunikasi, bernegosiasi dan kemampuan dalam kepemimpinan (leadership) terhadap kesuksesan finansial sebanyak 85 persen, sedangkan pengetahuan teknis atau kemampuan intelektual hanya sebanyak 15 persen. Hal ini juga sangat mungkin berlaku dalam dunia pendidikan. Sedangkan para psikolog pada umumnya juga sepakat bahwa peran kemampuan intelektual (IQ) terhadap keberhasilan seseorang hanya berkisar 10-25 persen, sementara faktor penentu yang lebih besar terletak pada minat, bakat, kecerdasan emosional (EQ) dan sebagainya.
Kendati demikian, bukan berarti kecerdasan intelektual berupa teori dan sebagainya bisa kita abaikan, IQ ataupun EQ sama-sama tetap saling melengkapi untuk keberhasilan pendidikan seseorang. Yang terpenting bisa lebih memperhatikan pengembangan kemampuan emosional daripada intelektual.


2. Berpikir bahwa pendidikan moral dan spritual tidak lebih penting daripada penguasaan materi pelajaran di sekolah





Pola pikir yang cenderung lebih memperhatikan dan memprioritaskan penguasaan materi pelajaran di sekolah daripada pengembangan dalam pendidikan moral dan spiritual juga sering dialami banyak peserta didik, guru, bahkan wali murid. Anggapan ini tentunya kurang tepat, sebab kecerdasan yang tinggi jika tidak diimbangi dengan pengembangan moral dan spiritual pada peserta didik hanya akan sia-sia. Dengan tingginya kualitas moral dan spiritual, maka peserta didik akan memanfaatkan penguasaan ilmu yang sudah diperoleh di sekolah ke arah yang positif dan bermanfaat bagi orang lain serta mampu menjalani kehidupan sehari-hari dengan akhlak atau budi pekerti yang baik kepada orangtua, guru maupun sesama teman seperti berperilaku jujur, saling menghormati, saling menghargai, tolong-menolong dan sebagainya. Pendidikan moral dan spiritual tentunya perlu diterapkan sedini mungkin dengan cara orangtua dan guru bekerja sama dalam hal tersebut.

3. Beranggapan bahwa pendidikan hanya bisa didapatkan dari lembaga pendidikan formal seperti SD/MI, STLP, SLTA, dan Perguruan Tinggi





Yang terakhir adalah anggapan bahwa pendidikan hanya bisa didapatkan di lembaga-lembaga formal seperti SD/MI, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi. Apa benar demikian? Menurut TS, anggapan tersebut kurang benar dan sebaiknya kita hindari pola pikir tersebut. Karena mayoritas siswa saat belajar di sekolah, mereka lebih banyak menghabiskan waktunya hanya untuk belajar ilmu-ilmu teori, sedangkan saat di luar sekolah, mereka lebih leluasa untuk mempraktikkan apa yang sudah didapat selama di sekolah serta bisa belajar sesuai dengan minat dan bakat mereka. Terlebih lagi saat sudah berstatus mahasiswa, kegiatan kuliah di kampus bukanlah hal utama yang paling menentukan kualitas pendidikan seorang mahasiswa, namun lebih kepada keaktifannya di luar kegiatan kuliah, seperti dengan mengikuti organisasi di kampus untuk mengasah kemampuan dan skill kita dalam suatu bidang maupun kegiatan lain yang juga mengandung  unsur pendidikan di masyarakat sekitar. Dengan hal ini, masa-masa menjadi mahasiswa disebut sebagai agent of change.
Meski begitu, bukan berarti pendidikan di lembaga pendidikan formal sama sekali tidak penting. Dan bukan berarti seorang pemuda yang putus sekolah dan tidak lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi akan kehilangan kesempatan untuk belajar dan membentuk karakter yang baik. Belajar itu dimana saja dan tidak harus di lembaga formal.
Pendidikan di dalam maupun di luar sekolah sama-sama penting. Yang perlu kita pahami hanyalah bagaimana menyikapi dan menyesuaikan antara keduanya.
Nah, itulah beberapa pola pikir yang keliru terkait pendidikan dan sebaiknya kita hindari supaya proses pendidikan dimanapun kita belajar akan terasa lebih nyaman dan lebih mudah dalam menentukan tujuan dan meraih cita-cita. GanSis ingin menanggapi? TS tunggu di kolom komentar ya.

Referensi :
Disini
Disini
Disini
0
272
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Education
Education
icon
22.4KThread13.4KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.