Itu hampir sama dengan zonasi. Bukannya belum merata, tapi memang sekarang masih ditata biar nanti hasilnya enak dipandang mata.
Kurikulum 2013 yang pengen memandirikan siswa masih dikira membebani siswa. Padahal ane nenteng cucian aja ga langsung angkat cucian sebaskom. Mulai dari angkat ember kecil dulu, kalo udah terbiasa lalu meningkat bawa yang ukuran sedang, baru setelah itu ane bisa gotong cucian sebaskom gede.
Bayangkan pas ane masih kecil, masih bawa cucian seember kecil lalu ada orang bilang "Kasihan tuh anak, badan kecil gitu disuruh angkat - angkat yang berat". Gimana coba.


Itu tak beda jauh dengan k-13. Bukannya menyengsarakan murid, tapi memang sekarang dilatih beraktivitas lebih padat biar nanti kuat.
Sistem akselerasi yang pengen menyetarakan kemampuan siswa masih dipikir memangkas waktu belajar. Padahal ane ke warung di ujung gang sana jalan kaki. Sementara ada tetangga ane ke warung yang sama naik motor. Ane baru jalan beberapa langkah, dia udah sampe warung duluan. Masa ane bilang "Wah curang tuh, kaki ane capek buat jalan sedangkan dia enak - enakan ngebut". Gimana coba. Lah ane bisanya jalan kaki, dia bisanya naik motor.


Itu gak beda jauh sama sistem akselerasi. Bukannya memangkas waktu belajar siswa atau pilih kasih, tapi memang proses transfer pengetahuan ke anak didik tidak harus sama, ada yang ekspres ada juga yang selow.
Tapi berhubung ane bukan pendidik, juga bukan peserta didik, maka ane ga tahu bagaimana situasi di sekolah dan kampus. Ane cuma bisa lihat dari berita dan cerita mereka yang terlibat langsung dalam proses pendidikan. Maka dari itu, yang bisa ane lakukan sekarang hanya berharap pendidikan Indonesia, bagaimanapun sistemnya, apapun kurikulumnya, siapapun pengajarnya mampu menjadikan ane, keluarga ane, anak ane, dan warga Indonesia sebagai masyarakat yang terdidik. Yang ane maksud pendidikan adalah:



Jadi, biarlah zonasi dikatakan belum efektif, kurikulum disebut melelahkan siswa, sistem akselerasi dikira membedakan siswa, yang penting kita kembali sadar bahwa semuanya merupakan proses yang harus dijalani setahap demi setahap oleh setiap pendidik dan peserta didik demi membaikkan generasi penerus bangsa, serta menyiapkan mereka meraih masa depan sesuai dengan jalan hidup mereka sendiri, sehingga cita - cita yang tersurat dalam UUD 1945 "mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara" tidak dijalankan dengan ngoyodan grusa - grusu tapi kita nikmati dengan lebih enjoy en adem.
Kayak naik kereta. Agan bisa duduk en menatap ke luar jendela, bertanya - tanya berapa lama lagi sampe tujuan, yang pada akhirnya bikin gelisah. Atau agan bisa duduk sambil dengerin musik, main game, nonton film, bisa juga ngobrol dengan penumpang lain yang pada akhirnya agan menikmati perjalanan dan tiba - tiba "Wah sudah sampe, ga kerasa ya".


Yang penting bukan tujuan tercapai atau tidak, tapi saat proses mencapai tujuan itu menikmati atau menjalani dengan setengah mati. Yang penting bukan sukses atau gagalnya sistem pendidikan, tapi bagaimana caranya supaya setiap aktor pendidikan sama - sama enjoy dalam memainkan peran.
Apalah artinya indeks kemajuan bangsa meningkat kalau pas dilanda masalah orangnya rentan stres dan gampang gupuh. Tapi apalah masalahnya menjadi negara berkembang kalau pas dilanda kekeringan orangnya jarang mengeluh dan tetep adem ayem. Maka menikmati proses itu penting, dan ane rasa itu sejalan dengan pepatah Jawa yang bilang "alon - alon asal kelon".

Sumber foto:Foto 1 Foto 2 Foto 3 Foto 4