Halo Gan, Sist. Ane kali ini hadir mau bawain tentang kebaya. Di Indonesia, siapa yang ngga kenal dengan pakaian yang satu ini? Yups, kebaya! Kebaya merupakan pakaian adat di beberapa wilayah di Indonesia. Tentu saja dengan desain dan model yang berbeda-beda.


Di Jogja sendiri, dikenal beberapa model baju kebaya. Yang sedang trend saat ini adalah kebaya kutu baru. Kebaya model ini memang luwes untuk dipakai siapa pun, dengan bentuk tubuh seperti apa pun. Pinter-pinternya sang penjahit juga, sih, hahaha.


Dulu, nenek ane adalah pemakai kebaya. Setiap hari beliau memakai kebaya. Kebaya ini dipadu dengan jarit dan stagen. Jadi cara pakainya, jarit dipakai lebih dulu, kemudian baru stagen. Fungsi stagen ini sendiri, selain sebagai sabuk agar kain tidak melorot, juga agar perut terlihat singset, ramping. Bayangkan, nenek ane seorang penjual nasi gudangan, harus membawa dagangan ke pasar dengan memakai pakaian seperti itu. Ribet? Kita lihatnya sih iya, tapi ketika beliau ane tanya, jawabnya enggak! Beliau sangat nyaman memakai kebaya. Beliau memakainya sejak gadis, jaman kolonial Belanda, hingga bercucu lima!


Lain dulu lain sekarang. Dengan adanya kemajuan teknologi yang menuntut serba praktis dan cepat, sekarang tergeserlah jarik dan stagen. Orang lebih memilih memakai korset agak terlihat langsing, juga lebih praktis. Kebaya sendiri sakarang tak hanya dipadu dengan kain jarik, tapi bisa dipadu dengan rok batik, atau kalau di Jogja biasa disebut "jarik jadi". Bisa juga dipadu dengan rok katun, atau celana.





Ane sendiri nih, Gan, Sist, lebih sering memadu kebaya dengan celana legging, lalu di luarnya pake jarik yang dilipat jadi dua, kemudian dibelit dan diikat di samping, jadi pakai jarik hanya sampai di atas lutut. Keren deh pokoknya. Bukan untuk gegayaan sebenarnya, tapi biar bisa lebih leluasa bergerak, kan ane lumayan banyak gerak.





Jika dulu kebaya biasa dipadu dengan konde, baik itu sanggul dari rambut sendiri ataupun rambut palsu(kami menyebutnya cemara), sekarang kebaya bisa dipadu dengan gaya rambut apapun. Mulai dari sanggul modern, sampai hijab. Tetap tidak mengurangi estetika dari pemakai kebaya. Ane sendiri lebih suka memadu kebaya dengan tatanan rambut kepang dua, ala-ala gadis desa.



Ane sangat senang pake kebaya ini, Gan, Sist. Ane cinta banget ama kebaya. Saking cintanya nih, Gan, ane biasa pake kebaya dalam kegiatan apa pun. Di sekolah anak ane atau pun di rumah, ane sering diminta tolong untuk "menyutradarai" sebuah pementasan. Di setiap pementasan, ada ciri khas yang ane sisipkan, yaitu, kebaya dan musik Jawa.





Ane ingin mengenalkan dan menumbuhkan cinta pada pakaian kita sendiri. Ane ingin mereka seperti ane, bangga memakai kebaya. Ada rasa bangga dan kepuasan tersendiri saat ane lihat anak kecil dan gadis-gadis muda itu nyaman memakai kebaya. Mereka tampak cantik dan anggun. Belum lagi saat mereka bergerak gemulai sesuai irama musik, pasti akan timbul decak kagum. Sudah beberapa pementasan yang ane garap, yang semuanya dapat standing applause. Bahkan mereka pasti menunggu saat kelompok ane pentas. Oh iya, meskipun kadang ane di balik layar, tapi pada saat pementasan, ane pun turut pake kebaya lho.







Di Jogja sendiri, ada yang unik terkait kebaya. Sejak beberapa tahun lalu, setiap Kamis Pahing, seluruh pelajar, dan juga Pegawai Negeri Sipil di kedinasan wajib memakai baju adat gagrak Jogja. Yang wanita memakai kebaya, dan yang lelaki memakai surjan atau beskap. Yang menarik, anak sekolah biasa memadukan kebaya dengan sepatu kets, bukan hanya dengan selop saja.



Kebaya, si luwes yang mampu bertahan melawan gejolak mode yang up to date setiap harinya. Bukannya hilang tergerus masa, tapi dia semakin bersinar dengan keluwesannya yang bisa dipadu padankan dengan berbagai style busana, juga bisa dipakai di segala acara, maka, tak banggakah kau bila memakainya?

Oh iya, semua foto ini merupakan dokumentasi pribadi ane, ya Sist. Tuh coba lihat, keren 'kan pake kebaya?

Jogja, 19 Agustus 2019

Terima kasih.