ebipoAvatar border
TS
ebipo 
Hanmars Sendang Bunton



Pelantikan Calon Bantara Penegak
- Hanmars Sendang Bunton -



Ilustrasi


Semilir angin siang hari menemani Juna saat berada diatas mobil truk yang mengangkut 20 orang anggota pramuka dari SMK Tunas Harapan, dimana mereka semua akan menjalani pelantikan bantara di kawasan Desa Rahtawu selama 2 hari 1 malam mulai sabtu siang sampai minggu pagi. Dia yang sedang mengamati sekitar pun cuma bisa geleng-geleng kepala dengan sedikit berkecap bibir, menandakan dirinya kecewa karena diangkut menggunakan mobil bak terbuka.

Kalau tidak dibujuk sama salah satu senior bantara yang bernama Shabrina, mana mungkin ia mau mengikuti kegiatan ini. Padahal niat sebelumnya ikut ekstrakurikuler pramuka hanya untuk mengisi buku rapor dalam penilaian kegiatan organisasi. Ia pun tidak habis pikir, kenapa dirinya bisa terpilih menjadi calon bantara penegak yang akan menggantikan senior mereka?

Perjalanan dimulai pukul 13.30 dengan medan yang menanjak naik ke atas, memaksa mesin truk bekerja lebih ekstra dengan hati-hati agar stir kemudi tidak oleng. Perpindahan antar gigi persneling pun lebih terasa yang menandakan sopir berusaha memainkan ritme agar truk kuat untuk menanjak karena tempat yang dituju merupakan kawasan lereng Gunung Muria. Juna hanya bisa menunggu dan menunggu dengan wajah yang sedikit sebal.

"Penderitaan baru dimulai," ucapnya lirih.




Sekitar 1 jam 30 menit waktu tempuh perjalanan, akhirnya terlihat didepan ada sebuah gapura selamat datang yang menandakan sebentar lagi rombongan ini akan sampai tempat tujuan. Juna yang menyadari akan sampai pun malah mendapat sensasi merinding ketika mobil truk masuk lebih jauh lagi ke kawasan Desa Rahtawu, bukan karena hawa dingin pegunungan tapi sensitif kepekaannya yang lebih dari lain menandakan sesuatu gesekan aliran.

Teringat pesan Abah sebelum berangkat, ia pun segera mengucapkan salam permisi ditambah berdoa agar diberi kelancaran dalam mengikuti kegiatan dan juga tak lupa meminta agar seluruh anggota diberikan keselamatan.

Quote:


Kawasan Desa Rahtawu memang terkenal mistis sejak dulu, apalagi ditambah cerita mengenai tempat pertapaan dan pengasihan yang digunakan warga sekitar maupun luar daerah terdengar masih simpang siur dengan jelas diantara masyarakat disini. Oleh karena itu, inilah yang menjadi alasan Abah memberikan beberapa wejangan untuk mengingatkan Juna agar lebih menjaga sikap ketika sudah sampai tempat pelantikan bantara penegak.




Mesin mobil truk yang sudah tercium bau-bau gosong karena dipaksakan menanjak, entah kenapa dengan tiba-tiba sopir malah parkir dekat halaman rumput yang luas diantara rumah kosong. Juna pun berpikir sudah sampai tempat tujuan untuk berkemah, namun ternyata inilah awal dari tahap pelantikan.

"Semua harap turun dengan perlengkapan masing-masing dan baris sesuai kelompok." Suara yang terdengar dari salah satu senior saat membuka pengunci bak truk.

Perlahan dengan hati-hati semua anggota pramuka turun dari bak truk yang langsung mengambil posisi siap dalam berbaris. Ada 5 kelompok yang terdiri dari 4 orang calon bantara penegak setiap banjar. Mereka semua akan diuji tentang pemahaman pramuka, disiplin, melatih mental dan juga ketahanan fisik. Sedangkan untuk senior sendiri berjumlah 10 orang dan ditambah 3 orang pembina yang akan mengawasi lancarnya pelantikan.

"Siap... grak," suara tegas dari senior bernama Danang.

"Setengah lencang kanan... grak."

"Tegak... grak."

"Istirahat ditempat... grak."

"Selamat sore semua," ucap salah satu pembina yang menjadi pengawas pelantikan.

"Sore Pak," sahut seluruh anggota pramuka.

"Kalian pasti sudah tahu kenapa kita semua disini? Untuk apa kalian disini?"

"Bapak harap semua bisa menjadi penerus bantara penegak yang bukan hanya mengandalkan emosi belaka, belajarlah dari alam dan kembalilah menjadi generasi penerus anggota pramuka yang lebih terasah dari semua sisi." Ucap tegas pembina yang memberikan sedikit semangat sore.

"Siap... grak." Teriak Danang.

Ada salah satu senior yang bernama Naufal, ia langsung menjelaskan tahap pertama yang akan kami lakukan dengan berjalan kaki menanjak ke atas dengan jarak sekitar 300 meter secara berkelompok dengan perlengkapan masing-masing menuju ke tempat pendirian tenda yang berada di SD Rahtawu.

Juna yang mendengar perintah tersebut langsung berkoordinasi dengan kelompoknya yang terdiri dari Genta, Fafa dan Sena. Ia sedikit mengalihkan pandangan mencari satu senior yang memaksanya ikut pelantikan, dirinya malah mendapati respon dari Shabrina yang sedang melihatnya sambil tersenyum dengan tengil.

"Sip... sudah lengkap semua nih. Ingat pesanku ya." Kata Juna memastikan.

"Siap...." Sahut mereka bersama.

Jalanan menanjak ke atas yang cukup curam, membuat semua anggota pramuka mengalami sedikit kewalahan. Tumpuan lutut ditambah beban yang dibawa menjadikan otot-otot kaki menegang. Perlahan pasti, Juna beserta kelompoknya saling bahu membahu agar tidak ada yang tertinggal terutama Sena yang memiliki badan lebih lebar. Jarak tempuh menuju tempat pendirian tenda lumayan dekat tapi karena medan yang curam dan terjal, membuat langkah kaki jadi begitu berat.

Juna yang masih mengatur nafas karena terus menanjak berusaha melirik jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 16.00, sedikit lagi ia sampai dilokasi pendirian tenda yang masuk ke halaman sekolah SD Rahtawu.

"Akhirnya sampai juga," keluh Juna.

Satu per satu anggota pramuka pun terlihat memasuki gerbang depan sekolah, tak luput juga Vena sedikit menertawakan Juna yang sedang berbagi minuman dengan kelompoknya.

"Perhatian semua calon bantara penegak harap berkumpul sesuai banjar per kelompok masing-masing, dalam hitungan 5...4...3...2...1..." ucap salah satu pembina.

Juna yang baru saja meregangkan otot kaki langsung terperanjat kaget begitu mendengar pengumuman dari pembina, ia pun harus dengan cepat masuk ke dalam barisan kelompoknya.

"Tepuk pramuka," ucap pembina.

"Prok, prok, prok... prok, prok, prok... prok, prok, prok, prok, prok, prok, prok." Seluruh anggota yang melakukan tepuk pramuka secara bersamaan.

"Untuk menghemat waktu yang sudah semakin sore ini, kalian semua harus mendirikan tenda dengan masing-masing kelompok yang sudah dibagi sebelumnya. Lebih cepat semakin baik, hukuman ditanggung bersama ketika ada salah satu tenda yang belum terpasang." Ucap pembina dengan tegas.



Dengan sigap Juna mengambil kain terpal yang dibawanya tadi untuk dibentuk menjadi sebuah tenda. Melakukan pemasangan terpal agar terda berdiri tegak ditambah semua orang harus gotong royong saling bantu dan akhirnya sekitar 20 menit satu tenda sudah terpasang. Terakhir yang perlu dipastikan adalah melakukan pengecekan beberapa pasak, apakah sudah tertancap kuat dengan tanah?

Lelah penuh canda mewarnai kelompoknya Juna yang sudah mendirikan tenda, tanpa menunda waktu lagi ia langsung memasukkan satu per satu tas yang dibawa tadi. Terlihat juga kelompok lain sudah selesai dengan tendanya masing-masing.

***


Suasana malam yang begitu sunyi ditambah suara-suara hewan sudah mulai terdengar saling menyapa, hawa dingin pegunungan yang sudah mulai menusuk masuk ke dalam kulit. Pukul 22.00, Juna keluar tenda menuju api unggun yang sudah dinyalakan bersama-sama, tampak hanya sedikit anggota pramuka yang tersisa sedang bercanda ria.




Tak lupa dirinya membawa secangkir kopi panas sebagai penghangat menikmati malam yang begitu indah ini, pemandangan kawasan pegunungan yang belum tersentuh polusi cahaya membuat ia lebih bisa menenangkan diri.

"Bah...." Tiba-tiba ada yang mengagetkannya.

"Si sarip kampret," Ucap Juna kaget.

"Hihihi..." tawa meledek dari wanita dengan rambut panjang yang sudah berada tepat dibelakang.

"Dih... apaan sih Mbul, bikin kaget orang."

"Ah elah Jun biasa saja napa dah," Shabrina yang langsung ikut duduk disampingnya.

"Lihat nih lihat wahai wanita cantik bernama Shabrina, kopiku tumpah semua." Juna yang terlihat mendengus kesal.

"Bwahahaha... iya iya nih diganti kopi punyaku beb," ucapnya memberikan gelas berwarna putih.

"Ogah dah, itu susu jahe mana doyan."

"Psstt... jangan panggil beb napa!" Sambung Juna.

"Maunya beb, titik!" Protesnya.

"Mau dijitak?" Posisi tangan Juna yang siap sedia.

"Boleh nih boleh, jitak yang keras ya sayang. Nanti aku tinggal laporan sama Abah." Kata Shabrina menantang.

"Ngaduan dasar."

"Biarin week... eh Jun napa belum tidur jam segini?"

"Baru bangun masa disuruh tidur lagi, kan gantian jaga patroli sesuai mandat dari senior." Ucap Juna.

"Iya sih, tapi Jun nanti sekitar tengah malam ada Hanmars loh."

"Hanmars tengah malam?" Tanya Juna yang terkejut.

"Iya Jun, nanti semua calon bantara harus melakukan Hanmars tengah malam dan tujuannya...?" Ucap Shabrina malah nyengir.

"Malah nyengir, ah elah kemana nih?" Tanya Juna penasaran.

"Sendang Bunton!" Jawaban yang membuat Juna terbelalak kaget.

"Beneran tengah malam?"

"Iya sayang, nanti akan ada uji ketahanan mental dan fisik. Salah satunya melakukan perjalanan tengah malam menuju ke Sendang Bunton." Ucap Shabrina menjelaskan.

"Kamu tahu disana ada..."
"Iya tahu kok, sudah dikondisikan juga." Kata Shabrina yang langsung memotong obrolan.

"Syukurlah," ucap Juna sedikit lega.

"Yuk tidur lagi sayang!" Rayuan tengilnya.

"Heh... ngawur nih, yuk ah bareng ya!" Ajak Juna.

"Ogah ah, sana hus hus jauhan bau!"

"Kamu ini ya!" Juna yang terlihat sebal.

Shabrina pun menyudahi obrolan karena dipanggil salah satu temannya. Ia harus segera kembali menuju tenda untuk memejamkan mata lagi walaupun hanya 1 jam. Ketika sudah masuk ke dalam tenda, dirinya malah mendapati mereka yang masih terjaga dengan main poker.

"Eh lah buset, kirain tidur semua." Ucap Juna.

"Mau gabung Jun?" Ajakan Genta.

"Gue mau tidur meremin mata," kata Juna.

"Masih belum larut, ngapain tidur sih?" Tanya Sena.

"Tengah malam nanti ada Hanmars ke Sendang Bunton." Ucapnya yang sudah memejamkan mata.

"Hanmars?" Sahut mereka.

Setelah mendapat info dari Juna, merek menyudahi permainan poker. Walaupun posisi tidur dalam kondisi udara dingin menyelimuti daerah pegunungan, sayup-sayup mulai terdengar suara dengkuran yang saling berlomba.

Tepat tengah malam pukul 00.00, semua calon bantara yang sudah terlelap langsung dibangunkan satu per satu oleh senior.

"Pritt... ayo semua yang ada didalam tenda harap bangun sekarang!" Suara Danang yang terdengar sedikit berteriak.

Juna yang merasa terganggu dengan teriakan dan suara gaduh disebelah, perlahan membuka mata dan langsung melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 00.00 tepat tengah malam. Terperanjat kaget ia baru menyadari harus membangunkan kelompoknya yang masih terlelap dalam mimpi.

"Dalam hitungan ke sepuluh semua anggota pramuka harus sudah berkumpul baris sesuai kelompok di halaman ini." Terdengar perintah yang membuat dirinya lebih kaget dan langsung bangun.

Setelah membangunkan mereka, ia beserta kelompoknya langsung menuju ke halaman yang sudah terlihat begitu ramai. Tampak pemandangan wajah-wajah orang yang dipaksakan bangun tengah malam, perasaan kaget campur aduk pun menjadi perbincangan antar anggota kelompok yang menanyakan kenapa mereka dibangunkan sekarang?



"Gimana tidurnya enak?" Tanya pembina.

"Kurang...."
"Tidak...."
"Ngantuk...." Sahut mereka yang saling jawab.

"Sekarang kalian semua akan melakukan kegiatan Hanmars menuju ke lokasi Sendang Bunton. Bapak harap saling bekerja sama dan gotong royong jika nanti ada salah satu anggota kelompok yang tidak kuat mendaki, karena medan terjal menanjak ke atas." Kata pembina menjelaskan.

Semua yang ada di halaman langsung kaget dengan kegiatan dadakan seperti ini, ditambah kondisi malam hari untuk masuk ke kawasan hutan begitu mencekam dan medan yang menanjak ke atas menjadi tantangan tersendiri. Kegiatan ketahanan mars yang disingkat Hanmars dilaksanakan untuk melatih fisik dan mental calon bantara penegak, mereka diharuskan melawan diri sendiri dalam keadaan apapun.

"Saya kasih waktu 5 menit untuk mengambil perlengkapan yang ada di tenda. Sekarang!" Aba-aba pembina.

Tanpa penghormatan bubar jalan secara formal, suasana menjadi kalang kabut bingung setiap kelompok. Juna pun hanya mengambil tongkat dan perlengkapan seperlunya terutama senter sebagai penerangan.

"Tepuk pramuka!" Teriakan pembina.

"Prok, prok, prok... prok, prok, prok... prok, prok, prok, prok, prok, prok, prok." Semua kelompok yang sudah berbaris melakukan tepuk pramuka.

Perjalanan dimulai ketika satu per satu kelompok sudah keluar dari gerbang sekolah, jarak tempuhnya sendiri memakan waktu sekitar 1 jam menuju ke Sendang Bunton.

***


"Ingat pesan gue!" Ucap Juna memperingatkan anggotanya lagi.

"Fokus jalan ke depan, jangan menoleh ke samping kanan atau kiri. Harus saling kerjasama, tidak boleh meninggalkan teman. Intinya jangan ada yang membuat masalah." Pesannya.



Medan jalanan terjal berbatu menjadi tumpuan setiap anggota pramuka yang sudah menanjak ke atas. Tengah malam yang begitu mencekam, sunyi senyap terdengar lolongan beberapa anjing seakan menyambut kedatangan rombongan ini. Selangkah demi langkah kaki yang berusaha sekuat tenaga melakukan pendakian, Juna pun berusaha tenang dan fokus agar terus bisa langsung sampai tujuan.

"Jun, ngap nih ngap mau berhenti dulu." Ucap Sena yang berbadan lebar.

"Eh, jangan berhenti dulu Ndut." Sahut Juna melarang.

"Lutut rasanya mau copot ini," Sena memelas.

"Ndut Ndut, baru juga setengah perjalanan langsung nyerah." Kata Genta.

"Makan mulu sih Ndut," ucap Fafa.

"Sini Ndut tasnya gue bawain," tawaran dari Juna.

Ia merasa ada satu entitas lain yang sedang tertarik dengan Sena, walaupun tidak terlalu bahaya tapi cukup untuk menurunkan semangat orang yang sudah terkena gesekan dengan mereka.

"Gen, Fa, kalian jalan dulu didepan. Gue mau tukar posisi dibelakangnya Ndut." Ajakan Juna.

"Siap Jun," sahut mereka berdua.

Juna pun melambatkan langkah kaki agar Genta, Fafa dan Sena bisa maju duluan. Dugaannya ternyata benar, ada satu entitas yang menempel diatas punggung Sena. Ia langsung merapalkan beberapa doa agar efek negatif yang ditimbulkan orb tersebut perlahan menghilang.

"Thanks Jun," Sena yang menyadari apa yang dilakukannya.

Estimasi waktu sebelumnya yang hanya memakan waktu 1 jam perjalanan ternyata mengalami kemunduran sekitar 30 menit. Dimana semuanya malah melambat ketika posisi mental yang turun ditambah ada beberapa orang ketakutan.



Pukul 01.30 rombongan ini tiba di Sedang Bunton, dinginnya udara pegunungan sangat menusuk ke tulang. Setelah semua sudah berkumpul sesuai kelompoknya masing-masing, senior bantara langsung menyuruh mereka menutup mata dengan menggunakan dasi pramuka. Pembina pun mengambil alih dengan memulai tahap perenungan jati diri yang menggetarkan hati.

***


Hangat mentari pagi menyapa Juna yang masih berada di Sendang Bunton, pemandangan pegunungan yang memanjakan mata ditambah dinginnya udara masih terasa menusuk tulang. Pembina dan senior melakukan apel pagi untuk meneruskan tahap kedua pelantikan yaitu tanya jawab seputar dasa dharma, kecakapan dan pengetahuan tentang pramuka. Satu per satu kelompok pun dipanggil maju ke depan untuk menjawab sejauh mana pengetahuan mereka sebagai bekal menjadi calon bantara penegak.

Pukul 07.00, semua anggota termasuk senior beserta pembina mengecek barang bawaan masing-masing karena sebentar lagi akan turun menuju tempat perkemahan yang ada dibawah. Pemandangan sekitar jalanan terjal menurun sangat kontras berbeda dengan malam hari yang begitu mencekam. Sekitar 1 jam perjalanan turun ke bawah lebih cepat karena suasana lebih bersahabat, rombongan pun langsung masuk ke halaman SD Rahtawu. Kondisi semua orang masih dalam keadaan kedinginan, Juna pun terlihat sedang mengusap kedua tangan yang menandakan butuh asupan kopi panas. Sedangkan Genta, Fafa dan Sena langsung masuk ke dalam tenda yang menandakan mereka sangat kelelahan.

"Ah... nikmat," satu teguk kopi panas menghangatkan tenggorokan Juna.

"Hmm... enak ya sendirian buat kopi!" Muncul sosok wanita berambut panjang.

"Ah elah, kamu mau ngetawain lagi." Terlihat Juna sedikit kesal.

"Dih gitu saja ngambek," sahutnya.

"Hampir mati kedinginan diatas nih tadi pagi," keluh Juna.

"Hahaha... tapi banyak pelajaran yang diambil kan Jun." Ucapnya.

"Iya juga sih Mbul, pemikiranku jadi lebih terbuka lagi." Kata juna sambil tersenyum.

Pagi yang akan berganti siang, pukul 09.00 dilakukan apel penutupan sekaligus ucapan selamat dari pembina dan senior karena semua yang ada disini telah berhasil menjadi bantara penegak.

***


Pramuka bukan hanya melatih pemahaman tentang dasa dharma dan tri satya, pramuka juga mengajarkan pentingnya dalam berorganisasi dan kerjasama. Pramuka membuat Juna tersadar harus lebih banyak bersyukur apapun kondisi yang akan dihadapinya nanti dalam masa yang akan datang. Salam praja muda karana, salam jiwa muda yang suka berkarya.

Diubah oleh ebipo 15-08-2019 07:33
alizazetAvatar border
fee.fukushiAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1K
7
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.5KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.