fiiliyahAvatar border
TS
fiiliyah
Dibawah Pohon Itu Aku Menemukan Malaikat Hidupku


Malam semakin larut udarapun semakin dingin, kutengok teman teman sudah tertidur pulas disebelahku. Namun mataku masih belum bisa terpejam, sudah beberapa kali saja aku berganti posisi supaya bisa merasa nyaman dan mengantuk.

Jarum jam terus berputar hingga kini menjunjuk ke arah angka satu, aku jadi semakin gelisah saja karna mata ini belum juga mengantuk. "Ah aku ingat", tadi aku sempat meneguk kopi hitam milik temanku Tasya karena mengantuk berat sewaktu baru tiba disini. "Duuh aku pikir kafein nya nggak akan pengaruh sampai semalam ini".

Daripadi aku semakin gelisah, akupun bergegas keluar tenda untuk manikmati udara malam itu yang sangat sejuk menenangkan jiwa. Aku hanya duduk didepan tenda.

Lima menit kemudian, lamunanku buyar ketika mendengar suara gitar yang dipetik dengan indah ditengah kesunyian malam. Terdengar pula suara pemuda yang sedang bernyanyi mengikuti alunan gitar itu. "Siapa yang menyanyi ditengah malam seperti ini" aku melihat disekeliling. "kurasa semua murid sudah tidur di tendanya masing masing." pikirku.

Akupun sedikit merinding dibuatnya, namun rasa penasaran ini membuatku untuk mencari dimana asal suara itu. Dengan sedikit rasa takut aku berjalan memberanikan diri, hingga kutemui sesosok pria dibalik pohon yang lokasinya tidak terlalu jauh dari tenda.

"Ooh ternyata dia, kakak pembina yang menolongku tadi sore sewaktu kekunci di toilet, huh leganya...."

"haii kok bengong sih, sini duduk" dia menyapaku lebih dulu

Akupun duduk disampingnya

"Kamu kenapa belum tidur jam segini, besok bangun pagi loh".

"Kakak sendiri juga belum tidur, malah gitaran mana nanyi pake lagu galau seperti orang sedang rindu" pungkasku.

"Tidak sopan jika ditanya malah balik tanya"

"Iya maaf kak, aku nggak bisa tidur gara gara tadi sore minum kopi"

"Ada ada saja kamu ini, minum kopi nya kan tadi sore, kenapa nggak bisa tidur sampai sekarang.

"Ya aku juga tidak tahu, btw kakak yang tadi sore nolongin aku sewaktu kekunci ditoilet kan?"

"oh itu kamu?" jawabnya singkat.

"Iya kak, terimakasih ya tadi nggak sempat bilang karna buru buru"

Dia hanya menganggukan kepala seraya membalas ucapanku.

"Siapa namamu?"

"Reina kak"

"Reina, apa kamu suka menyanyi"?

"Tidak begitu" jawabku singkat.

"Lalu kenapa kamu kemari"

"Karna aku suka mendengarkan orang menyanyi"

"Mm baiklah, kamu diizinkan melihat pertunjukanku"

"Memangnya untuk melihat kakak menyanyi harus dengan seizinmu" aku tertawa kecil.

"Tentu saja, karna tidak semua orang bisa melihat pertunjukanku"

Aku hanya memerhatikan sosoknya selama ia memainkan gitarnya dengan penuh penghayatan, aku terbuai dengan suaranya yang nyaring. Membuat suasana malam itu begitu berbeda.

Kami berbincang bincang cukup lama saat itu, dan kini kami kembali ke tenda masing masing untuk tidur.

"Suaranyaa.. Karismanya..
Aku terpesona dengan sosoknya yang hangat." Sejenak aku terpikirkan olehnya
sewaktu kembali ketenda

Ahh apa yang aku pikirkan lebih baik aku tidur saja besok masih banyak kegiatan.


Fajar telah berlalu, Matahari mulai menampakan diri dari ufuk timur. Kami sudah bangun sedari tadi dan bergegas melanjutkan kegiatan yang sudah dijadwal.

Aku teringat dengan kejadian semalam yang membuatku tersenyum senyum sebelum tidur layaknya remaja yang sedang jatuh cinta.

"Duh sayang sekali semalam aku lupa menanyakan namanya."

"Reiin... Kamu tadi ngomong sama aku, ngomong apa barusan aku tidak dengar jelas". Tanya Tasya yang ternyata mendengar ucapanku tadi

"Tasya apa kamu tau nama kakak pembina itu?" jari telunjuku menunjuk pada seorang pria bertubuh tegap yang sedang membenarkan tenda yang kami kenal sebagai kakak pembina

"oh itu Kak Abbi, Abbi Yoga Widhatama. Memangnya kenapa kamu menanyakan dia, kamu jatuh cinta sama dia..? Aku sarankan lebih baik jangan dekati dia, dia orang yang sangat dingin, susah untuk mengambil hatinya".

Pria berusia 24 tahun ini menjadi idola para siswi disekolah kami, lantaran wajahnya yang tampan dan sikapnya yang dingin namun bijaksana

"Memangnya kamu tau dari mana dia orang yang dingin. Aku rasa itu tidak benar Sya"

Semalam aku baru saja mengobrol denganya cukup lama dan aku pikir dia orang yang sangat asyik." ucapku dalam hati.

"Semua murid tau Rein, tapi meskipun begitu banyak pula siswi yang menaruh hati padanya dan mencoba mendekatinya. Itu sebab perkataanku tadi sebaiknya kamu juga tidak jatuh cinta padanya"

"Ya wajar saja aku tidak tahu, aku kan murid baru disini"

"Ya tadi aku kasih tau Rein, sudah.. lebih baik kita selesaikan cuci piringnya dengan cepat setelah ini kita akan siap siap untuk kegiatan selanjutnya" .

Pandangaku masih tertuju pada kakak pembina itu yang Tasya sebut kak Abbi namanya. Aku mencoba menghampirinya sewaktu ia sedang merapikan sekililing tenda seusai sarapan.

"Aku bantu sedikit ya kak" aku memberanikan diri menyapanya lebih dulu.

"Terimakasih, tapi sebaiknya tidak usah" jawabnya singkat.

"Tidak apa apa kak, aku hanya ingin membantu karna tugasku sudah selesai."

"Ya sudah kamu bersihkan saja disebelah sana sampai selesai"

Akupun mengangguk menuruti perintahnya.

Setelah beberapa saat kami mengerjakan tugas bersama, tidak ada obrolan apapun diantara kami. Aku heran dengan sikapnya, semalam kita berbincang cukup akrab layaknya teman yang sudah lama kenal. Tapi mengapa sekarang sikapnya sangat berbeda jauh, persis seperti yang dikatakan Tasya barusan.

"Kak sebelah sana sudah selesai"

"Ya sudah kamu boleh pergi"

"Maaf kak Abbi" aku bingung untuk menanyakan soal semalam

"Iya apalagi ?, oooh terimakasih sudah membantu"

"Iya sama sama kak, tapi bukan itu maksud aku, apa nanti malam kakak akan bermain gitar lagi?"

"Tentu saja, seperti biasa aku akan memainkanya"

"Oke kak aku tunggu nanti malam yah" jawabku dengan perasaan yang gembira dan berlalu meninggalkan kak Abbi.

"Apa maksudnya aku tunggu, tentu saja aku akan bermain gitar bersama kalian saat acara api unggun seperti semalam. Hmm dasar bocah sok akrab" gumamnya.


Acara kemah kami dihari kedua berjalan lancar, ini adalah malam keduanya. Sama seperti malam kemarin, setelah makan malah kami duduk melingkar didepan api unggun dan bernyanyi ria. Diiringi dengan alunan gitar yang indah, suara salah satu murid lain yang lantang membuat suasanan acara tersebut semakin meriah dan menggembirakan.

Namun aku heran dengan kak Abbi, dia kan bisa bernyanyi kenapa dia tidak ikut bernyanyi, padahal menurutku suaranya lebih bagus daripada orang lain yang menyumbang lagu saat itu. Dari kemarin dia hanya bermain gitar saja tanpa menyuarakan suaranya untuk bernyanyi. Ahh mungkin ia kurang percaya diri, pikirku.

Setelah selesai semua kegiatan malam itu, kami masuk ke tenda masing masing untuk tidur. Rasanya lelah sekali hari ini hingga aku ingin segera tidur, ketika baru saja ingin memejamkan mata tiba tiba aku mendengar alunan gitar yang persis seperti kemarin. "Itu pasti Kak Abbi" pikirku. Rasa kantuku pun segera berlalu.

Ternyata dia tidak ingkar pada janjinya yang ia ucapkan siang tadi, dengan perasaan yang gembira aku segera keluar tenda untuk menghampirinya.

" Kak Abbi... " panggilku dengan senyuman sumringah terlukis diwajahku.

"Haii.. " ia menoleh kearahku dan membalas senyumanku.

Akupun duduk disampingnya.

"Apa aku membangunkanmu Rein?" ia bertanya masih dengan memainkan gitarnya.

"Sebenarnya tadi aku baru saja mau tidur, tapi rasa kantuku seketika hilang setelah mendengar suaramu dan petikan gitarmu. Tapi tidak apa apa, karna sejujurnya aku juga menunggumu.

"Benarkah begitu?"

"Iya, kan tadi siang kakak bilang akan bermain gitar lagi disini. " aku menjawabnya dengan lembut

"Kalau begitu sekarang beri aku satu lagu yang mewakili perasaanmu saat ini"

"Mmm baiklah aku request lagu nya Tulus yang berjudul Teman Hidup" pintaku..

"Baiklahlah kita nyanyi sama sama yah "

"" Kau jiwa yang slalu aku pujaaa..." begitulah akhir kalimat dalam lagu itu yang kami nyanyikan bersama.

"Reina boleh aku bertanya padamu ? "

"iya silahkan"

"Ini adalah malam terakhir kita disini, apa kau akan merindukan saat saat seperti ini denganku...? "

"Tentu saja, mungkin kita bisa melakukanya lagi dilain tempat kan "

"Tapi tidak akan seindah ini dan aku tidak berjanji"

"Kak Abbi aku sungguh tidak mengerti apa maksudmu"

"Kamu akan mengerti jika sudah waktunya Rein" ia menatapku dengan hangat.

Akupun membalas tatapanya dengan seksema, saat itu hatiku merasa terguncang. Aku tidak mengerti perasaan apa itu. Mengapa aku merasakan kesedihan yang mendalam seperti akan melepaskan orang yang sangat kusayangi. Sunggguh aku tidak mengerti apa maksud ucapnya tadi, ia bersikap seolah kita tidak akan bertemu lagi.

Kami saling menyandarkan kepala, aku merasa sangat nyaman saat itu.

"Rein.., apa kamu sangat bahagia saat ini..? "

"Apa aku harus menjawab pertanyaan itu, aku rasa kakak tahu jawabanya"

"Baiklah, kalau begitu tolong simpan ini untuku" ia memberikan secarik kertas yang dilipat rapi.

"Jika kamu ingin tau apa isi dalam kertas ini, jangan pernah kamu membukanya sebelum ada oranglain yang membukakan untukmu atau nanti akan hilang tulisan itu dan kamu tidak pernah tau apa yang ada didalamnya "

"Iya aku mengerti, aku berjanji padamu"

"Reina ini sudah saatnya aku pamit, jaga dirimu baik baik. Seseorang yang membukakan surat itu untukmu adalah sosok pria yang akan menjadi Malaikat dalam hidupmu"

"Apa maksudmu pamit, dan kenapa tidak kakak saja yang menjadi Malaikat hidupku"

"Maaf Rein aku tidak bisa" ia berdiri didepanku dan seketika cahaya terang datang membawanya perlahan pergi.

"Tidak, jangan pergi jangan tinggalkan aku kak, Kak Abbiii.... "

" Rein.. Reina bangun hey bangun..." seperti ada seseorang yang menepuk pipiku dan akupun membuka mataku.

"Reina kenapa kamu tidur disini, apa yang kamu lakukan aku mencarimu sejak tadi. Ayo kita masuk tenda, disini sangat dingin"

Spoiler for :


Tasya menemukanku tertidur dibawah pohon, ia tersadar telah kehilangan teman disebelahnya saat malam begini.

Saat hendak masuk ketenda aku melihat Kak Abbi yang sepertinya juga akan masuk ke tendanya. Aku menghampirinya.

"Kak abbi.. Kenapa kakak tega sekali membiarkanku tidur sendiri disana" tanyaku kesal.

Namun ia hanya menatapku bingung dan tidak bergeming.

"Maaf kak Abbi, mungkin teman saya sedang ngelindur, permisi kak" Tasya menjawabnya

"Tapi aku tidak ngelindur Tasya.. tadi kami berdua ada disana"

"Sudahlah Rein.. Ini sudah malam ayo masuk ke tenda dan tidur lagi" Tasya menariku pergi dari kak Abbi dan masuk ke tenda.

Aku rasa ada yang berbeda dengan Kak Abbi, tadi dia tidak memakai pakaian itu, mungkin ia sudah ganti baju pikirku dan akupun melanjutkan tidur didalam tenda.

Hari sudah berganti siang, kami bersiap siap untuk pulang. Saat aku sedang mengemas barang barangku, aku menemukan secarik kertas pemberian kak Abbi disaku pakaian yang kukenakan semalam. Aku mengingat kejadian semalam, kertas ini nyata tapi kejadian semalam mengapa terasa saperti mimpi.

Kini kami sudah didalam bus untuk meninggalkan tempat ini, aku dan Tasya duduk dikursi paling belakang. Tak kusangka Kak Abbi duduk disebelah kananku.

"Maaf kak abbi, semalam kenapa kakak tega sekali meninggalkan ku tidur sendirian dibawah pohon itu. " aku memberanikan diri untuk bertanya.

"Rein.. Apa maksud kamu bicara seperti itu. Setelah acara api unggun semalam saya keluar tenda hanya untuk buang air saja dan tidak menemuimu dipohon apapun. Kenapa kamu bersikap seakan kita akrab. Bahkan kita tidak pernah mengobrol sebelumnya.

"Kenapa kakak tega sekali berbicara seperti itu, semalam jelas sekali aku ingat kita duduk berdua dan bernyanyi dibawah pohon itu dan kita cukup akrab."

"Mungkin yang kamu alami hanya mimpi Rein" Tasya coba menjelaskan.

"Tidak Tasya, semalam aku ingat jelas Kak abbi memberikanku ini" aku mengeluarkan secarik kertas dari dalam saku.

"Kertas ini adalah bukti yang aku alami semalam memang nyata, kak Abbi menitipkan surat ini padaku. Sesuai dengan permintaanmu untuk tidak membukanya jadi aku tidak tahu apa isi surat itu" kak Abbi mengambil kertas itu dan membukanya


Quote:


"Ari Yoga Widhatama ?, siapa itu namanya mirip dengan nama kak Abbi hanya nama depanya saja yang berbeda."

"Reina apa ini pria yang kamu maksud" ia memperlihatkan foto dirinya dari Hpnya.

"Iya saat aku bertemu denganmu, kau hanya mengenakan sweater yang sama persis dengan apa yang kakak pakai difoto ini"

Seketika kulihat wajah kak Abbi memucat dan tertunduk lesu, aku tidak tahu apa maksudnya.

"Rein, pria yang kamu temui sejak kemarin bukanlah saya tapi Ka...

"Kak Ari" aku memotong ucapan kak Abbi seketika aku melihat sosok yang mirip denganya diluar tapi bukan yang ternyata adalah kak Ari. Aku melihatnya dari jendela kanan, ia masih sama dengan sweater yang dikenakanya sejak kemarin. Terlihat ia melukiskan senyuman diwajahnya dan melambaikan tangan kepadaku, seraya mengucapkan selamat tinggal padaku.

Spoiler for Kak Ari:


Aku hanya bisa melihatnya dari dalam bus, untung saja saat itu bus yang kami tumpangi masih berjalan pelan, sehingga aku bisa melihatnya beberapa saat sebelum ia tak terlihat setelah bus melaju jauh.

"Kak Ari kembaranku Rein, dia sudah tenang di Syurga" lanjut kak Abbi yang saat itu juga melihat sosok kembaranya.

Hatiku terenyuh, aku merasakan kesedihan yang teramat dalam seakan kehilangan sosok yang sudah lama kusayangi. Kini aku mengerti akan kejanggalan diantara kami sejak kemarin.

Kak Ari, bagiku kau adalah sosok Malaikat yang penuh kasih. Aku hanya bisa mendoakanmu agar kau didampingi Malaikat pendampingmu di singgasana.

Aku teringat dengan ucapanya, bahwa pria yang membukakan surat itu adalah sosok yang akan menjadi Malaikat dalam hidupku. Sejenak aku melihat sosok kak Abbi disebelahku yang juga ternyata sedang menatapku. Kulihat tatapan itu seraya mengerti akan maksudku.

Quote:
KnightDruidAvatar border
anasabilaAvatar border
someshitnessAvatar border
someshitness dan 9 lainnya memberi reputasi
10
2.8K
41
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.