Seperti yang udah gembar-gembor dikabarin beberapa pekan terakhir, Romelu Lukaku merapat ke Inter Milan dari Manchester United. MU setuju melepas bomber Belgia itu dengan harga di kisaran 73 juta pound.

Transfer ini membuat Setan Merah kehilangan penyumbang 42 gol dalam 96 partai di dua musim terakhir. Satu lubang pun menganga di lini depan MU seiring kepergian Lukaku.


Romelu Lukaku, resmi ke Inter Milan. (Inter.it)

Namun, transfer sang bomber ke Inter justru bisa menguntungkan Man United sendiri. Berikut 4 alasan kenapa Setan Merah emang kudu menjual Lukaku.

1. Ga cocok sama gaya main Solskjaer

Pelatih Ole Gunnar Solskjaer punya gaya yang jelas dalam kepalanya bagaimana menyusun strategi permainan dan harus diakui Lukaku tidak cocok dengan racikannya.

Saat masih jago-jagonya di Everton, Lukaku menyeramkan bagi lawan karena kemampuannya mengacaukan pertahanan dengan kecepatan, dribel, dan kekuatan fisik meski posturnya terbilang jangkung.

Dia juga tak segan mundur agak ke belakang untuk menjemput bola, merebut dari lawan, untuk kemudian melakukan penetrasi balik ke pertahanan musuh. Namun, gaya itu tidak terlihat sering di Man United. 



Dengan postur tubuh yang dibilang kegemukan, Lukaku lebih banyak tampak sebagai poacher alias penyerang yang hanya menanti umpan empuk dari kawan atau menunggu kemelut untuk kemudian dimanfaatkannya menjadi gol.

Musim kemaren, dia cuma nyumbang 15 gol dan 4 assist, rekor terminim dalam catatan Lukaku 7 musim terakhir. Bukti kalau permainannya sudah mengalami evolusi dari yang tadinya penyerang eksplosif menjadi lebih pasif.

2. Menghambat perkembangan Rashford-Martial

United beli Lukaku 75 juta pound dari Everton dua tahun silam. Mau gak mau, dengan harga semahal itu dia jadi pilihan utama di lini depan. Tapi, kehadiran Lukaku membuat perkembangan dua penyerang muda Marcus Rashford dan Anthony Martial terhambat.

Mereka kerap tergeser ke sisi penyerangan demi mengakomodasi Lukaku sebagai target man alias bomber utama di tim. Pergeseran peran itu berpengaruh terhadap ketajaman Rashford pada khususnya. 



Saat jadi penyerang tengah, pemuda Inggris itu mencatat rasio 2,81 pertandingan per gol, sedangkan ketika diplot jadi penyerang sayap kiri hanya 4,73 laga per gol. Artinya, dia rata rata butuh tampil lebih banyak untuk bikin satu golnya.

Bukan kebetulan juga kalau rekor Solskjaer saat melakoni 15 partai tanpa kalah di pentas domestik mayoritas terjadi dalam laga di mana Rashford dipasang sebagai penyerang tengah dan tanpa Lukaku.

3. Hemat pengeluaran, dapat duit pula

MU beli Lukaku dua tahun lalu seharga 75 juta pound, cuma selisih dua juta dari ongkos transfer yang dikeluarkan Inter musim panas ini. Emang sih, Inter palingan pake formula nyicil dulu, lalu lunasin sisanya dalam beberapa tahun.

Tapi, yang penting United bisa menghemat untuk pengeluaran gaji Lukaku yang sebelumnya masih terikat kontrak sampai 2022. Terus, duit dari hasil penjualannya bisa dipakai nambah-nambah beli pemain baru nanti.

4. Membuang potensi konflik

Melego Lukaku berarti Man United membuang satu potensi konflik di skuadnya. Bukan rahasia lagi kalo Lukaku sendiri pengen pindah dari Man United. 



Selain karena tekanan dari fan atau media, Lukaku memang mulai jarang mendapat kepercayaan dari Solskjaer sejak sang pelatih mengambil alih kemudi.

Lukaku juga tak main dalam tur pramusim United dan malah ikut latihan di klub masa remajanya, Anderlecht, di Belgia. Mungkin yang ada di pikiran petinggi Manchester United adalah buat apa pertahanin pemain yang hati dan isi kepalanya memang sudah tidak untuk mereka lagi.

Referensi: skysports, sportinglife, calciomercato

Berbagi informasi olahraga kamu di kapten.kaskus.id
Main Tebak Skor serta KASKUS FPL berhadiah utama dan bulanan
Follow akun Instagram @kapten.kaskus untuk mendapat infografis menarik seputar dunia olahraga

kapten.kaskus.id