Motif dukungan Persaudaraan Alumni (PA) 212 kepada Prabowo-Sandi akhirnya terkuak. Mereka sejatinya hanya menjadikan Prabowo sebagai alat atau kendaraan politik demi kepentingan mereka.

Hal itu telah diakui sendiri oleh petinggi PA 212. Melalui Ketua PA 212 Slamet Maarif,  dia membongkar alasan lembaganya ikut terjun dalam politik Pilpres 2019.

Mereka mengakui mendukung capres nomor urut 02 bukan tanpa alasan. Ia menyebut, Prabowo dan Sandiaga adalah alat perjuangan PA 212.

Kini, setelah Prabowo kalah dan kedua tokoh yang berkontestasi dalam Pilpres tersebut berekonsiliasi, PA 212 mencabut dukungannya.

Saat ini, mereka juga sedang mencari tunggangan baru. Yaitu, tokoh yang bisa dijadikan simbol untuk perjuangan mereka.

Seluruh sepak terjang di atas memperjelas bahwa agama memang dijadikan kuda tunggangan atau kendaraan politik oleh PA 212.

Sikap PA 212 adalah praktik yang berbahaya. Mereka telah mempolitisasi agama sehingga melahirkan polarisasi masyarakat.

Semoga kenyataan itu dapat membuka mata masyarakat agar tidak lagi mudah terprovokasi karena agama, padahal itu hanya untuk kepentingan politik yang pragmatis saja.