monicameyAvatar border
TS
monicamey
Anak Kecil From Interview With Them
Ini adalah kisah mengenai Hana yang bisa melihat makhluk tak kasat mata.

Part 2 ANAK KECIL

Pertama kali aku melihatnya ketika pindah rumah dari rumah kakek. Anak kecil itu berdiri di depanku waktu pertama kalinya aku dan mama melihat keadaan rumah baru. Sekali lagi aku pikir anak kecil itu adalah anak - anak yang memang sedang main di tempat ini. Ya aku tidak peduli tapi anehnya kening anak itu berdarah dan wajahnya pucat sekali. Kemana aku berjalan dia mengikuti. Aku sampai bersembunyi di belakang mama karena dia berjalan di sampingku. Waktu itu aku tidak tahu dia itu hantu aku pikir dia anak yang nakal dan suka mengganggu penduduk sini.

"Kamu mau tinggal di sini?"

"Kalau kamu tinggal di sini biar aku temani ya."

"Aku tidak tahu."

Ucapan itu keluar saja dari mulutku dan membuat anak itu tiba - tiba pergi dengan cepat. Ya namanya juga aku yang masih kecil aku pikir anak itu hebat bisa berjalan dengan cepat.

"Kamu senyum sama siapa, Hana?"

Aku ketahuan sama kakak kalau aku senyum -senyum sendiri. Setelah anak perempuan itu menghilang secara tiba - tiba kemudian datang lagi anak perempuan tapi untungnya tidak berdarah wajahnya.

"Ayo ikut aku..."

Anak perempuan dengan pakaian jaman dulu itu mengajak aku kesuatu tempat di belakang rumah. Dengan polosnya aku mengikuti dia menuju halaman belakang.

"Tempat aku di sini, Hana."

"Tempat apa?"

Aku bertanya kepadanya karena dia membuat aku penasaran.

"Ini dulu rumah aku dan adikku."

"Aku Juminten dan itu adikku. Namanya Wachid."

Aku melihat adiknya yang berdiri di belakang. Pakaian mereka sama. Jika bisa aku bisa jelaskan di sini mereka itu memakai pakaian yang ada di sinetron Indonesia dengan setting kerajaan. Paham maksud aku, bukan?

Di cerita sebelumnya aku memang tidak menceritakan secara mendetail tentang kehidupan yang mereka alami di masa pemjajahan Jepang. Mereka tidak mau membahas tentang masa lalu mereka.

"Sudah lama kalian tinggal di sini?"

"Iya. Kami sudah lama di sini."

"Lalu kenapa kalian tidak pergi?"

"Kami menunggu kamu, Hana."

"Untuk apa menunggu aku?"

Juminten tidak menjawab dan hanya memberikan ulasan senyum yang hangat bersahabat. Tak pernah sekalipun aku berpikir mereka adalah hantu saat itu.

"Kami akan menemani kamu di sini. Jadi jangan takut."

Aku ingin berlama - lama untuk berbicara kepada mereka tetapi mama memanggilku untuk segera pulang karena mama sudah membayar uang kontrakkan itu. Seminggu kemudian kami pindah ke sana.

Sebelum pemilik rumah mengunci pagar aku melihat di halaman depan ada anak perempuan yang keningnya berdarah. Dia menatapku dengan kebencian dan tak suka.

"Kami akan menjadi temanmu, Hana."

*****

Juminten dan Wachid meskipun mereka adalah makhluk tak kasat mereka tak ingin membicarakan secara mendetail kisah hidup mereka.

"Kami hidup dalam ketakutan tiap hari."

"Orang tua menyamarkan anak - anaknya terutama yang perempuan agar tidak di ambil penjajah."

Aku bertanya kepada mereka tentang jaman penjajahan di masa hidup.

"Jika mereka mengambil anak perempuan maka anak itu tak akan kembali lagi kerumah orang tuanya."

"Anak lelaki akan bekerja di tempat yang jauh."

Saat Jum menceritakan kisahnya dia menerawang jauh seakan - akan dia merasakan kembali sakit dan luka di masa lalu.

"Jadi kamu berpakaian lelaki ada alasannya ya?"

"Iya Hana. Aku harus menyamar menjadi lelaki untuk bertahan hidup. Jika aku tidak menyamar, mereka akan membawaku ke tempat yang tak ingin kami sentuh."

Aku melihat Wachid yang duduk di sebelah Juminten. Dia usianya lebih muda daripada Jum. Entahlah dia paham atau memang tak ingin melihat masa lalu.

"Mereka beruntung jika di biarkan hidup tapi dengan menyisakan trauma mendalam. Jika mereka di biarkan mati maka mereka tak akan menemukan jasadnya."

"Kami hanyalah anak - anak biasa. Jika keadaan keluarga mereka cukup maka akan bebas dari siksaan."

Cukup tragis memang kehidupan Jum dan adiknya di masa penjajahan Jepang. Mereka di paksa untuk bekerja meski usianya masih dini. Anak perempuan di bawa paksa dari rumah untuk bekerja di sebuah tempat kelam sedangkan anak lelaki di bawa paksa untuk bekerja yang tifak sesuai dengan pekerjaan mereka.

"Kalian meninggalnya karena apa Jum?"

"Waktu itu di tempat kami ada wabah yang menyebabkan kematian. Kami adalah orang yang tak mampu sehingga untuk berobat kami tak memiliki uang, Hana."

Ada nada lirih saat Jum mengingat peristiwa yang menyebabkannya meninggal. Jum tidak tahu wabah apa yang menyebabkan kematian banyak orang di jaman itu. Jum dan keluarganya meninggal karena wabah tersebut.

"Ayah dan ibu kalian sudah pergi dulu. Kalian masih di sini?"

"Itu karena kami ingin menemuimu, Hana. Kami tahu suatu saat nanti ada seseorang yang akan menuntun kami menuju jalan pulang."

Selama aku berada di rumah itu aku dan mereka selalu menghabiskan waktu bersama. Ya bermain atau sekedar berbincang. Aku biasanya cerita mengenai kegiatan sekolah dan mereka mendengarkan. Tidak pernah mereka mengeluh jika aku ingin berbincang dengan mereka.

Cukup lama aku dan Jum berteman sampai ada waktu mereka pergi untuk selamanya dari dunia ini. Mereka menungguku untuk mengantarkan mereka menuju jalan pulang dan menemui keluarganya.

=Bersambung=
adesppkAvatar border
adesppk memberi reputasi
1
513
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Supranatural
Supranatural
icon
15.6KThread10.6KAnggota
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.