papuanation
TS
papuanation
Pepera 1969 | 50 Tahun Pendudukan Ilegal,


| Pepera 1969 |

50 Tahun Pendudukan Ilegal,
50 Tahun Penipuan Sejarah
Indonesia Atas West Papua |
______________________________________

A. Latar Belakang

Sejak 19 Desember 1961, derita orang Papua mulai terlahir ke dunia seakan - akan neraka jahanam yang di ciptakan oleh konspirasi global hanya untuk orang Papua. Operasi militer dalam skala besar memakan ribuan nyawa yang memberi indikasi bahwa Indonesia datang ke Papua membawa malapetaka dan untuk melancarkan kejahatan kemanusiaan (genocida).

Militer Indonesia memainkan peran sental demi mempertahankan tanah Papua sebagai bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun, kenyataannya menghendaki bahwa kultur dan latar belakang budaya orang Papua sangat berbeda dan bertolak belakang dengan Indonesia maupun bangsa - bangsa Melayu.

Seluk beluk perjuangan orang Papua melawan kekejaman pemerintah Indonesia di awali sejak kedaulatan politik (de facto) di ombang - ombingkan dengan kekuatan yang sewenang - wenang tanpa rasa manusiawi dan rasa malu terhadap kebangsaan suatu bangsa yang hakiki. Pemberontakan yang terjadi memaknai nasionalisme yang tinggi, dengan menggaungkan seluruh entitas Ke Papua an untuk dapat mengusir penjajah dan pencuri yang tanpa aturan menduduki bagian wilayah Papua Barat (West Papua).

Saat - saat menjelang Pepera 1969, rata - rata orang Papua di bantai, di hukum, dijadikan budak seks, dipermainkan hanya untuk mematikan/mengurangi laju pertumbuhan dan perlawanan terhadap penjajah Indonesia. Kebejatan moral yang terjadi menyadarkan orang Papua bahwa apa yang dilakukan Indonesia adalah kegiatan - kegiatan Abnormal dari manusia (tidak etis, tidak demokratis, tidak manusiawi, tidak jelas, dll). Dan Ingatan ini terus terbawa hingga turun temurun sampai detik hari ini.

B. Surat dan Catatan
(Pra dan Pasca Pepera)

Untuk dapat melegitimasi, menimbang dan mempernyatakan hal - hal yang berkaitan dengan Penentuan Pendapat Rakyat di Papua tahun 1969, Pemerintah Indonesia mengambil alih administratif dengan menuangkan perilakunya diatas kertas demi merebut Irian Jaya (West Papua). Serta ada berbagai catatan lain yang bertolak belakang dari keputusan - keputusan Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan Pepera 1969

I. Surat Perintah Operasi Sadar (OPS)

Surat Telegram resmi Kol. Inf. Soepomo, KODAM XVII Cendrawasih No : TR-20/PS/PSAD/196 tanggal 20 Februari 1967 dengan perihal ; Menghadapi referendum di IRBA tahun 1969, yang berbunyi :

" Mempergiatkan segala aktivitas di masing - masing bidang dengan mempergunakan semua kekuatan material dan personil yang organik maupun yang B/P -kan baik dari Angkatan darat maupun dari lain angkatan. Berpegang teguh pada pedoman referendum di IRBA tahun 1969 harus dimenangkan. Bahan - Bahan strategis vital yang ada harus diamankan, memperkecil kekalahan pasukan kita dengan mengurangi pos - pos statis".

II. Surat Rahasia Kol. Inf. Soermarto

Surat rahasia ini di tujukan kepada Komando Militer Resort 172 Merauke tanggal 8 Mei 1969 No : R - 24/1969 dengan perihal ; Pengamanan Pepera di Merauke, yang berbunyi :

" Kami harus yakin untuk kemenangan mutlak referendum ini, melaksanakan dengan dua metode biasa dan tidak biasa. Oleh karena itu, saya percaya sebagai ketua Dewan Musyawarah Daerah dan Muspida akan menyatukan pemahaman dengan tujuan kita untuk menggabungkan Papua dengan Republik Indonesia ".

III. Ungkapan Sarwo Edhie Ke Media

" Kalau Pepera gagal, kegagalan itu terletak dipundak saya. Sebaliknya, kalau nanti Pepera berhasil, akan banyak pihak yang mengaku bahwa keberhasilan itu adalah hasil jerih payah mereka ".

IV. Catatan Wawancara Purn. Polisi (Christofelt L. Korua)

" Orang - orang Papua yang memberikan suara dalam Pepera 1969 itu ditentukan oleh pejabat Indonesia, sementara orang - orang yang dipilih itu semua berada di dalam ruangan dan dijaga ketat oleh militer dan polisi Indonesia".

V. Catatan Laporan Resmi PBB

" Pada 14 Juli 1969, Pepera dimulai dengan 176 anggota dewan musyawarah untuk Merauke. Dalam kesempatan itu, kelompok besar tentara Indonesia hadir ".
(Annex 1, paragraph 189 - 200)

VI. Catatan J.P. Droogveler

" Dengan kedatangan Dr. Ortiz Sanz pada bulan Agustus 1968, dari pihak Indonesia dilakukan persiapan - persiapan untuk memperkuat jangkauan terhadap wilayah itu. Tugas ini dipercayakan kepada Sarwo Edhie (orang kepercayaan Soeharto). Menurut kata - katanya sendiri, ia pada waktu itu memiliki tidak lebih daripada 6.000 orang Pasukan. Dalam bulan - bulan pertama tahun 1969 kekuatan itu menurut Menteri Amir Machmud ditingkatkan menjadi 10.000 orang, sementara kekuatan ini pada waktu kegiatan pemilihan bebas menurut pemberitaan Malik sudah ditingkatkan menjadi 16.000 orang. Itu sangat cukup untuk mengendalikan kekacauan yang mungkin terjadi ".

VII. Catatan Dr. Ortiz Sanz
(Perwakilan PBB Untuk Pepera)

" Saya dengan menyesal harus menyatakan pengamatan - pengamatan saya tentang pelaksanaan Pasal XXII (22) Perjanjian New York, yang berhubungan dengan hak - hak termasuk hak kebebasan berbicara, kebebasan bergerak, kebebasan berkumpul, kebebasan penduduk asli. Dalam melakukan usaha - usaha yang tetap, syarat - syarat yang penting ini tidak sepenuhnya dilaksanakan dan pelaksanaan administrasi dalam setiap kesempatan diadakan pengawasan politik yang ketat terhadap penduduk pribumu oleh militer Indonesia ".

VIII. Surat Seruan Carmel Budiardjo
(Direktur TAPOL)

Pada 26 Maret 2002, Carmel Budiardjo menyerukan kepada Kofi Annan (Sekjen PBB), yang berbunyi :
" Dalam bulan Agustus 1969, penguasa Indonesia melaksanakan Pepera di West New Guinea (West Papua) untuk menentukan status masa depan wilayah. Pemilihan menyampaikan delapan dewan bersama 1.025 orang, dilaksanakan di bawah tekanan dari penguasa militer Indonesia ".

Masih banyak catatan sejarah lainnya yang berkaitan dengan pelaksanaan Pepera 1969 yang penuh manipulasi dan penuh intimidasi. Termasuk, pengiriman pasukan khusus udara dan laut (Kopasgat) dalam Operasi Sadar untuk mengamankan Pepera.

C. Pelaksanaan Pepera
(14 Juli - 02 Agustus 1969)

Pada tanggal 14 Juli 1969, Penentuan Pendapat Rakyat di Papua dilakukan pertama kali dari kota Merauke. Dalam ukuran 1.025 orang yang mewakili 800.000 orang asli Papua yang sudah ditentukan untuk ikut memilih seantero Papua, Merauke mendapat bagian peserta berjumlah 176 orang. Dan dari 176 orang tersebut, 95 orang Papua (Pribumi) dan 81 orang Non Papua (Pendatang).

Nama - Nama Anggota Dewan Musyawarah Pepera 1969 di Merauke :

1. Marcus Joseph Fofied
2. Natalia Talaut
3. Paulus Nafi
4. Pius Towa
5. Petrus Frans Sembor
6. Muhammad Kasdan
7. Petrus Dumatubun
8. J. M. Risamasu
9. D. A. Fatruan
10. Wilhem Tuhepary
11. Soemarto Wardhoyo
12. Julius Ngamel
13. N. O. De Queljoe
14. Eliza Pepiana
15. Elsina Meteray
16. Rosa Tambaib
17. Elly D. S. Imkotta
18. E. Unawekla
19. Victoria Maturbongs
20. S. S. Djoni
21. D. J. Apay Kangkim
22. Severinus Renwarin
23. Abdul H. Alkatiri
24. Joseph J. Somar
25. H. K. Mangunroto
26. Laban Felubun
27. Partini Sasiyah
28. M. Kasan Muljodirono
29. Maria Puturuhu
30. Engelbertus Rahailwarin
31. J. Nggone Mahuze
32. Melkhior Silubun
33. Labula
34. Achir Kaslimin
35. Z. S. P. Primassu
36. Bernadus Gebukua
37. Julius Rahakbauw
38. Antonius Atek
39. Benediktus Kamkopimu
40. Soemardji Redjo
41. Abdul Manap
42. Petrus Taro Gebze
43. Rimbo Tatiherluly
44. J. Tepro Ndiken
45. Tasman Tatang
46. David Tomba Wamejab
47. Kamudjan Hasan Makmur
48. Frans. L. Mandessy
49. F. J. Rettob
50. David Ugo
51. Efhraim Tomy
52. Thomas Onam
53. Romanus Guru
54. St. Waffa
55. Paulus Joseph. J. Mahuze
56. Tarsius K. Gebze
57. M. S. Kaize
58. Petrus Tikuk
59. L. Kamopop
60. Alfons Endom
61. J. Ikwaron
62. A. Aram
63. Esebius Kojam
64. Karel Keranop
65. Joseph M. Kurut
66. Otirop Langgowan
67. Arnold Aron
68. Bibianus F. Binggo
69. Adrianus Konggono
70. Jacobus Amta
71. Hendrikus J. Rahalus
72. Alfons Walewoman
73. Conelia Dambudjai
74. Felix Maturbongs
75. Bonefasius Samkakai
76. Wilhem Resubun
77. Fx. Futunanembun
78. Paulus Taram
79. Kasimirus Nigin
80. Alex Tadejap Kaimu
81. Marsia Gajari
82. Herman J. E. Somar
83. Dominikus Jamlean
84. Petrus Imbiri
85. Petrus Joseph Rettob
86. Lusidisu Nuhujanan
87. Jacob Tjemammok
88. Maximilianus Hurulean
89. D. Rahaijaan
90. Adrianus Sebaik
91. Adrianus Farneubun
92. Johanis Pakanantjis
93. Herman Farneubun
94. Patrisius Jetmob
95. Otto Arar
96. Geradus Ohoiwutun
97. Vitalis Ndiken Tahaku
98. Paulus Basik - Basik
99. Antonius Kiti
100. Goldjai
101. Petrus Kowomu
102. Ulutirop
103. Johanis Bapa Ambunap
104. Nicholaus Dimu
105. Jeremias Jenimo
106. Amandus A. Manggaimu
107. Blasius Kabanimu
108. Anakletus Kabajamu
109. Tadheus Tari
110. Markus Tabu
111. Adrianus Anabro
112. Michael Tama
113. Kapes Japen
114. Johanis K. Kaimagaimu
115. Daniel Kaimeramu
116. Jacob Ngasman
117. Ireneus Djiriu
118. Jufensius Mbajit
119. Thomas Simpar
120. Paulus Atember
121. Paulus Tjenkamper
122. Bisir
123. Fabianus
124. Bestagais
125. Amatus Amnap
126. Simon Tjemen Akat
127. Adrianus Atju
128. Joseph Juak
129. Primus Bisai
130. Moses Raro
131. Selvinus Latumahina
132. Thomas Rahayaan
133. H. Dumatubun
134. P. Lakay
135. Moh. Saleh Rumasukun
136. Salimah Thamrin
137. Fritsorthnil Werluken
138. Th. Ramandey
139. Juliana Kabes
140. Theresia Motop
141. Allegonda Rettob
142. Dominika Kandai
143. Macimus Dadu Amta
144. Theo Tawurutubun
145. Agnes Manenakoa
146. Petrus Gek
146. Joseph Kotowijong
147. Antonius Anong
148. Karel Kaigit
149. Ketoim
150. Konowarop Umjandid
151. Mauritsius Mamu
152. Wanggumob
153. Pius Piso
154. Opesu
155. Dominikus Awom
156. Simon Abogoi
157. Jacobus Kode
158. Kajus Kajuk
159. Moses Baa
160. Tadheus Batuk
161. Pido Senggo
162. Sua Wamini
163. Galus Kajep
164. Buchi Jubju
165. Daniel Ndat Jemen
166. Jacob Sakarpitsj
167. Urbanus Onam
168. Helarius Giraah
169. Tammeko
170. Wombi
171. Pirikus
172. Afamar
173. Paulus Ombi
174. Marcus Djair
175. Hendrikus On
176. Benediktus Mbitjen

Merauke (176 orang), Manokwari (75 orang), Teluk Cendrawasih (72 orang), Yapen Waropen (62 orang), Sorong (109 orang), Paniai (177 orang), Jayawijaya (172 orang), Fak - Fak (74 orang), Jayapura (108 orang). Jumlah keseluruhan untuk Asli Papua 654 orang, Non Papua 371 orang.

Ada sekitar 9 Kabupaten besar di Papua yang di petakan cukup mempertahankan Negara Indonesia melalui Pepera yang di selenggarakan secara terpisah dan berurutan, dan berakhirnya Pepera pada tanggal 2 Agustus 1969 di Port Numbay, Jayapura.

Dalam Hukum dan catatan Internasional, tidak ada ratifikasi yang mengatakan Indonesia sah di Papua, yang ada hanya melanggar aturan alias Ilegal Occupation (kependudukan Ilegal). Dengan demikian, hasil Pepera sangat tidak layak dan merugikan keberlangsungan hidup orang Papua pada saat itu.

D. Kehidupan Orang Papua
(Pasca Pepera)

Penguasa dan pejabat militer Indonesia tidak merasa membuat kekerasan, kebrutalan dan pembantaian terhadap orang Papua karena mereka merasa bahwa itu adalah tugas mempertahankan Papua sebagai bagian dari Indonesia.

Sejak usai pelaksanaan Pepera 1969, orang Papua dipersekusi dan didiskriminasi dengan legal, tidak ada kebijakan yang keluar untuk membuka ruang gerak ekspresif. Sejarah manipulasi disuburkan diatas moncong senjata, militer menancap kekuatan diatas darah orang Papua yang lemah, yang selayaknya mendapatkan kebebasan.

Acuan setelah Pepera juga diberikan batas waktu untuk membangun West Papua atas pembelaan Dr. Fernando Ortiz Sanz yang dengan mata dan telinga melihat tindakan Amoral pemerintah Indonesia. Namun, konspirasi asing berhasil menghentikan nafas utusan PBB yang jujur, yang tidak berkolaborasi dengan kepentingan pertambangan dan industrialisasi global.

Ledakan penduduk lewat program transmigrasi pun bertambah, penandatangan pembunuhan massal oleh pejabat daerah, pemusnahan hutan dan perampasan lahan terus menerus dilakukan selama kurun waktu 50 tahun lebih, dan mengakibatkan citra Papua mulai terkikis dan terancam punah, mulai dari tanah, manusianya sampai kepada kepercayaan dalam budaya.

Hingga saat ini,
orang Papua hidup dalam kesadaran Palsu (intransitif), rata - rata menjadi manusia konsumtif yang hanya menunggu, mengharap dan meminta. Cara baru dari neo kolonial berusaha merubah tatanan kehidupan orang Papua ke dalam realitas paksaan, realita yang diciptakan untuk memenuhi kepentingan egoisme Imprealisme dan Kolonialisme.

I. Jumlah

Jumlah orang Papua saat ini hanya berkisar 1 Juta lebih jiwa dibanding non Papua yang berada diatas tanah Papua yaitu 3 Juta lebih jiwa.
Persentase jumlah manusia diatas tanah Papua adalah Non Papua (45 %), Papua (35%), Papindo (15%), Asing (5%).

II. Ekonomi

Kehidupan ekonomi orang asli Papua (OAP) terbilang sangat memalukan diatas negerinya sendiri. Jarang terdapat manusia Papua yang produktif menghasilkan dan mengolah hasil alam untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Kapasitas makan minum, sandang dan papan di dapat terlihat sangat banyak dibanding permodalan, bisnis, usaha mandiri, kreatifitas, dan inovatisasi yang jarang ditemukan bahkan tidak ada (minim SDM).

III. Sosial

Merebaknya westernisasi dan melayunisasi kedalam kehidupan sosial orang Papua, sehingga terjadi diskontak yang begitu lama bagi orang Papua terhadap tanah dan alam kehidupannya sendiri.

IV. Budaya

Ajang budaya di campur aduk, diperjual belikan, dijadikan ladang bisnis (komoditi) bahkan di hina sebagai budaya yang masih melekat sebagai sifat binatang. Diskriminasi rasial berlangsung lama dan dibiarkan sebagai pengingat ambigu tindakan - tindakan amoral yang menodai, melukai dan mencederai citra dan derajat orang Papua sebagai sesama manusia.

| Penutup |

Orang Papua tidak merasakan pembangunan, kesejahteraan, kemakmuran bahkan kemajuan diatas tanahnya sendiri sejak Indonesia menyatakan dirinya menjadi "Ayah Tiri" atas West Papua.

Dengan demikian, ulang kembali Pepera dengan ketetapan hukum Internasional (one man one vote) harus segera digelar di Papua untuk mengembalikan derajat hak asasi, hak fundamental, etika berbangsa dan bernegara, bagi Seluruh rakyat bangsa Papua.
________________________________________

14 Juli 1969 - 14 Juli 2019
(50 Tahun Penipuan Sejarah dan Pendudukan Ilegal Indonesia atas West Papua)
.....................................................................

____
Penulis :
John Alfa Ar
| Aktifis Kiri KNPB
____
Sumber Tambahan :
Socrates S. Yoman | Otsus Papua Gagal
app.developerwirytuhanparadewa
tuhanparadewa dan 3 lainnya memberi reputasi
0
2.8K
28
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.2KThread39.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.